===÷÷===
CAUTION!
Maaf, sepertinya jari kalian akan lelah men-scroll cerita ini sampai bawah karena part ini lumayan panjang lagi 🙂🙏
Hope y'll enjoy it 😊
==÷==
“She’s so beautiful,
Sometimes I stop to close my eyes
She’s exactly what I need.”💍💍💍
“Ada chat masuk?” Zara mengangguk sembari membuka handohone milik Angga, ia kembali menoleh pada Angga yang fokus menyetir namun sesekali menatap padanya.
“Dari mbak Rina, katanya jadwal kamu buat senin depan udah dikirimin lewat e-mail.” Jelas Zara sembari memperlihatkan pesan masuk dari manager Angga, “Dibales apa?” tanyanya kemudian,
Angga menengok sebentar, lalu mengangguk. “Balas aja, bilang makasih. Eh tanyain juga,” Angga terhenti diucapannya seraya mengingat-ingat sesuatu,
“Tanya apa?” Balik tanya Zara saat suaminya itu malah diam,
Angga terkekeh pelan, “Nggak ingat hehe. Balas sampe bilang makasih aja ke mbak Rina,” sahutnya yang diangguki Zara.
Mobil hitam milik Angga melaju menuju sebuah komplek perumahan dan berhenti tepat di halaman sebuah rumah dengan tema warna coklat, rumah yang bertingkat dua itu menjadi markas yang selalu menjadi tempat persinggahannya saat promo film. Sebuah tempat yang terlihat jauh merupakah sebuah rumah, namun ketika masuk ke dalam, tempat itu beralih fungsi menjadi sebuah markasnya para artis-aktor tertentu.
“Mbak Rina cuman nge-read,” Angga menganggukinya sembari tersenyum, ia kembali meminta Zara untuk menyimpan handphonenya, namun perempuan itu malah membuka instagram miliknya dan mulai mengabadikan kegiatan mereka pagi ini.
Angga kembali memamerkan senyum lebarnya saat kamera terarah padanya meski ia tengah memarkirkan mobil. Ia sudah tahu kalau istrinya itu membajak akunnya lagi seperti kebiasaannya, dan tentu saja hal itu bukanlah suatu masalah baginya.
“Sudah siap?” Zara mengangguk antusias, ia lantas memeluk lengan Angga dan mulai melangkahkan kakinya masuk kembali ke dalam ‘markas’ tempat di mana saksi bisu kisah cinta mereka dimulai.
Dari pintu depan terdapat beberapa staf yang nampak ramah menyapa mereka, sampai akhirnya kedua langkah kaki itu beranjak menuju lantai dua dan berjalan menuju ruangan khusus yang ada di tempat tersebut.
Pak Endi, pria berusia setengah abad itu nampak menyambut mereka dengan suka cita setelah hampir satu minggu sejak di ulang tahun Angga akhirnya ia bisa bertemu secara eksklusif dengan dua orang yang teramat disayanginya itu.
“Welcome home anak-anakku,” sambut pak Endi sembari memberi pelukan pada Angga dan Zara secara bergantian,
Zara membalas pelukan erat itu sembari tersenyum senang, “Bapak sehat, kan?” tanyanya yang diangguki pak Endi dengan semangat,
“Alhamdulillah bapak sehat-sehat aja, gimana kalian? Lancar bulan madunya?” tanya pak Endi sembari meminta Angga dan Zara untuk duduk,
KAMU SEDANG MEMBACA
Term Marriage
Literatura FemininaAngga dan Zara mengambil keputusan besar, di mana mereka sebenarnya tidak menghendaki hal tersebut. Mereka nyaman dengan satu sama lain, bukan dalam sebuah ikatan. Mereka mengakui hanya sebatas sahabat. Tidak ingin lebih dari itu. Prinsip mereka, ka...