==÷==“Tell me something I need to know
Then take my breath and never let it go
If you just let me invade your space
I’ll take the pleasure, take it with the pain.”💍💍💍
“Mama jaga kesehatannya, ya!” Zara merapatkan jaket serta merapikan kerudung yang dikenakan mama mertuanya,
Perempuan paruh baya itu mengangguk dengan senyum lembutnya, “Kamu juga, jangan lupa diminum jamunya.” Pesannya,
Sontak saja pipi itu memerah mengingat jamu apa yang diberi mama mertuanya itu, mau tak mau ia pun menganggukkan kepalanya sembari mengulum senyumnya.
“Nanti kalau ada waktu, kami yang nengokin ke Lombok.” Angga datang bersama kakak iparnya setelah membantu membawakan koper milik keluarganya yang hari ini harus pulang ke kampung halaman mereka.
Papa Angga tersenyum tipis, menepuk pundak putra bungsunya, “Kamu jaga diri ya, dan jaga istrimu juga. Sekarang kamu sudah punya tanggung jawab.”
Angga menganggukinya dengan mantap, ia lantas merangkul pundak Zara kemudian tersenyum pada perempuan itu.
“Ya sudah, itu udah ada panggilan buat penerbangan kami. Jaga diri kalian,” Angga dan Zara menganggukinya sembari menyalimi kedua tangan orang tua tersebut beserta tangan kak Adin dan kakak ipar Angga.
Zara merendahkan tubuhnya, ia memeluk tubuh gembul bocah laki-laki yang sudah menjadi keponakannya itu. “Goodbye baby boy!” ucapnya dengan senyum sumringahnya sembari mencium kedua pipi gembul bocah itu,
“Bye ate Zala!” balasnya dengan suara yang menggemaskan.
“Udah cocok, Ngga,” bisik kakak Ipar Angga.
Sedang Angga hanya tersenyum tipis, ia menepuk pundak kakak iparnya. “Doain aja kak. Titip jaga kak Adin dan Saddam ya,”
“Pasti.” Sahutnya dengan senyum lebarnya,
Rombongan keluarga inti Angga itu mulai berpamitan pergi, menyisakan Angga dan Zara yang masih melambaikan tangan mereka pada keluarga tersebut.
“Habis ini mau ngapain?”
Angga menaikkan satu alisnya, kemudian tersenyum. “Kamu maunya ngapain?” tanyanya balik.
“Mau pulang aja, istirahat, capek banget semingguan ini.” Zara kembali memeluk manja lengan pria di sampingnya itu,
“Iya juga ya, baru kerasa capeknya sekarang.” Gumam Angga mengingat selama satu minggu setelah mereka menikah keduanya sibuk dengan beberapa hal seperti harus memindahkan barang-barang Zara ke rumahnya, mengadakan selamatan di rumah baru, atau pula prosesi adat yang wajib dilaksanakan, belum lagi melayani sanak keluarga yang berdatangan.
Tangan pria itu lantas merapikan anak rambut Zara, “Yaudah kita pulang aja, kamu harus istirahat.” Zara menganggukinya dengan pelan,
💍💍💍
“Assalamualaikum,” Zara masuk lebih dulu, meninggalkan Angga yang masih di halaman depan karena mengangkat panggilan telefon yang sepertinya penting.

KAMU SEDANG MEMBACA
Term Marriage
ChickLitAngga dan Zara mengambil keputusan besar, di mana mereka sebenarnya tidak menghendaki hal tersebut. Mereka nyaman dengan satu sama lain, bukan dalam sebuah ikatan. Mereka mengakui hanya sebatas sahabat. Tidak ingin lebih dari itu. Prinsip mereka, ka...