==÷==“Now who’d have ever thought that
We’d both be here tonight
And the world looks so much brighter
With you by my side
I know that something has changed.”💍💍💍
Suara-suara penuh kehebohan mulai terdengar, mendekati hari-hari yang menegangkan, hari-hari yang dinantikan. Semua orang sibuk dengan tugasnya masing-masing. Mulai dari menyiapkan ballroom yang tidak disangka-sangka begitu besar, kiranya cukup besar untuk menampung 2000 tamu undangan.
Sebulan telah berlalu, ke-hectic-an berita pernikahan mereka tak pernah sepi. Bahkan ada beberapa wartawan yang terang-terangan mengulik di mana tempat pernikahan mereka, hingga menanyai desainer untuk baju pernikahan mereka nanti. Selama satu bulan, hampir semua media online maupun media televisi tak henti-hentinya memberitakan mereka berdua. Angga Zara sampai harus hiatus dari media sosial, demi menghindari berita-berita yang tidak ingin mereka sendiri ketahui. Lebih baik tidak tahu, daripada malah membuat kepikiran.
Diujung ruangan terdapat dua orang yang tengah mengistirahatkan tubuh mereka. Padahal mereka berdua tidak sekalipun ikut campur tangan, namun rasanya mereka harus terjun langsung.
“Capek banget ya?” tangan Angga setia memijat kedua pundak gadis mungil yang keliatan lelah sekali.
Zara pun menganggukinya, “Padahal kita nggak ikutan, tapi capek juga ngecekin satu-satu.”
Angga menatap dalam gadis yang tengah menyandarkan tubuh lelahnya ke sandaran kursi, ia nampak kasihan melihat Zara setelah gadis itu bersikeras ingin melihat semuanya dengan matanya sendiri. Termasuk mengecek segala hal seperti list tamu undangan, catering, bahkan yang terpenting seperti gaun pengantinnya nanti. Semua harus benar-benar siap, meski hanya sementara, ia ingin untuk pertama kali dalam hidupnya begitu berkesan.
“Kamu udah makan?” sadar Zara mengingat Angga sepertinya belum ada makan sama sekali sejak pagi tadi mereka buru-buru ke tempat terlaksananya pernikahan.
“Hhm?” Angga menaikkan satu alisnya,
Zara memalingkan tubuhnya menghadap Angga yang duduk di belakangnya, “Suamiku udah makan?” ulangnya lagi,
Angga terkekeh pelan, “Belum, kamu lapar?” tanyanya sembari mencubit pelan hidung Zara,
“Iya nih, baru kerasa udah jam segini. Kita makan yuk?”
Angga menganggukinya. Tangannya dengan sigap membantu gadis itu untuk berdiri kemudian dilanjut dengan merapikan beberapa helai rambut Zara, menyelipkannya di belakang telinga gadis itu. “Tapi kita sholat dulu ya, baru jalan makan.” Ucapnya yang diangguki Zara.
Sepeninggalnya kedua pasangan itu, semua orang yang sibuk sempat menahan gerakan mereka bahkan ada yang pura-pura sibuk namun sebenarnya mencuri dengar perbincangan calon pengantin itu.
“Aduh gemes kalo liat mereka berdua!” ucap salah seorang pelayan yang khusus menata beberapa properti.
Temannya pun menganggukinya, “Emang paling klop udah kalo mereka berdua jadi suami istri.”
“Eh tapi, banyak kejanggalan lho.” Bisik pelan sembari melirik ke kiri dan kanan.
“Maksud lo?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Term Marriage
ChickLitAngga dan Zara mengambil keputusan besar, di mana mereka sebenarnya tidak menghendaki hal tersebut. Mereka nyaman dengan satu sama lain, bukan dalam sebuah ikatan. Mereka mengakui hanya sebatas sahabat. Tidak ingin lebih dari itu. Prinsip mereka, ka...