18

264 34 17
                                        


Happy reading...

ELEKTRA itulah nama restoran yang sekarang di tuju Alana.
Restoran Perancis yang lumayan ramai malam ini. Makan malam kali ini merupakan makan malam yang pertama semenjak Arda datang.

Dengan diantar Dimas, Alana datang mengenakan dress putih berbahan satin yang dikombinasi dengan brokat.
Dress yang dipilih sendiri oleh Arda itu sangat pas dan melekat sempurna di badan Alana. Dengan polesan make up tipis membuat Alana tambah cantik.

Alana dengan susah payah membujuk Dimas agar ikut makan malam tetapi di tolak Dimas mentah-mentah.

"Aku tunggu 15 menit di sini, kalau lebih dari 15 menit kamu tidak keluar dari restoran berarti Arda sudah datang."

Alana hanya mengangguk mendengar pesan Dimas.

Sejenak Dimas merapikan rambut Alana yang sedikit berantakan karena tadi memakai helm.

"Bajumu tidak kusut karena naik motor tadi?" tanya Dimas seraya memeriksa dress Alana bagian belakang. Memastikan bahwa penampilan adiknya sempurna.

"Sudahlah, kakak selalu saja khawatir. Kak Dimas memang the best." puji Alana.

Mendapat pujian dan dua jempol dari Alana membuat Dimas tersenyum.

"Pergilah, salam buat Arda."

Dengan segera Alana berjalan menuju restoran, meninggalkan Dimas yang menunggu di parkiran. Saat tiba di pintu masuk, seorang pramusaji mengenali Alana.

"Mbak Alana, kan? Pak Arda sudah menunggu. Silahkan ikut saya."

Alana mengekor sang pramusaji yang membawanya ke tempat di mana Arda telah menunggunya.

Di lantai dua restoran terlihat kosong hanya ada Arda dan Dinda. Tampak Arda dari kejauhan sudah tersenyum dan melambaikan tangannya. Ditangan sudah menggenggam sebuah buket bunga yang pastinya untuk Alana.

"Hai sayang." sapa Arda yang langsung mendekat dan memeluk Alana.
Dinda pun tak mau kalah untuk memeluk Alana.

"Untukku?" tanya Alana sambil menerima uluran sebuket bunga tulip dari Arda.

Arda mengangguk bangga.

"Wow..tulip, bagaimana bisa?"

Alana seakan tak percaya bisa memegang dan mencium bunga tulip. Selama ini dia hanya berkhayal ingin ke Belanda hanya untuk memetik bunga tulip.

"Kau suka?" tanya Arda.

"Banget." jawab Alana yang masih memandang bunga dari negeri kincir angin itu.

"Tadi kak Arda memetik bunga tulip di belakang rumah" celetuk Dinda.

Alana menoleh cepat ke arah Dinda.

"Kalau gitu besok aku kerumahmu untuk panen bunga tulip." balas Alana.

"Sambil telanjang kaki lagi, ihh." kata Dinda mengejek.

Arda mendelik kearah Dinda.

"Kalau ikut makan malam hanya untuk mengejek mendingan kamu makan di rumah. Bungkus aja!"

Dinda langsung terdiam melihat ekspresi Arda yang mulai kesal.

"Ada kak Dimas di parkiran. Apa kau tidak rindu pada kakakku? Tapi sekarang tampangnya lebih kayak preman." bisik Alana pada Dinda.

Mata Dinda berbinar. Hampir 2 tahun Dinda lupa pada cowok yang bernama Dimas. Ada rasa kangen yang tiba-tiba hadir di hati Dinda.
Dinda bergegas pergi
meninggalkan Arda dan Alana.

You're mine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang