"Tak ada yang bisa bernafas
Di dalam sebuah kotak kaca
'Ku ingin menjadi indahnya bunga yang mekar di taman"💍💍💍
Jam berdenting menandakan waktu tengah berlanjut pada pergantian hari. Angga, pria dengan tatanan rambut yang sudah acak-acakan itu menghela nafasnya. Ia melirik ke kiri dan kanannya yang tampak sepi. Lantas matanya terbelak tajam menyadari sesuatu hal.
"Ra?" gumam Angga sembari menyalakan lampu kamar serta mencari handphonenya.
Angga bangun dari tidurnya, lalu berjalan mengitari kamarnya sampai berlanjut pada kamar mandi dan tidak menemukan seseorang yang dicarinya. Kemudian ia berlari keluar kamar dengan nafas terengos-engosnya. Matanya terus saja mencari perempuan bertubuh mungil itu.
Langkah kaki besarnya pun mengantarkan Angga hingga ke dapur, tempat yang mungkin saja ia bisa menemukan Zara, perempuan yang dicari-carinya.
"Zara?!" Tak tertahan, Angga hingga berteriak mencarinya.
Pria tersebut benar-benar tidak menemukan di mana perempuan itu, bahkan di segala penjuru rumahnya. Seperti kesetanan, ia tidak menyadari kalau ini sudah lewat tengah malam. Angga tidak peduli dengan gelapnya malam, atau pula dengan keheningan tanpa suara. Ia tetap terus mencari Zara yang menghilang.
"Tuan?" Angga terkejut. Bahunya ditepuk oleh satpam yang berjaga malam ini.
Angga kembali mengusap dadanya, ia kira bertemu dengan sesosok makhluk halus yang menampakkan dirinya. Lagi, helaan nafas terdengar, "Masuk jalan mana, pak? Kaget saya."
"Wah maaf, tuan. Saya tadi pakai kunci cadangan, soalnya saya dengar ada suara teriakan dari tuan makanya saya langsung panik dan masuk." Jelas satpam tersebut dengan nada suara tak enak hati.
Lampu ruang tengah Angga nyalakan, ia lantas duduk ke single sofa yang ada di sana dan mengarahkan tangannya pada sofa kosong di hadapannya. Satpam tadi pun mengerti lantas mengangguk paham dan ikut duduk.
Tangan Angga meraih botol minum lalu menenggaknya, tatapannya tak teralih dari satpam rumahnya. "Sepertinya, saya mimpi hal yang aneh pak."
"Bapak ngerti." Sahut satpamnya dengan suara pelan, namun agak berat.
Kening Angga bertaut dengan kening berkerut, "Apa yang bapak tau?"
"Sejak tuan pulang sehabis promo film tadi, mata lelah tuan begitu terlihat. Saya nggak ngerti masalah kerjaan seperti itu. Cuman saya minta maaf karena sempat mendengar pembicaraan telfon tuan dengan mbak Zara. Terus pas tuan teriak-teriak nyari mbak Zara, saya ngerti kalau tuan-"
"Mimpi." Bibir Angga menggumamkan satu kata pahit yang begitu susah terdengar nyaring.
Pak satpam yang duduk dihadapannya pun hanya bisa menganggukkan kepalanya seraya meremas-remas tangannya.
Tak lama setelahnya Angga malah terkekeh pelan sambil mengusap-usap rambutnya, kemudian ia menyandarkan punggung lelahnya. Dan pria itu kembali mengingat semua hal yang telah terjadi meski hanya ada dalam mimpinya. Angga benar-benar mensyukurinya, ia mendapat banyak penglihatan akan sesuatu hal yang masih membuatnya mempertahankan dinding tertinggi dalam hatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/217635175-288-k428571.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Term Marriage
Chick-LitAngga dan Zara mengambil keputusan besar, di mana mereka sebenarnya tidak menghendaki hal tersebut. Mereka nyaman dengan satu sama lain, bukan dalam sebuah ikatan. Mereka mengakui hanya sebatas sahabat. Tidak ingin lebih dari itu. Prinsip mereka, ka...