==÷==“Kau tahu cara buatku tertawa
Tak mudah kusut dalam kemelut
Kau tahu cara mengurai semua
Bila aku pegang kendali penuh pada cahaya
Aku pastikan jalanmu terang.”💍💍💍
Aroma masakan tercium jelas oleh Angga sejak ia membuka pintu kamar. Senyum tipisnya pun terurai sembari menutup kembali pintu itu. Langkah kakinya perlahan melangkah menuju dapur untuk menghilangkan rasa penasarannya meski ia sudah menduga-duga siapa pelaku utamanya, hanya saja ia ingin memastikannya.
Rambut pria itu masih agak sedikit basah karena ia sendiri tidak suka memakai hairdryer, ia lebih suka membiarkannya kering dengan sendirinya, katanya biar rasa segarnya air masih terasa.
Senyumnya kembali hadir melihat perempuan bertubuh mungil itu yang tengah menyiapkan makan malam mereka. Sejak beberapa jam yang lalu, Zara memilih keluar kamar lebih dulu sejak ia selesai mandi.
“Tolong dong tumis kangkungnya taruh ke meja,” Angga tersenyum tipis, pasti Zara sudah menyadari kehadirannya.
Dengan lekas Angga mengambil piring di dekat Zara lalu meletakkan piring tersebut di atas meja, disusul oleh Zara yang membawakan ayam goreng yang sudah ditiriskannya.
Di atas meja makan mereka sudah tertata rapi semuanya, Angga benar-benar merasa bahagia sekali malam ini, rasa penatnya selama satu minggu lebih terbayarkan oleh kebahagiaan sederhana yang tidak bisa dibeli dengan uang. Cukup makan malam yang disiapkan oleh istrinya sendiri, oleh sahabat yang kini menjadi teman hidupnya. Karena bahagia menurut Angga itu tidak perlu mahal.
“Kenapa?” Tanya Angga saat melihat Zara yang duduk dihadapannya menatapnya dalam diam,
Zara mengisyaratkan dengan tangannya, “Doa dulu sayang,” ujarnya mengingatkan,
Angga terkekeh pelan, hampir saja ia akan langsung makan. Kemudian kedua orang itu berdoa sebelum memulai makan malam mereka. Keduanya makan dalam diam, terasa canggung aneh setelah kegiatan mereka yang tak direncana siang tadi.
“Gimana? Enak nggak? Nggak keasinan kan?” tanya Zara beruntun, setelah terdiam beberapa lama akhirnya perempuan itu kembali pada aslinya.
Jempol Angga terangkat dengan senyum lebarnya, ia melanjutkannya dengan menambah nasi dan langsung dibantu Zara dengan diambilkannya ayam serta tumis kangkung untuk ditambahkan ke piring Angga.
Tak perlu kata-kata, Zara tau kalau Angga benar-benar suka masakannya. Hal sekecil itu saja bisa membuat ia tersipu malu sekaligus senang dengan usahanya. Tak sia-sia ia pernah selama dua tahun tinggal di apartemen hanya berdua bersama kakaknya.
“Habis ini biar aku yang beresin dan cuci piringnya, kamu santai aja.” Zara mengembangkan senyumnya sembari menganggukkan kepalanya.
💍💍💍
Zara mencoba mengintip Angga yang benar-benar membereskan meja makan serta mencuci semua piring bahkan bekas peralatan masaknya tadi. Ia sebenarnya ingin membantu, namun suaminya itu menolaknya dengan mengatakan kalau sudah gilirannya, sesuai dengan ucapannya kalau selama mbak Nin tidak ada, mereka akan saling bantu untuk membereskan rumah maupun tugas lainnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/217635175-288-k428571.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Term Marriage
Literatura FemininaAngga dan Zara mengambil keputusan besar, di mana mereka sebenarnya tidak menghendaki hal tersebut. Mereka nyaman dengan satu sama lain, bukan dalam sebuah ikatan. Mereka mengakui hanya sebatas sahabat. Tidak ingin lebih dari itu. Prinsip mereka, ka...