Happy reading...
Sudah hampir setengah jam Dinda dan Dimas berkutat di barisan sepatu cewek. Mulai dari flat shoes hingga high heels di obok-obok tapi sepertinya belum ada yang pas di hati Dinda.
Tapi dengan sabar Dimas menemani sambil tersenyum sendiri. Bagaimana tidak, saat sudah ada yang cocok giliran melihat price tag dengan segera Dinda menggelengkan kepala nya.
"Gak ada yang cocok?" keluh Dinda saat melihat harga sepatu merk import yang sudah lama di inginkannya. Dinda merasa tak enak kalau harganya terlalu mahal.
"Ambil mana yang kamu suka?" kata Dimas sambil mendorong Dinda mendekati sepatu yang berkali-kali di lirik gadis itu.
"Jangan! Mahal." cegah Dinda dengan setengah berbisik.
Tidak enak rasanya kalau sepatu yang di incarnya terlalu mahal untuk lelaki seukuran Dimas.
Dimas melotot tajam.
"Apa kau pikir aku tidak bisa membelikan sepatu itu untukmu?" protes Dimas.
Dinda hanya terdiam. Merasa tak enak hati pada Dimas, bukannya meremehkan tapi Dinda hanya tidak mau merepotkan dan di cap sebagai cewek matre.
Tangan Dimas segera mengambil sebuah sepatu highheels hitam dengan pita silver diatasnya.
Didorongnya Dinda agar duduk di kursi dan Dimas berjongkok untuk melepas sepatu Dinda.Dinda terharu dengan sikap Dimas yang romantis. Benar-benar beda dari Dimas yang dulu dia kenal.
Dan saat sepatu itu terpasang di kaki Dinda, Dimas tersenyum puas."Pas." gumam Dimas.
Dengan segera Dimas melambaikan tangan nya pada pegawai toko sepatu dan menyerahkan sepatu yang tadi di coba Dinda.
"Sepatu yang ini mbak, ukurannya sama dengan ini." kata Dimas sambil menyerahkan sepatu yang tadi di coba Dinda.
"Baik, tunggu ya." jawab pegawai toko.
Handphone Dimas bergetar. Sebuah pesan masuk.
"Ambar?" desah Dimas.
-bisa kita bertemu? Ini tentang Alana.
Dahi Dimas berkerut. Ada apa dengan Alana? Tiba-tiba perasaan Dimas tidak tenang. Tidak biasanya Ambar menghubungi hanya untuk membahas Alana.
-kapan? dimana?
Jawab Dimas segera.Dirinya penasaran tentang apa yang akan di bahas nanti.
-sekarang. Aku sedang off kak. Kita bertemu di cafe dekat hotel savana ya , setengah jam lagi. Kali ini kak Dimas yang traktir ya?
-beres...jawab Dimas.
Dinda yang melihat kegelisahan Dimas segera mendekat. Tapi dirinya ragu untuk bertanya.
"Kita harus pergi ke cafe dekat hotel savana."
"Aku gak ikut." jawab Dinda.
"Aku akan bertemu dengan seorang cewek. Apa kamu tidak cemburu?" tanya Dimas ragu.
Dengan segera muka Dinda berubah masam. Cemburu? Sepertinya itu virus baru buat Dinda. Tapi Dinda berusaha tersenyum pada Dimas.
"Aku percaya kok sama kak Dimas, cinta dalam diam selama 6 tahun gak mungkin hilang dalam waktu singkat,ya kan?" jawab Dinda seraya mengelus rambut Dimas yang kali ini di kuncir ke belakang.
"Manis sekali jawabanmu. Sepertinya aku makin jatuh cinta padamu."
Sesaat setelah pesanan sepatu Dinda datang, Dimas mengeluarkan black card dan membayarnya di kasir.

KAMU SEDANG MEMBACA
You're mine [COMPLETED]
Novela JuvenilCinta sejati tak mengenal kasta dan dari mana dia berasal, cinta sejati tak menuntut untuk menerima balasan yang terpenting bisa memberikan sesuatu tanpa ada syarat apa pun di dalamnya" Who you are,where your from and what you did... I don't care ev...