==÷==“I don’t need another woman, I just need your all or nothing
‘Cause if I got that then I’ll be straight, baby, you’re the best part of my day
And I need you, boo
I gotta see you, boo.”💍💍💍
Senyum itu tak pernah pudar, ada kebahagiaan yang tak bisa dibeli, namun bisa digambarkan. Senyum rekah, kerutan tipis di bawah mata, dan tangan yang terus menggenggam. Biasanya memang seperti ini, namun rasanya berbeda. Ada sesuatu yang lain sejak malam itu, ada hal yang ingin terungkap, namun masih ragu untuk dibuka. Biar waktu yang menjelaskannya secara perlahan.
“Kamu pulangnya kapan?”
“Ini juga mau pulang,”
Zara, gadis dengan rambut terikat itu merengut kesal, “Maksudnya pulang dari Lombok nantii..”
“Ooh.. belum juga berangkat, udah ditanyain kapan pulangnya.” Tangan itu terbiasa mengacak-acak gemas rambut orang di depannya.
“Aku serius, Nggaa.. kamu nanti baliknya kapan?”
Angga menengok ke arah belakang, masih ada satu keluarga penuh keceriaan itu seakan mencuri dengar pembicaraan mereka. Seulas senyum penuh misteri itu kembali terlihat, “Kalau kamu ikut ke Lombok, mau?”
“Hah?!” Zara membelakkan matanya lagi,
“Iya, ikut aku ke Lombok? Biar kita ngomongnya berdua, nggak cuman aku, biar langsung aja minta izin ke mama papa aku,”
Gadis itu memijat pelan kepalanya, kemudian tersenyum masam, “Kamu tu ya, emang ngaco banget, kamu aja berangkatnya sore ini, kalau ngajak aku gimana aku beres-beres bajunya, lagian nih ya ini tinggal 1 jam lagi sebelum keberangkatan kamu. Belum lagi tiket berangkat aku, duh pokoknya nggak suka deh serba dadakan gini.” Cerocos Zara panjang, dan hal itu semakin membuat Angga tak tahan untuk mencubit pipi gadis itu.
“Tenang, udah disiapin Kila kok.” Ucap Angga tenang sambil mengarahkan dagunya,
Zara pun membalikkan badannya, ia langsung terperangah melihat Kila dan mamamnya sudah membawakan koper mungil berwarna merah muda miliknya.
“Tiket juga udah beres, aku kemarin beli tiketnya dua.” Ucap Angga dengan santainya sembari merangkul pundak Zara.
“Iih! Kenapa nggak bilang-bilang dulu sih!”
“Aku kan emang suka yang dadakan, pasti jadi.” Sahut Angga sambil menaik turunkan alisnya,
Zara mengulum senyumnya, dan merubah ekspresinya lagi saat Kila membawakan koper miliknya,
“Nih! Udah beres semuanyaa!” ucap Kila diikuti dengan senyum usilnya.
Angga mengangkat satu jempolnya, “Thanks, Kil. Lo emang paling bisa diajak kerjasama.”
“Oh iya dong! Tapi jangan lupa ya sama yang gue bilang itu!”
“Siap!”
Zara memandang bergantian, diakhiri tatapan curiganya pada Kila. “Lo main belakang ya?!”
“Dih! Belom jadi bini sah aja udah curigaan mulu lo!” sengit Kila, “Lebih baik kalian pamit dulu sama mamam papap deh,” lanjutnya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Term Marriage
Chick-LitAngga dan Zara mengambil keputusan besar, di mana mereka sebenarnya tidak menghendaki hal tersebut. Mereka nyaman dengan satu sama lain, bukan dalam sebuah ikatan. Mereka mengakui hanya sebatas sahabat. Tidak ingin lebih dari itu. Prinsip mereka, ka...