III : Hey, It's Real

304 30 9
                                    

Aku berjalan dikoridor sekolah dengan perasaan yang sangat gembira. Mengulas senyum yang sedari tadi belum kuhilangkan saat masih berada dirumah.

Menyapa semua murid-murid yang sedang duduk, bercanda, dan mengobrol disekitaran koridor.

Aku benar-benar bahagia. Aku merasa, aku adalah orang yang paling bahagia didunia ini.

Kalian tentu tahu penyebabnya.

"Aaaa rasanya gue pengen traktir semua manusia-manusia yang ada disekolah ini jajan diwarung Mpok Marni" entah perasaan senang apa yang aku rasakan saat ini. Intinya, aku benar, benar, benar merasa sangat senang.

"Wih, boleh tuh traktiran nya"

Aku mengeryit heran saat seseorang tiba-tiba menyeletuk dari arah punggungku. Aku hafal betul suara siapa ini.

Sial, mood ku langsung turun begitu saja ketika mendengar suaranya. Padahal baru beberapa detik yang lalu aku mengklaim diriku bahwa aku adalah manusia yang paling bahagia.

Tapi tiba-tiba, perasaan bahagiaku tadi, hilang sekejap.

"Ck, lo bisa gak sih Yo berhenti ganggu gue?!"

Aku menoleh kebelakang dan menemukan sosok pria yang dengan rasa tidak bersalahnya berdiri sambil menyengir dan melambaikan tangannya ke arahku.

Aku memutar bola mataku dan mendengus malas.

Pria ini namanya Adrio. Adrio Christian nama lengkapnya. Dia menyebalkan, sungguh. Tema-- ah bukan, dia bukan temanku. Dia anak dari kelas XIII IPS-5. Kerjaannya adalah menggangguku setiap hari.

"Lah, emang gue lagi gangguin lo?"

Anak ini.

"Iya lo ganggu gue tau gak! Tadi tuh gue lagi bahagia banget, eh gara-gara ada lo dateng, tiba-tiba perasaan bahagia gue tadi ilang gitu aja"

Aku melipat kedua tanganku dan membuang pandangan ke arah lain.

"Gak jelas lo, gue dari tadi diem" telak laki-laki itu.

Aku tergelak dan langsung melirik tajam ke arahnya.

"Diem apaan! Lo tadi ngomong!"

"Lah salah gitu kalo gue ngomong? Gue kan punya mulut"

Aku terdiam.

"Emm, iya sih..." gumamku tanpa sadar.

"Ah tapi mulut lo itu ganggu! Suara lo ganggu! Ganggu pendengaran gue dan ganggu perasaan bahagia gue pagi ini. Sampe sini ngerti kan lo?"

Aku memberikan pandangan tajam kepada pria yang sedang berada didepanku ini. Bisa kulihat wajah terkejut dan perasaan tidak terimanya saat aku mengucapkan kata-kata tadi.

Aku berbalik dan meninggalkan pria ini seorang diri. Lebih baik aku langsung ke kelas dari pada membuang waktu untuk pria tidak jelas sepertinya.











"Gak ngerti gue kenapa setiap hari gue makin gemes sama lo, Nad."



.








"Gila! Serius lah Nad lo dapet tiket fansign?!"

Dara terus saja menekanku dengan segala pertanyaan yang sama sejak tadi kita bertemu. Padahal aku sudah bilang iya dari tadi.

Tadi malam aku juga sudah mengabari teman-temanku lewat chat group di Line. Tapi Dara masih saja menanyakan pertanyaan yang sama disetiap menitnya.

Ia mengira bahwa aku bohong dan sedang bermimpi. Makanya ia masih tidak percaya dengan apa yang aku dapatkan kemarin.

"Nad, lo jangan halu deh Nad. Gue tau lo pengen banget ketemu si Jaemin, tapi ya jangan terlalu ngarep gini, gue cuma gak mau punya temen gila"

For 14 Days | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang