Vote and comment 🌟
____________________________________
Saat permainan dimulai, kita tidak akan tahu resiko apa yang akan terjadi.
____________________________________
Alex yang diikuti oleh teman-temannya baru saja tiba di markas mereka. Atap sekolah yang sudah mereka sulap menjadi tempat nongkrong yang nyaman dilengkapi dengan sofa dan perabotan lainnya. Jangan tanya mereka bisa melakukan ini karena apa, jawabannya cuma ada pada Alex.
"Woi!! Enak bener lo ya main nyosor aja." Suara Leo memecahkan keheningan mereka.
"Apalagi rencana lo?" Kali Vatter pun ikut berbicara karena tidak bisa dipungkiri dia juga cukup penasaran.
"Mainan selanjutnya?" Gino pun ikut bersuara.
"Nggak tahu masih gue pikirin," hanya itu jawaban Alex, membuat Leo dan Gino menjadi cengo seketika.
Bayangkan saja, Alex mencium seorang perempuan dan saat ditanya dia tidak tahu kegunaannya untuk apa. Apalagi yang lebih menjengkelkan dari hal ini, dan berdoa saja semoga perempuan yang dicium oleh Alex itu menabahkan hati dan meningkatkan sabarnya. Semoga saja.
Alex dan teman-temannya mengobrol disini sambil melewati jam pelajaran pertama mereka yang saat ini diisi oleh pelajaran fisika. Tidak membosankan sih, tapi buat apa mereka ada didalam sana karena guru fisika mereka yang bernama pak Candra itu juga tidak peduli akan kehadiran mereka. Bagi guru itu, siapa yang mau belajar ya belajar saja, dan siapa yang tidak mau belajar ya terserah ingin melakukan apa. Tipe guru yang tidak mau repot. Dan kebetulan hari ini Alex tidak sedang ingin belajar, tapi entah kenapa mereka bertiga malah juga ikut-ikutan. Karena biasanya, salah satu dari mereka masih akan tetap hadir sebagai perwakilan dan formalitas. Ya, bagi mereka sekolah hanya untuk formalitas saja.
Saat merasa bosan, Alex pun membuka benda pipih yang biasa disebut handphone itu. Memainkan game online disana. Sambil sesekali meminum cappucino dinginnya. Alex tidak perlu mengeluarkan umpatan hanya untuk permainan seperti ini. Karena dia tidak pernah kalah, entahlah mungkin hanya belum, tunggu saja. Bagi Alex kalah adalah harga mati.
Baru saja Alex ingin memulai ulang game--nya, namun sebuah pesan masuk melalui aplikasi WhatsApp membuat Alex mengernyitkan mata heran. Tidak mungkin dari para fans fanatiknya. Karena nomor handphone Alex itu tidak semua orang punya, jadi mustahil.
From: +628xxxxxxxxxx
Hai Alex, ini nomor gue, sakura.Alex menggelengkan kepalanya, gadis ini memang gila. Jadi dia rasa tidak salah memilih partner nya saat ini. Senyum Alex mengembang, kemudian memasukkan handphone ke saku belakang celana sekolah dan beranjak dari markasnya.
Berjalan santai menuruni tangga dan sesekali memutar bola mata bosan mendengar pujian orang-orang yang berpapasan dengannya. Alex itu tipe pemuda yang memiliki aura mendominasi yang kuat, entahlah mungkin bisa juga disebut sebagai aura menyeramkan. Langkah kaki Alex terhenti, sial dia bahkan tak tahu dimana letak kelas gadis itu, oh ya dia juga baru melihat gadis itu hari ini. Ya, selama tiga tahun dia bersekolah disini belum pernah melihat gadis itu sama sekali. Dalam pikirannya Alex berpikir bahwa gadis itu adalah gadis nerd, tapi dia segera mengenyahkan pikiran itu. Tidak mungkin dia gadis nerd sedangkan sikapnya saja sangat bertolak belakang.
"Eh, dimana kelas Cherry?" Alex bertanya pada salah satu gadis yang dilewatinya.
"Tidak ada yang namanya Cherry disekolah ini Kak," gadis yang ditanyai Alex ini terlihat tersenyum malu, dia menundukkan wajahnya.
Ah iya, bagaimana bisa Alex lupa gadis itu namanya bukan Cherry. "Dimana kelas sakura?"
"Murid baru itu ya? Dia kelas 11 MIA 1 kak," setelah mendengar perkataan itu, tanpa basa-basi Alex langsung pergi.
Pantas saja Alex tidak pernah melihat gadis itu, ternyata dia murid baru. Cukup berani juga, sudah membuat masalah dihari pertama sekolah. Alex makin tertarik saja untuk memulai permainannya. Dia pikir kali ini pasti akan cukup menyenangkan.
Alex menghentikan langkahnya didepan pintu kelas 11 MIA 1, dia menatap guru perempuan yang sedang mengajar disana, guru yang mengajar kali ini tidak pemarah, ya walaupun terkesan cerewet, tapi tetap saja masih bisa untuk diatasi.
Alex memutuskan untuk mengetuk pintu dan masuk kedalam kelas, bersalam dengan guru bahasa Indonesia yang sedang mengajar. Membuat Alex menjadi pusat perhatian murid dikelas ini. Alex kemudian memperhatikan kesepenjuru kelas, mencari gadis yang ingin ditemuinya. Kemudian senyuman tipis muncul dari bibir Alex, saat dia menangkap objek yang sedang dicarinya.
Melangkah dengan pelan dan tangan sebelah kirinya dimasukkan kedalam saku celananya. Saat sudah sampai, badannya merunduk menyamai tinggi badan Sakura yang memang sedang duduk saat ini. Menatap mata coklat itu, dan beruntungnya lagi Sakura juga sedang menatapnya. Tatapan yang seharusnya berjalan dengan lama itu harus terputus karena Sakura mengalihkan pandangannya.
"Hai Cherry, nanti pulang bareng gue!" Alex mengucapkan hal tersebut dengan santai, seakan tidak ada guru disana. Dan untungnya lagi, guru yang bernama ibu Arnel itu memiliki kesabaran yang cukup tinggi.
"Kenapa harus pulang bareng lo? Gue juga punya mobil." Percayalah Sakura mengucapkannya dengan pelan, seakan sedang berbisik.
"Ya gimana sih, Mami gue mau ketemu sama calon mantu." Sekali lagi, ucapan Alex membuat kelas yang memang sudah rusuh menjadi bertambah riuh. Lalu ibu Arnel memelototi Alex, berusaha mengusir si pembuat onar ini.
"Tapi mo--," perkataan Sakura terpotong.
"Gue nggak suka penolakan." Kalimat terakhir yang diucapkan Alex sebelum akhirnya memutuskan keluar dari kelas. Mengangguk singkat pada ibu Arnel, sebagai ungkapan terima kasih karena telah memberikan izin.
Baru saja kelas Sakura berjalan kondusif seperti biasa, namun kembali dikejutkan oleh kehadiran Alex yang datang tiba-tiba. Berjalan mantap kearah Sakura lalu menundukkan kepalanya mendekati kepala si gadis. Membisikkan kata-kata yang mampu membuat Sakura terdiam, badannya mematung dengan mulut terbuka.
"Ayo bermain dengan gue. Resikonya cuma dua, lo jatuh atau kita sama-sama jatuh."
******
Aku sering update sekarang, entahlah mungkin karena bosan dengan efek #dirumahaja
But, stay healthy everyone 🙃🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonbow
Teen FictionAlex Marchelo Pradipta Pria dengan sejuta pesona, namun berjuta perangkap. Pria dengan wajah malaikat namun berhati iblis. Sekarang dia terjebak dalam sebuah permainan yang dia ciptakan. Dia akan keluar sebagai pemenang atau pecundang?