Happy reading...
Kring..kring..kring..
Terdengar bel tanda istirahat. Dengan segera semua siswa siswi yang sedari tadi di kelas, langsung berhamburan keluar kelas. Tujuan mereka hanya satu, kantin sekolah.
Tapi ada juga yang hanya ngobrol di luar kelas.
Tak terkecuali Dinda dan Alana. Mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin."Beli apa Din?" tanya Alana pelan.
Alana dan Dinda bingung untuk menentukan pilihan."Aku es teh aja sama keripik kentang." jawab Dinda.
"Karena ngantri, aku beli esnya kamu beli cemilannya." kata Alana seraya tangannya menyodorkan selembar uang sepuluh ribuan.
Mereka pun berpencar. Alana pergi membeli minuman sedangkan Dinda membeli cemilan.
Tak berapa lama Alana sudah kembali dengan 2 cup es teh di tangan. Matanya celingukan mencari tempat duduk yang kosong. Alana segera menempati tempat kosong di pojok kantin sambil menunggu Dinda kembali.
Saat menikmati es teh, tiba-tiba berdiri di depan mejanya dua gadis cantik dan lebih tepatnya kakak kelas Alana dan mereka teman Arda.
Kedua gadis itu tampak tak asing. Gadis cantik berponi itu Rena, gadis yang menggilai Arda dan satunya adalah sahabat Rena, Cindi.
"Hei." sapa Rena dengan muka jutek.
Alana hanya tersenyum.
"Apa?""Oh jadi ini cewek yang di gosipkan dekat dengan Arda? Nggak cantik-cantik amat." sindir Rena.
"Iya..kok bisa ya? Paling Arda liat cewek ini pake sedotan." timpal Cindi
yang disusul tawa Rena."Apa maksud kalian?" tanya Alana heran.
"Hei adik kelas, pesona apa yang membuat kamu bisa deket dengan Arda? Pake pelet atau pake rayuan gombal. Setahuku Arda cowok yang dingin dengan selera tinggi kalau soal cewek." tanya Rena sembari mengibaskan rambut indahnya.
Dengan wajah penasaran, Rena mendekati Alana dan mulai mengamati gadis itu dari dekat.
Hidung, lumayan mancung. Mata, cantik juga matanya. Lumayan..nilai Rena dalam hati.
Alana merasa tidak nyaman dengan tatapan Rena tapi dia merasa bangga karena ada yang cemburu padanya. Dan dia teman sekelas Arda.
"Coba tanya kak Arda kenapa dia deket sama aku." ucap Alana dengan nada kesal.
"Hei!!" bentak Rena sambil tangannya menggebrak meja.
Sontak semua mata tertuju pada Alana dan Rena. Tak terkecuali Dimas. Sedari tadi hanya menonton dan kali ini Dimas dengan segera mendekati Alana.
"Sudahlah, gak usah cemburu sama adik kelas. Masih lebih cantik kamu dari pada Alana."celetuk Dimas yang membuat Rena mundur satu langkah.
Dimas berdiri di depan Alana dengan sikap siaga.
"Kayak sinetron aja, iri sama gadis yang lebih cantik." sindir Dimas menambahi.
Rena berdecak sebal pada Dimas.
"Kemarin Arda dan sekarang si preman Dimas juga belain, apa sih yang membuat kalian para cowok tertarik pada Alana?" Cindi ikut angkat bicara.
"Mungkin dia tipe cewek gatel yang suka sama cowok keren." timpal Rena.
Mendengar ucapan Cindi dengan segera Alana pergi meninggalkan kantin. Dia tak ingin terlalu lama mendengar ejekan yang membuat telinganya panas.
Sedangkan Dimas masih beradu mulut dengan kedua gadis yang sepertinya tidak rela kalau Arda menyukai cewek lain. Sudah bukan rahasia di sekolah kalau Rena sangat memuja Arda tapi Arda selalu mengacuhkan Rena.
Ternyata diam-diam Dinda memanggil Arda untuk datang ke kantin. Melihat Arda datang di sertai Dinda, Dimas segera mendekat.
"Kalau kau suka pada Alana, lindungi dia dari fans mu. Aku gak suka Alana di bully karena kamu." bisik Dimas pelan.
