21

274 32 7
                                    


Happy reading...

Arda yang masih terbawa emosi membawa Alana pergi ke kantornya.
Bahkan di dalam lift pun Arda tak bersuara, hanya tangannya yang tetap menggandeng tangan Alana.

Berkali kali Alana mencoba menarik tangannya tapi Arda malah mempererat gandengannya. Sorot matanya tajam ke depan, sama sekali tak melirik gadis di sampingnya.

Jantung Alana berpacu. Barukali ini dia melihat Arda marah tepat di depannya. Memang Arda sosok yang dingin, dia lebih suka diam daripada meladeni amarahnya. Tapi tidak kali ini, sepertinya amarah cowok itu sudah di ubun-ubun.

Saat keluar dari lift, Arda bergegas membawa Alana menuju kantornya. Tak dihiraukannya tatapan heran para staff dan juga sekretarisnya yang memperhatikan mereka berdua.

"Masuklah." Arda membuka pintu dan mempersilahkan Alana untuk masuk.

Sekretarisnya yang baru yang bernama Ferdy dengan segera mendekat saat melihat Arda datang.

"Batalkan jadwal meeting hari ini dan minta pada pegawai restoran bernama Ambar untuk mengemas barang milik Alana dan antarkan ke kantorku."

"Baik pak." jawab Ferdy tegas.

"Dan satulagi, hubungi mbak Riska yang aku kasih note-nya ke kamu kemarin."

"Siap." jawab Ferdy lagi.

Arda mengangguk tanda puas. Arda segera menutup pintu kantornya setelah Ferdy berlalu.

Arda menghela nafas dalam-dalam. Alana hanya memandangnya dengan tatapan pasrah karena dia tau amarah Arda pasti akan meledak kali ini.

Di lepaskan dasinya yang dari tadi terpasang rapi dan Arda melemparkan begitu saja ke kursi kerjanya.

Arda berjalan ke arah Alana sambil berkacak pinggang. Tatapannya tajam yang membuat Alana tambah takut.

"Besok urus surat pengunduran dirimu. Siapkan di mejaku jam 8 pagi!!" kata Arda ketus.

"Apa?!" mata Alana terbelalak lebar.

"Kenapa? Suka tidak suka kau harus melakukannya."

"Hanya karena masalah sepele dengan pelanggan tadi apa aku harus kehilangan pekerjaanku? Aku tidak mau mengundurkan diri. Aku akan minta pindah di bagian gudang atau bagian lain." ganti Alana yang sewot.

"Sudah tau salah masih saja galak."

Arda melotot pada Alana sambil mendekatkan wajahnya pada gadis di depannya. Dia ingin membuat kesan emosi agar Alana melunak.

Cup...

Alana bukannya takut, Alana malah mendaratkan kecupan di pipi Arda. Mata Arda terkesiap.
Alana tersenyum melihat ekspresi kaget Arda.

"Itu kan bukan salahku kalau dia suka padaku." kilah Alana.

"Tetap saja kau yang salah. Untuk apa kau berkata manis pada pria lain seperti itu. Dia menarik paksa tangan mu, sungguh ingin sekali aku menghajarnya."

Alana merasa gemas sekali pada Arda, ingin sekali tangannya memukul lengan kekasihnya itu.

"Akukan seorang pramusaji, ya harus sopan dan ramah. Kenapa kakak marah tanpa sebab jelas." protes Alana.

"Ih, kau ini!!" Arda tambah kesal dengan  alasan yang Alana katakan.

"Kakak cemburu ya?" goda Alana sambil tersenyum

Mata Arda terbelalak.

"Tidak!! Kenapa?" kata Arda mengelak.
Alana mendekati Arda dan menatap nya lekat-lekat.

You're mine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang