Aku sedang menyapu ruang tamu rumahku. Tugas mingguan.
"Chu Chu Chu Chu chewing gum~"
Sudah menjadi kebiasaanku untuk selalu memasang earphone dan memutar beberapa musik kesukaanku saat melakukan kegiatan bersih-bersih dirumah.
Aku ini mudah bosan kalau tidak ada musik yang menemani pekerjaanku.
Dukk
"Eh ayam ayam"
Sial, jempol kakiku terbentur kaki meja yang berada diruang tamu. Rasanya nyeri.
Padahal aku sedang asyik berjoget ala dance Chewing Gum milik NCT Dream.
"Aw Aw, sakit banget anjir! Siapa si ini yang naro meja disini?! Kezel!"
Aku terus mengelus-elus jempol kakiku yang sedari tadi rasanya sangat amat nyeri.
Tingg tongg
Tingg tongg
Bel rumah berbunyi. Ah! Siapa orang yang berani-beraninya datang disaat seperti ini?
"Duh ilah, siapa si anjir?! Ganggu banget, udah tau jempol gue lagi nyut-nyutan, pake ada yang bertamu"
Dengan perasaan yang sangat amat terpaksa, aku berdiri dan melangkah ke arah pintu masuk.
Ting tong
Ting tong
"Iya sabar!!!"
Aku berteriak dari arah ruang tamu, dalam hati aku sudah merutuki seseorang yang dengan kurang ajarnya datang disaat yang tidak tepat.
Ting tong
Ting tong
"Sabar apa anj-"
"Permisi paket"
Paket?
Ah iya!
"Wah paket gue nih pasti udah dateng!!!"
Aku berlari dengan perasaan gembira ku tanpa memperdulikan jempol kakiku yang masih terasa sangat nyeri.
Kubuka pintu rumahku, dan sudah terdapat kurir pengantar paket itu didepan pintu sambil mengangkat kardus paket yang aku yakini itu milikku.
"Dengan ibu Nadifa Putri?"
Aku tergelak. Ibu katanya?
Hey! Memangnya mukaku setua itu!
Bisa-bisanya kurir itu memanggilku dengan sebutan 'Ibu'."Jangan ibu dong mas manggilnya! Emang muka saya setua itu!" protesku.
"Ah iya maaf, saya hanya-"
"Ya tapi bisa kan selain ibu? Mba gtu kan bisa, kenapa harus ibu? Mas gak liat muka saya yang masih imut-imut gini? Hah?"
Aku memotong ucapan kurir itu. Bisa kulihat kurir itu terkejut setengah mati dengan perkataanku barusan.
Tentu saja, aku tak terima dipanggil dengan sebutan 'Ibu'. Aku ini masih muda!
"Yaudah, mana sini paket saya!"
Kurir pengantar paket itu langsung terkesiap dan berusaha untuk tersenyum semanis mungkin sembari menyerahkan kardus paket itu padaku. Padahal aku yakin betul, pasti dalam hati si kurir itu dia sudah mengumpat dan mencelaku dengan kata-katanya.
Aku sih tidak peduli. Toh, akupun tidak bisa mendengar kata hati si kurir pengantar paket ini.
"Terimakasih bu- eh mba"
Mataku melotot kearah nya saat dia hampir menyebutku kembali dengan sebutan 'Ibu'. Tapi untung saja, dia langsung mengkoreksi ucapannya.
"Hm sama-sama"
Aku langsung berbalik dan menutup pintu rumahku dengan perasaan yang berkecamuk bercampur senang. Ah sudahlah, yang penting pesanan yang ku pesan dari empat hari lalu sekarang sudah berada ditanganku.
.
Sementara itu...
Kurir pengantar paket itu beranjak keluar dari halaman rumah Nadifa. Tentu saja dengan perasaan yang sangat kesal.
Ia segera menghampiri motornya yang terparkir didepan gerbang rumah Nadifa.
Ia sempatkan untuk senyum dan sapa terlebih dahulu dengan satpam penjaga gerbang rumah Nadifa.
Setelah itu, ia berlari kecil menghampiri motornya itu dan segera menaiki nya. Sesudahnya ia memakai helm, ia melirik sebentar ke arah rumah Nadifa.
Dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Besok-besok kaga dah gua nganter paket kerumah dia lagi. Mimpi apa gua semalem dapet customer kaya dia."
Motor kurir pengantar paket itu melaju, menjauh dari rumah Nadifa.
.
"Aaa gue udah gak sabar buka paket ini, duhhh!!!"
Aku melompat-lompat kegirangan tidak jelas sejak tadi didepan kardus paket yang baru saja keterima. Sejujurnya, aku terlalu antusias untuk paket ini. Sangat amat antusias!
Kalian tahu aku memesan apa?
Of course album comeback NCT Dream.
Tapi apa kalian tahu hal apa yang lebih membuat diriku antusias?
Undian tiket fansign!!!
Dalam hati aku sudah mengucapkan beribu doa dan harapan agar aku bisa terpilih untuk mendapatkan tiket fansign NCT Dream itu.
"Ya ampun gue deg-deg kan" aku memegang dadaku seolah menjaga detak jantung untuk tetap normal.
Tapi tidak bisa. Detak jantungku berdetak dua kali lebih cepat saat ini.
Kubuka solasi yang merekat pada kardus paket itu. Dan kudapati album yang masih terbungkus rapi dengan bubble wrap dan poster yang terbungkus oleh pipa air.
"Seseorang tolong pegang jantung gue, aaa!!!"
Ya ampun, perasaanku sangat amat tidak karuan sekarang. Aku sungguh tidak bisa membayangkan bahwa aku benar-benar terpilih untuk mendapatkan satu buah tiket fansign itu.
Saat bubble wrap yang membaluti album itu sudah terbuka. Aku sangat terkejut dengan hal selanjutnya yang aku lihat. Alisku terangkat, mulutku ternganga.
Aku bisa pingsan detik ini juga.
Kalian tahu apa?
Aku mendapatkan satu buah tiket fansign NCT Dream!!!
Seseorang tolong beritahu aku bahwa sekarang ini bukan mimpi. Pukul pipiku. Cubit hidungku.
Aku tidak bisa menghilangkan senyum lebar yang sedari tadi tercetak saat aku mengetahui bahwa aku benar-benar terpilih untuk datang ke acara fansign NCT Dream di Korea Selatan.
Ya Tuhan, akhirnya.
Akhirnya aku bisa melihat wajah seorang Na Jaemin secara langsung!
Bertatap mata dan berpegangan tangan. Saling mengobrol dan mengulas senyum masing-masing.
Aku makin tidak sabar menunggu hari itu. Rasanya aku ingin langsung terbang ke Korea Selatan sekarang juga untuk menghadiri acara fansign itu.
"Time to booking tickets!"
***
Hehew pendek ya? :>
I'm so sorry, tapi karena emang menurut aku untuk chapter ini segini dulu.Pokoknya kalian jangan bosen" buat selalu nunggu setiap chapter dari story ini yaaa 🤗
Walaupun aku tau nunggu itu ga enak :/Jangan lupa vote dan komennya teman-teman!!!
See u di chapter selanjutnya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
For 14 Days | Na Jaemin
Fanfiction[14 days project] Tentang aku si perempuan yang dengan tidak tahu dirinya mencintai seorang Na Jaemin yang notabene nya adalah idolaku. Aku mencintai nya, mari kita kutip 'mencintai' dalam arti yang lebih analitis. Perjalanan kita dimulai dalam w...