Matanya seperti penuh kebencian saat menatap Arda dan tangannya mengepal seolah dia siap meninju muka Arda.
Mendengar perkataan Dimas, dengan segera Arda mendekati Rena dan menarik lengan gadis itu.
"Lepas!!" bentak Rena sambil mengibaskan lengannya. Ada rasa takut melihat Arda yang datang dengan muka masam.
"Jauhi Alana! aku peringatkan kamu!" ucap Arda mengancam.
Suaranya terdengar bergetar seperti sedang menahan amarah. Dengan mendengus pelan Arda segera berlari keluar kantin menuju kelas Alana.
Saat akan masuk ke kelas Alana langkahnya terhenti. Sudah ada guru di dalam kelas Alana.
Dinda yang sedari tadi mengekor Arda langsung masuk kelas begitu melihat sudah ada guru yang mulai mengajar.....
Pelajaran baru saja usai. Dinda segera merapikan bukunya. Dia ingin segera ke kantin. Di tolaknya ajakan Arda untuk pulang bareng karena Dimas ingin bicara empat mata dengannya.
Dinda begitu penasaran pada rahasia yang akan diungkap Dimas.
Keadaan kantin sudah mulai sepi.Terlihat Dimas sudah menunggu.
"Duduklah." kata Dimas mempersilahkan Dinda untuk duduk di depannya."Ada apa kak?" tanya Dinda penasaran.
"Kita berdua tau Arda menyukai Alana tapi dia tetap merahasiakan perasaannya." jawab Dimas kesal.
"Aku tau, kak Arda menyukai Alana dan kita gak usah ikut campur." jawab Dinda santai.
"Kalau begitu dia harus melindungi Alana dari semua temannya dan juga mantan kekasihnya."
"Lisa?" tanya Dinda tak percaya.
Dimas mengangguk pelan.
"Aku tidak tau namanya tapi aku pastikan dia dan Arda tidak bisa menyakiti Alana."Nada suara Dimas terdengar seperti mengancam, ditatapnya Dinda yang masih memandanginya dengan tatapan heran.
"Kenapa kak Dimas harus melindungi Alana?" tanya Dinda. Pandangannya tajam seperti sedang mencari sesuatu di mata Dimas.
"Karena dia adik tiriku yang lama aku cari. Diam-diam aku sering mengikutinya seperti bayangan termasuk saat Alana dan Arda bertemu. Aku tak bisa menyentuhnya, aku tak bisa memanggil namanya, hanya di sekolah aku bisa melakukannya." tutur Dimas.
Pandangannya seperti menerawang jauh.Mendengar kata-kata Dimas tentang Alana membuat Dinda terkejut. Mata gadis itu tak berhenti melotot dan mulutnya sedikit terbuka, kaget.
"Kalian bersaudara? Apa Alana tau tentang ini?"
Dimas menggeleng pelan.
"Kami satu ayah tapi beda ibu. Selama ini aku tinggal dengan bibi dari ibuku.1 tahun yang lalu ibu ku meninggal. Saat aku datang menemui ibunya Alana, diluar dugaan beliau memintaku untuk tinggal bersama tapi aku belum siap. Tapi sekarang aku berubah pikiran."Belum hilang rasa kaget Dinda, Dimas berdiri dan menepuk pundaknya.
"I will gratefull if you can keep this secret."
Dinda hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.
Ah...Alana begitu beruntung punya kak Dimas yang begitu sayang dan selalu melindungi walaupun dari kejauhan...gumam Dinda dalam hati.
"Tidak seperti kak Arda yang selalu menyebalkan." dengus Dinda pelan
Tunggu cerita selanjutnya ya..
Jangan lupa vote and comment23 mei 2020(edisi revisi)
Rumianii

KAMU SEDANG MEMBACA
You're mine [COMPLETED]
Ficção AdolescenteCinta sejati tak mengenal kasta dan dari mana dia berasal, cinta sejati tak menuntut untuk menerima balasan yang terpenting bisa memberikan sesuatu tanpa ada syarat apa pun di dalamnya" Who you are,where your from and what you did... I don't care ev...