==÷÷==Mana sini suaranya yang nungguin?
Selamat membaca dan semoga puasanya masih terjaga.Hope y'll enjoy it 👌
==÷==
“Jangan cintai aku apa adanya, jangan...
Tuntutlah sesuatu biar kita jalan ke depan,
Kau terima semua kurangku,
Kau ‘tak pernah marah bila ‘ku salah.”💍💍💍
“Banyak banget beli garamnya?”
Zara mengerutkan keningnya, menghentikan aksi tangannya mengambil bumbu dapur yang akan ia masukkan ke dalam troli, “Kan nyetok, udah hampir habis yang di rumah.” Sahutnya,
Angga menganggukkan kepalanya, “Dikira mau nikah,”
“Lah?! Kan emang udah nikah!” seru Zara seraya melanjutkan aktivitasnya mencari-cari bahan bumbu dapur lainnya,
Sedangkan Angga hanya bisa mengulum senyumnya melihat Zara yang kembali bereaksi seperti biasanya, penuh aktif dan reaktif. Istrinya itu bukan tipikal perempuan yang menjaga imejnya, apalagi sedang bersama dirinya. Semua sifat Zara sudah terhafalkan di dalam otak Angga. Dan itu lah yang selalu membuat pria tersebut semakin mencintai istrinya.
“Sama siapa nikahnya?” goda Angga lagi saat melihat Zara kembali fokus dengan list belanjaannya,
Perempuan bertubuh mungil itu lantas membalikkan badannya, ia tersenyum miring, “Nih baca! Nama siapa di sini!” sahut Zara sambil mengarahkan cincin yang berada di jari manisnya pada Angga,
Cincin berbahan dasar silver itu nampak seperti cincin sederhana lainnya, namun ketika dilihat lebih jelas, ada nama yang terukir di permukaan cincin tersebut. Dan jelas lah nama siapa yang tertulis di sana hingga membuat Angga tersenyum. Kemudian tangannya usil menarik jari manis itu dan mengecupnya singkat hingga membuat Zara tersipu malu.
Angga lantas menyudahi godaannya pada Zara, sebab kalau lama-lama istrinya itu bisa sebal sendiri dan berujung mendiamkannya. Sesuatu hal yang paling menyeramkan bagi Angga. Pria itu memilih untuk tertawa pelan lalu merangkul pundak Zara seraya mendorong troli dengan tangan satunya.
Pasangan muda itu kembali menjelajah isi super market untuk mengisi stok makanan atau bumbu dapur yang perlu dipenuhi mendekati awal bulan. Selebihnya mereka memang ingin menghabiskan waktu saja setelah seharian tadi Zara disibukkan oleh syuting iklannya yang ketiga.
“Habis ini mau beli apa lagi?”
Zara terdiam sesaat, setelahnya perempuan itu tersenyum riang, “Beli baju yuk? Atau beli apa deh, buat wardrobe aku nanti, biar pake barang sendiri aja.”
“Kamu nggak cape apa?” heran Angga, mengingat seharian ini sudah disibukkan syuting iklan lalu berlanjut mengitari super market.
“Ya nggak lah! Kalo jalan-jalan gini energi aku kayak lagi di-charger gitu.” Sahut Zara dengan sangat menggemaskan hingga Angga tak tahan untuk tidak mencubit pipinya.
Angga tertawa pelan, “Yaudah, mau ke toko mana dulu?”
“Ke tempat biasa aku beli aja ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Term Marriage
ChickLitAngga dan Zara mengambil keputusan besar, di mana mereka sebenarnya tidak menghendaki hal tersebut. Mereka nyaman dengan satu sama lain, bukan dalam sebuah ikatan. Mereka mengakui hanya sebatas sahabat. Tidak ingin lebih dari itu. Prinsip mereka, ka...