O9

327 43 5
                                        

Happy reading...

"Di hotel Savana." kata Arda.

Cowok itu berdiri di samping Alana sambil merapikan dasinya. Diraihnya jas yang sedari tadi di pegang oleh Alana.

"Untuk apa kesini?" tanya Alana sambil berbisik dengan perasaan gelisah.

Arda terkekeh melihat Alana salah tingkah.

"Jangan berfikir yang macam-macam." kata Arda seraya tersenyum geli.

Arda mengacak poni Alana dengan gemas, dengan segera tatapan jutek Alana mengarah pada Arda. Alana tersenyum kecut sambil menyapu poninya.

Arda menggandeng tangan Alana dan membimbing gadis itu untuk masuk ke Hotel Savana.

Aduh..kak Arda ganteng dan keren banget, bikin aku fall in love...teriak Alana dalam hati.

Di lobby hotel Arda menghentikan langkahnya. Tangannya yang sedari tadi menggandeng tangan Alana dengan segera di lepaskan begitu seorang bapak berpenampilan perlente mendekat.

Sepertinya orang itu begitu menghormati Arda hingga harus setengah membungkukkan badannya saat berjabat tangan.
Sejenak mereka berbicara sambil berbisik hingga Alana tak bisa mendengarnya.

"Aku tidak bisa berlama-lama di sini karena harus mengantar temanku." kata Arda sambil melirik ke arah Alana.
Pandangan lelaki itu langsung tertuju pada Alana.

"Tidak apa-apa. Saya yang akan stand by disini." jawab lelaki itu.

"Oh ya pak, ini teman saya Alana. Alana ini Pak Husen..teman ayahku." ucap Arda memperkenalkan pria di sampingnya pada Alana.

Dengan segera Pak Husen mengulurkan tangannya pada Alana dan di sambut dengan senyuman oleh Alana.

"Halo." sapa Alana sambil menjabat tangan pak Husen.
Pak Husen hanya mengangguk pelan.

"Ayo masuk acara segera di mulai."
Pak Husen berjalan mendahului yang di susul Arda dan Alana di belakangnya.

Mereka masuk ke dalam Ballroom hotel yang sudah di penuhi undangan. Acara sudah di mulai, Arda serta Alana segera menempati tempat yang sudah di tentukan. Duduk di bangku paling depan.

Rasa gugup menghampiri Alana apalagi semua undangan berpakaian formal dan rapi termasuk Arda sedangkan dirinya hanya bercelana jeans dan berkaos.

Alana melirik ke arah Arda tapi sepertinya cowok itu sudah terbiasa menghadiri acara seperti itu. Dia tampak tenang sekali. Beberapa kali mata Alana beradu dengan Arda, tapi cowok itu hanya tersenyum tipis dan pandangannya lurus lagi ke panggung acara.

Setelah 30 menit acara berlangsung, kecemasan mulai melanda Alana. Ibunya pasti cemas karena sudah 3 jam Alana pergi. Arda yang mengetahui kegelisahan Alana dengan segera memegang tangan Alana. Berharap genggaman tangannya bisa menenangkan Alana.

"Kenapa?" bisik Arda di telinga Alana.

"Aku harus pergi. Ibu pasti cemas menungguku." jawab Alana sambil menarik tangannya dari pegangan Arda.

"Tunggu sebentar."

Arda berdiri dan berjalan menuju ke tempat Pak Husen berada.
Sesaat kemudian Arda sudah kembali lagi

"Ayo kita pergi." ajak Arda.
Alana segera berdiri dan mengikuti langkah Arda untuk keluar dari ballroom.

Alana menghela nafas lega saat sudah keluar dari ruangan yang terasa menyesakkan.

"Akhirnya." Alana bergumam lega. Menarik nafas panjang dengan senangnya.

"Ayo ke restaurant dulu, temani aku makan." pinta Arda.
Alana kaget kala Arda menyambar tangannya dengan cepat.

You're mine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang