12. Manisnya Bulan [1]

3.6K 213 84
                                    


==÷==

“Cintaku bukan di atas kertas
Cintaku getaran yang sama
Tak perlu di paksa
Tak perlu di cari
Kerna ku yakin ada jawabnya.”

💍💍💍

Lobi bandara siang itu begitu penuh serta sesak dengan orang-orang yang berdatangan ke kota yang mendapat julukan serambi madinah tersebut. Beberapa terlihat datang dengan dijemput oleh sanak saudara, beberapa yang lainnya sehabis datang dari urusan pekerjaan, dan pasangan muda seperti Angga dan Zara sudah jelas untuk bulan madu.

Genggaman keduanya tak lepas sejak mereka tiba di bandara Jalaluddin Gorontalo. Seakan mengabaikan pandangan orang-orang terhadap pasangan yang diduga terlibat cinta lokasi itu.

Angga melirik arlojinya, “Kamu capek?” tanyanya kemudian pada Zara yang masih betah bersandar di lengannya.

“Pengen rebahan,” rengek Zara dengan nada manjanya, suaminya itu lantas mengusap lembut kepalanya.

Angga menatap kasian pada istrinya itu, sebab perjalanan mereka lumayan lama, sekitar 3 jam untuk perjalanan udara tadi. Dan sekarang mereka harus menunggu jemputan yang dari tadi tidak terlihat batang hidungnya.

“Aku telfon aja kali ya?” Zara menganggukinya sambil menguap,

Baru saja akan mengeluarkan handphonenya, seseorang dengan pakaian berwarna coklat muda mendatangi Angga dan Zara sambil terengah-engah.

“Selamat datang, pak Angga dan bu Zara. Mohon maaf keterlambatan kami sebab ada kendala di tengah jalan tadi.” Ucapnya dengan perasaan bersalah,

Meski agak sebal karena harus menunggu hampir satu jam, keduanya memilih untuk mengulas senyum dan memaafkan kesalahan yang tak disengaja itu.

“Santai saja, pak.” Sahut Angga tersenyum tipis,

Pria paruh baya tadi menganggukkan kepalanya, “Oh iya, saya Imam, di sini saya yang bertugas dan jadi tour guide kalian selama beberapa hari ke depan. Mari, kita langsung saja.” ucapnya mengarahkan menuju mobil jemputan yang sudah disediakan.

Koper pengantin baru itu pun hanya satu buah, namun agak besar karena memuat baju keduanya untuk lima hari ke depan. Koper itu juga sudah dibawakan pak Imam ke dalam bagasi mobil.

Posisi duduk di samping sopir ialah pak Imam dan bangku kedua di isi oleh Angga dan Zara yang nampak memainkan handphonenya masing-masing, serta tangan Zara yang tidak bisa lepas dari lengan nyaman milik suaminya itu.

“Perjalanan kita sekitar dua jam, pak, bu. Jadi kalau kalian ingin tidur di jalan, silahkan saja. kebetulan jalanan yang akan kita lalui tidak ada medan yang susah.” Ucap pak Imam sembari menatap keduanya dari kaca depan,

Angga menganggukinya, ia lantas memindahkan dengan pelan kepala Zara untuk bersandar lebih nyaman di pundaknya. “Kamu nggak mau tidur aja?” tanyanya lembut,

Zara menggeleng pelan, “Kepala aku suka sakit kalau tidur di jalan,” ucapnya sembari mencari posisi yang lebih enak,

“Dua jam lho, Ra. Yakin ngantuknya bisa ditahan?” tanya Angga memastikan,

Term MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang