13

251 35 13
                                    

Happy reading...


Hampir seminggu ini kelas 12 ujian. Praktis Alana dan Arda tidak bertemu sama sekali. Dimas juga sama, setiap pulang sekolah selalu mengurung diri di kamar, menghabiskan waktu dengan belajar.
Sampai makanan pun harus di antar oleh ibunya ke kamar.

Alana mengintip Dimas yang sedang belajar di kamarnya. Tapi Dimas hanya menolehnya sesaat kemudian mengacuhkannya lagi.

"Kak gimana ujiannya?" tanya Alana basa basi.

Dimas tersenyum tanpa menoleh kearah Alana.
"Kamu tanya tentang aku atau seseorang itu?" Dimas balik bertanya.

Alana hanya terdiam.

"Duduklah." pinta Dimas.

Alana segera duduk di samping kakaknya. Dimas meletakkan pulpen yang dari tadi di pegangnya dan memutar badannya agar bisa menatap Alana.

"Mau tanya apa?" tanya Dimas sambil tersenyum pada Alana.

"Apakah setiap hari kakak ketemu kak Arda? Apa dia baik-baik saja?"

Mata Alana memandang Dimas lekat-lekat seperti sedang mencari jawaban.

"Arda sudah dua hari tidak masuk sekolah. Dia sakit. Apa dia tidak menelfon atau mengirim pesan padamu?" tanya Dimas sambil memiringkan kepalanya.

Alana hanya menggeleng pelan. Tampak wajah kecewanya terlihat jelas.

"Saat kau punya pacar bukan hal indah terus yang akan di rasakan, adakalanya sakit karena merindukannya juga." ucap Dimas sambil membelai rambut Alana.

"Iya, kak."

"Besok hari minggu, aku akan mengantarmu kerumahnya." ajak Dimas yang langsung di sambut dengan pelukan Alana.

Senyumnya kembali mengembang.
Melihat ibunya datang membawa makanan untuk Dimas dengan segera Alana keluar dari kamar kakaknya. Sebelum komplain sang ibu keluar.

"Apa benar Arda dan Alana pacaran?" tanya ibunya.

Raut wajah wanita paruh baya itu seperti khawatir.
"Arda anak yang baik." jawab Dimas.

"Katanya dia playboy?" tanya ibunya lagi.

"Kata siapa? Dia bukan playboy. Dia keren dan karena itulah banyak gadis menyukainya."

Mendengar kata-kata Dimas membuat ibunya sedikit lega.
Dimas hanya khawatir Alana akan terluka mendengar Arda akan menempuh pendidikan di luar negeri. Mampukah mereka bertahan? Waktu yang akan menjawabnya.

....

Alana dan Dimas sampai di depan rumah Arda. Dimas mengeluarkan beberapa buku pada Alana sebelum dia pergi meninggalkannya.

Terlihat gerbang sedikit terbuka. Tampak seorang perempuan seumuran ibu Alana sedang memetik bunga di taman.

"Permisi tante." sapa Alana.

Perempuan itu menoleh dan dengan segera menghampiri Alana. Matanya sedikit memicing menatap wajah cantik yang pernah dia lihat di foto milik Arda.

"Kak Arda ada?" tanya Alana ragu. Kedua tangannya mendekap erat buku dari Dimas.

"Kamu siapa? Saya ibunya Arda." tanya perempuan itu sambil tersenyum.

"Saya Alana, Tante." jawab Alana tegang.

"Oh..Alana, ayo masuk."

Ibu Arda berjalan mendahului. Alana mengikutinya dari belakang.

Saat sampai di depan pintu kamar Arda, langkah mereka terhenti. Ibu Arda menatapnya sambil tersenyum.

You're mine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang