Happy reading guys!
.
.
Salam sayangAtikalien
.
"Terimakasih tangan-tangan kiriman Tuhan, udah mau menopang gue saat gue jatuh, ngulurin tangan saat gue tenggelam akibat menyalahkan diri sendiri. Terimakasih, Sahabat."
******
Gue gak nyangka hari ini bakal tiba. Gue mematung didepan cermin, menatap dalam wajah gue yang dirias make up tipis. Setelan kemeja putih yang sengaja gue masukan kedalam rok motif bunga, ditambah dengan tas tangan berwarna cream dan flatshoes berwarna senada.
Dari tadi gue ngerasa gugup. Kemungkinan-kemungkinan yang menghantui gue dari semalam bikin gue makin gak bisa tidur dan terus kepikiran, gue gak terlalu banyak berharap hal yang bikin gue patah kesekian kalinya. Di hari pernikahan Ica ini, gue gak mau menaruh harapan bakal ketemu Rian disana. Meskipun, berulang kali gue menyangkal harapan itu. Sialnya, secuil kata 'berharap' udah mengendap dihati gue. Tanpa bisa gue cegah.
Sempet gue mikir kalo yang bakal bersanding sama Ica di pelaminan adalah Rian. Tapi, perkiraan gue salah.
"Nay, ada yang nganterin undangan nih. Katanya temen sekolah kamu." Begitu Mama memberi tahu Via Telepon pas gue lagi ada kerjaan di Jakarta. Gue jadi menebak-nebak siapa temen gue ini?
"Siapa Ma?"
"Di undangannya sih, nama mempelai wanitanya Ica Amanda."
Gue terdiam cukup lama.
"Nay, Naya? Ini mempelai cowok nya namanya..."
"Ma, nanti Naya telepon lagi ya. Ini Naya di panggil Bos suruh keruangannya." Kata gue berbohong.
"Oh, yaudah kalo gitu. Undangannya Mama simpan dikamar kamu ya."
"Iya Ma, makasih ya."
Gue menutup telepon. Termenung lama, kalo dugaan gue benar. Apa gue bakal sanggup datang ke nikahan Ica? Bayangin nya aja bikin hati gue perih. Harusnya gue udah biasa aja dong ya, ini udah tahun ke empat setelah putus. Kalo ingat satu nama itu, gue selalu lemah.
Dugaan gue salah besar. Mempelai pria Ica bukanlah Rian, melainkan Kikoy. Entah kenapa, gue merasa sangat lega.
"Ma, Naya berangkat dulu ya. Abis kondangan Naya langsung balik lagi ke Jakarta."
"Sama siapa kamu berangkatnya?" Tanya Mama
"Sendiri Ma, nanti sama Ningsih ketemu disana."
"Mau gue anterin gak Nay?" Bang Adi sedang berbaik hati.
"Boleh Bang, sekalian anter sampe Jakarta boleh banget tuh."
"Ogah, anter ke tempat kondangan aja."
"Yaudah... Eh Azmiiii embul."
Gue menghampiri Azmi yang lagi main sama Mba Keysha. Azmi mengangkat tangannya minta digendong, akhirnya gue gendong juga. anak cowok gemes ini baru berumur tiga tahun.
"Nty, mau kemana?" Tanya Azmi ke gue, yang gue hadiahi cubitan dan ciuman bertubi di kedua pipinya.
"Nty (Aunty) mau pergi sayang."
"Azmi ikut ya, Nty."
"Nanti ya, kalo sekarang Azmi main sama Mama dulu."
"Nanti janji ya main sama Azmi." Katanya, matanya berbinar lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINAY
Fiksi RemajaDari awal emang gue udah jadi bucin. Tapi, gak sadar. Hahaha Cowok kelas 10 yang gak pernah lepas dari topi sekolahnya, mau pas istirahat, ke toilet, ke perpustakaan, ke bagian Tata Usaha, gue gak pernah lihat itu topi lepas dari kepalanya. Mungkin...