20

303 36 14
                                        


Happy reading...

Semenjak Arda menjabat sebagai CEO hotel Savana, Alana senang tapi juga tidak nyaman karena banyak yang mempertanyakan hubungan Alana dan Arda.

Dan kebiasaan Arda yang baru yaitu sering duduk di restoran saat sarapan atau jam makan siang membuat Alana merasa risih dan di awasi. Walaupun berkali-kali Alana protes tetap saja Arda hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa.

Dan yang cukup membuat Alana gerah adalah Arda menjadi idola dadakan. Penampilan yang keren dan pembawaan yang cuek bahkan terkesan dingin membuat banyak karyawan cewek klepek klepek.

Meskipun Arda cuek dengan situasi seperti itu,tetap saja cemburu di hati Alana tak bisa diabaikan.

Tanpa disangka siang ini ibu Arda meminta bertemu dengan Alana di restauran, di jam makan siang. Beruntung sekali sang manager restoran mengizinkan Alana untuk duduk dan mengobrol dengan Ibu Arda.

"Kau betah kerja disini?" tanya ibu Arda.

"Betah tapi fakta bahwa kami berpacaran mulai di ketahui semua orang karena kak Arda tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Dan sudah dua hari ini kak Arda duduk disini hanya untuk secangkir kopi atau sarapan." keluh Alana.

Ibu Arda tersenyum. Diraihnya tangan Alana.

"Aku ingin kau keluar dari pekerjaan ini dan bekerja di butik ibu. Bagaimana? Kau mau?"

Alana menatap Ibu Arda yang tersenyum.

"Kenapa, Bu? Apa kak Arda yang meminta ibu mengatakan ini?"

Ibu Arda terdiam.

"Arda sering protes pada ayahnya karena kau menjadi seorang pramusaji yang harus ramah pada pelanggan terutama pada pelanggan pria. Dia marah saat mendengar ada pelanggan yang menyukaimu."

Alana menghela nafas. Cemburukah kak Arda? Tapi kekasihnya itu tidak pernah mengungkapkannya.

"Sore ini ikut ibu ke suatu tempat ya. Nanti sopir yang akan menjemputmu saat jam kerjamu berakhir."

"Kemana?"

"Rahasia." Ibu Arda mengedipkan sebelah matanya.
Membuat Alana jadi tambah penasaran.

"Aku juga dengar gosip bahwa kau perusak hubungan Arda dan tunangannya. Itu karena Arda memakai cincin di jari manisnya." keluh Ibu Arda. Wajahnya tampak sedikit kecewa.

Alana tertegun, bagaimana gosip itu berkembang tanpa Alana sadari. Semua orang mengira Arda bertunangan dengan gadis lain dan bukan dengannya.

"Saya juga memakai cincin yang sama tapi tidak ada yang memperhatikannya."

Alana memperlihatkan cincin di jari manisnya pada ibu Arda. Cincin pemberian Arda tiga tahun lalu.

Ibu Arda tersenyum dan mengusap pipi Alana.

"I know my dear." bisik ibu Arda.

Tak berapa lama Arda muncul dan menyapa Alana dan ibunya. Saat akan duduk dekat Alana dengan segera tangan Arda di tarik oleh ibunya.

"Duduk dekat ibu, Arda."

Arda menurut saja walaupun ingin sekali duduk dekat Alana.

Belum sempat berbicara dengan Alana, Ambar datang dan berbisik pada Alana.

"Ada Ben."

Dengan malas Alana berdiri.
"Saya harus kembali bekerja." pamit Alana.

Tapi dengan segera Arda menarik tangan Alana.

"Hei, aku belum selesai bahkan aku belum mulai bicara denganmu. duduklah!" protes Arda.

Menatap tajam pada Alana yang hendak pergi dan tatapannya berganti ke arah Ambar.
Kedua gadis menelan ludahnya kasar. Arda memang pendiam tapi saat marah, ucapan dan tatapannya menusuk sekali.

You're mine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang