{10} Karena Hujan

1.9K 229 61
                                    

{Cinderella Paradox}

Bagian 10 : Karena Hujan

.

.

.

Cerita ini hanyalah fiksi, tidak bermaksud menyinggung pihak manapun. Happy reading and enjoy!

Author POV

Bunyi gemuruh petir yang menyambar hingga terdengar di semua sudut ruangan. Cuaca dingin meresap di kulit mungil Sarada yang membuatnya sedikit menggigil. Tidak tahu harus berkata apa semuanya hanya diam seribu bahasa. Tak satupun berani angkat bicara.

Itu semua karena tim sekutu juga ada di rumah Uzumaki! Sarada mengedipkan mata memberi isyarat bahwa jangan sampai Boruto tahu mereka berteman. Serasa mengerti maksud Sarada, tim sekutu membuat suasana canggung seolah baru pertama kali bertemu.

"Gomen Sarada disini ada temen adik gue," bisik Boruto menunjukkan cengiran kuda di wajahnya.

"San-santai aja hehe," Sarada masih linglung.

"Hai kak, emm… Sa-saya Himawari," kata Himawari. Sarada menjabat tangan adik kecil Boruto itu perlahan. Baginya aneh juga harus berkenalan dengan orang yang sama sebanyak dua kali.

"Adiknya Boruto, ya?" Himawari mengangguk mantap. Terlintas ide di pikirannya agar kecanggungan ini berakhir. "Nii, Hima dan teman-teman mau keluar sebentar." Semuanya spontan menatap Himawari. Kaget.

"I-iya Boruto gue mau cabut dulu ya!" Inojin berdiri disertai yang lainnya kecuali Boruto dan Sarada.

Sarada menggeleng lemah. Malah semakin kikuk jika tidak ada Himawari, Chocho, Shikadai, dan Inojin disini, bukan? Sayangnya segala isyarat yang ia buat tidak dipahami mereka.

"Masih hujan pada mau pergi kemana?" tanya Boruto sedikit melegakan hati Sarada.

"Sebentar Nii… Jaa ne," Himawari melambaikan tangannya ke Boruto yang tidak bisa menahannya untuk tetap di rumah.

Usai itu dua orang di ruang tamu ini saling canggung satu sama lain. Tanpa percakapan mereka hanya saling curi pandang.

"Orang tua lo dimana, Bor?" Sarada berusaha menciptakan suasana baru. Yang jelas sekarang dia hanya ingin mengusir ketegangan diantara dia dan Boruto.

"Ayah gue kerja, kalo ibu jam segini ke rumah kakek."

"Owh…" Sarada berujar paham. Walaupun begitu dia tiba-tiba sadar bahwa disana, "Gue sama Boruto doang yang disini?" Dalam benak ia terkejut.

Canggung lagi. Sepasang telinga mereka hanya mendengar bunyi petir menggelegar dan rintihan hujan yang terus datang bertubi-tubi.

"Mau minum apa, Sar?" Hingga akhirnya Boruto lah yang memecah atmosfer tegang ini.

"Terserah lo."

Boruto pergi ke dapur. Dia menyeduhkan dua coklat panas dan dibawanya ke ruang tamu.

"Maaf selalu ngerepotin lo, Bor." Secangkir coklat di atas meja diraih Sarada. Dia meniupnya dan dengan pelan meminumnya.

Boruto tertawa kecil. Melihat itu, Sarada dibuat bingung. Ia mengernyit, "Kenapa Bor?"

"Ada coklat di atas bibir lo," kata Boruto menyentuh bibir bagian atasnya sendiri. Mencoba memberitahu letak coklat panas itu menempel.

Jari telunjuk Sarada bergerak sesuai arahan Boruto. "Maaf ngerepotin lagi hehe…" ucapnya menggaruk pipi porselennya.

"Minta maaf mulu?Belum lebaran loh Sar."

"Bisa bercanda juga lo Bor?"

Boruto dan Sarada saling tertawa. Bahkan hawa dingin di sekitar mereka seakan sudah menjadi hangat. Mereka seperti menemukan kehangatan dalam setiap obrolan yang tidak berarti ini.

Cukup lama berbagi cerita, kini suasana kembali canggung untuk kesekian kalinya. Tidak ada topik.

Boruto menempelkan jarinya ke mulut Sarada secara tiba-tiba. Dia mengelap bekas coklat yang baru saja bertengger di bibir manis Uchiha itu. Gadis yang bingung dengan perlakuan Uzumaki sulung itu hanya mampu terkejut. Tepatnya terkejut dalam diam, dia tidak bergerak selama itu.

Iris onyx dan blue shappire bertemu. Dalam dan tenang. Malam dan laut. Mereka tak lekas berhenti memandang sorot mata orang di hadapannya. Hingga bunyi petir membuyarkannya.

"E-eh sorry…" Boruto kembali duduk. Rona merah samar-samar melekat di wajah tampannya.

Sarada masih termenung. Jantungnya seperti berdansa dengan alunan musik yang cepat. Pipinya merah matang seperti demam.

Perihal itu tentu saja disadari Boruto. Dengan kesimpulan yang lain--yang mengira Sarada terserang demam--, Boruto melambaikan tangan kirinya ke depan wajah manis Sarada. "Sar? Daijobu ka?"

Akhirnya Sarada kembali dalam kenyataan. Sudut bibirnya ditarik dua milimeter hingga nampak senyum tipis.

"Gu-gue baik kok… Emm ano gue pulang dulu ya, udah gerimis kok."

"Gue anterin aja," tutur Boruto memungut jaket hitam di sofa. Mereka pun beranjak keluar.

"Seriusan gue gak ngerepotin?"

"Enggak. Santai aja dong."

"Duh makin cinta deh sama Boruto."

"Gak boleh! Gue udah punya pacar!"

Sarada hanya cengengesan. Ia memonyongkan bibirnya. "Biarin!"

______________________________________

Vote dan komen ya minna💗
Arigato💗
Kisha sayang kalian💗

Cinderella Paradox [BoruSara] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang