======
WARNING!
PART INI LUMAYAN PANJANG, JADI LUANGKAN WAKTU UNTUK MEMBACANYA.
Hope y'll enjoy it 😊✌
==÷==
“Kau di detak jantungku,
Di setiap nafasku tiada gantinya,
Kau segalanya,
yang bermakna.”💍💍💍
Kotak-kotak kerdus tersusun rapi menjulang tinggi, beberapa orang silih berganti membawanya dengan stoller besar, ada juga yang membawanya dengan tangan kosong, sisanya yang lain menunggu di belakang mobil box putih berukuran sedang.
Orang-orang nampak sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing hingga tidak sadar dengan seseorang dibalik tempat mereka bekerja. Seseorang yang kini tersenyum simpul dengan tangannya yang menggenggam erat seorang perempuan bertubuh mungil yang hari ini mengenakan rok putih selutut beserta blouse berwarna oranye, rambut perempuan itu ikut terkena terpaan angin yang begitu sejuk.
“Tempatnya gede banget,”
Angga tersenyum tipis sembari menganggukinya, “Masuk yuk,” ajaknya.
Ini pertama kalinya Zara dibawa langsung ke tempat gudang penyimpanan serta persediaan bahan untuk barang yang diproduksi oleh perusahaan yang tengah dirintis Angga. Dari dulu perempuan itu memang tahu kalau Angga diam-diam tengah membuat kerajaan bisnisnya sendiri, namun Zara tidak pernah sekalipun ke tempat ini, sebab ia sendiri sungkan ingin ikut, lagi pula kala itu ia hanya sebatas sahabat Angga.
“Bos!” Seseorang menyapa dengan membungkukkan badannya namun langsung diminta Angga untuk bersikap biasa saja,
Angga merangkul pundak Zara, “Ini istri saya,” ucapnya sembari mengenalkan Zara,
“Halo, panggil Zara aja ya,” sapa Zara dengan senyum hangatnya,
“Saya Timo, kepala gudang.” Balasnya dengan ramah. “Akhirnya ya mbak Zara dibawa kesini, lebih cantik dari di figura ini bos!”
Pipi Zara tersipu malu, namun tak menutup rasa penasarannya. “Figura di mana ya pak?”
“Itu diruangan bos, di sebelah kiri gudang ada ruangan bos buat istirahat, ada tuh dua figura, satunya foto nikahan kalian, satunya figura mbak Zara.”
Sontak saja Zara menatap Angga yang malah kelihatan salah tingkah dengan menggaruk tengkuknya.
“Ooh gitu ya,” Ucap Zara sembari menyenggol pinggang Angga dengan lengannya,
Angga yang ketahuan pun hanya mengendikkan bahunya, “Ya kan nggak ada salahnya?” alibinya,
Pak Timo yang melihat pengantin baru itu hanya ikut tersenyum, “Oh iya pak, tumben ini mbak Zara dibawa kesini?”
“Dia maksa mau ikut—Ah!” Mata Zara sudah mendelik dengan tangannya yang berhasil mencubit pinggang suaminya, “Enggak ini pak, dia kan belum pernah ke sini ya sekalian aja kebetulan hari ini harus ngecek langsung jadinya dia ikut aja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Term Marriage
ChickLitAngga dan Zara mengambil keputusan besar, di mana mereka sebenarnya tidak menghendaki hal tersebut. Mereka nyaman dengan satu sama lain, bukan dalam sebuah ikatan. Mereka mengakui hanya sebatas sahabat. Tidak ingin lebih dari itu. Prinsip mereka, ka...