{Cinderella Paradox}
Bagian 18 : Kamu Adalah Konstan
.
.
.
Cerita ini hanyalah fiksi, tidak bermaksud menyinggung pihak manapun. Happy reading and enjoy!
…
Author POV
Sarada bosan. Bola matanya membulat, kakinya bergoyang-goyang, ia mendesah. Diliriknya Kiri, Boruto, dan Sumire yang ada di sisi kanannya. Lagian, aneh menurutnya ketika posisi duduknya dibatasi satu kursi dari Boruto. Sementara Kiri dan Sumire mengapit Boruto.
"Curang!" batin Sarada kesal. Ia malas mengikuti alur film. Malah kurang dari lima menit popcorn miliknya habis, saking sebalnya.
Sarada memandangi mereka terus menerus, sampai tanpa sadar tangannya bergerak menumpahkan minumnya ke mukanya sendiri. Sumire yang memperhatikannya pun menyeringai penuh kemenangan. Dia dengan sengaja mencengkram lengan Boruto erat, menambahkan Sarada tekanan.
"Ada apa Sarada-san?" Kiri yang tanggap lantas menanyai Sarada.
Sarada menggeleng sembari tertawa renyah, "Tidak ada, hanya sedikit kaget melihat setan di sekitar sini."
"Eh? Disini ada setan, Sarada?" sahut Boruto mewaspadai sekelilingnya.
"Iya, ada," jawab Sarada memelototi Sumire.
Setannya di samping kananmu, Boruto!
"Memangnya kamu punya mata batin, nona Uchiha?" sambung Sumire mencoba menyulut amarah Sarada.
"Apa perlu aku menjawab?" Sarada berpaling, kemudian mendengus jengkel.
Dia menahan amarahnya yang hampir membuncah selama kira-kira satu setengah jam terperangkap di ruang layar lebar itu. Apalagi, bukan menyaksikan jalannya cerita, yang dia saksikan hanya Sumire mendekati Boruto tanpa jeda. Sumire saja sudah cukup menjengkalkan, bagaimana nanti dia bisa menyingkirkan Kiri?
Sarada menepis hal-hal dipikirannya sekarang, dia kembali fokus untuk memenangkan hati Boruto. Awalnya, dia berencana mengajak Boruto makan siang dengan Sarada di sebelahnya, lalu Sumire dan Kiri di hadapan mereka. Sarada mulai gembira menjalankan idenya. Buru-buru dia menyeret Boruto ke restaurant kesukaan mereka, Thunder Burger.
Sayang sekali, pengacaunya bertindak lebih cepat sebelum Sarada bertindak. Kursi Sarada telah diambil alih oleh Kiri, sehingga terpaksa dia duduk bersebelahan dengan Sumire pun menghadap Boruto. Emosi Sarada menyala-nyala, dia memberi tatapan mematikan pada Kiri yang dibalas dengan senyuman biasa. Seperti yang Sarada duga, Kiri adalah sosok yang sulit dikalahkan, yang menyembunyikan kebengisannya tertutup rapat.
Akhirnya, Sarada pasrah. Dia menyantap makanan seraya menekuk mukanya. Nafsu makannya menciut lantaran berada di ambang kekesalan. Tingkat mengamuknya sudah mencapai batas, sedikit lagi mungkin akan dikeluarkannya bila Boruto tak berada disini.
"Boruto, tolong ambilkan saus," pinta Kiri.
Sarada meraih sausnya duluan sebelum Boruto mengambilkannya kemudian menyentuh tangan Kiri. Dia menuangkan saus ke makanan Kiri sebanyak-banyak sebagai pembalasan atas kursinya tadi. Tapi, apa yang didapat Sarada? Kiri justru mengangguk berisyarat bahwa kadar saus yang dituangkan Sarada ke piringnya sangat pas sesuai keinginannya.
Sarada jadi semakin tidak karuan. Dia menampilkan wajah tidak suka dengan kentara. Membanting alat makannya, menguap bosan setiap kali, dan menghabiskan tisu di meja, tingkah Sarada menjadi kekanakan. Kini, akibat tidak tertahankan lagi, dia menggebrak meja.
Brak…
" Terima kasih untuk makanannya," ketusnya berlalu lalang meninggalkan tiga orang yang keheranan di meja.
Sudah kenyang melahap kecemburuannya, Sarada berniat menghilangkan sisa-sisa kekesalannya dengan berbelanja. Selagi dia di mall, ini kesempatan yang bagus untuk membuang stres. Sarada pun mengunjungi beberapa toko yang menarik minatnya.
Jam, Sarada rasa dia memerlukan persediaan kacamata yang baru. Tanpa basa-basi dia melesat ke toko jam. Memilah-milih apa yang diharapkannya, biasanya dia membeli jam berwarna dasar hitam atau putih.
Selesai dengan pertimbangannya yang membutuhkan waktu satu jam, dia beranjak ke kasir, menyerahkan barang belanjaannya. Gadis itu hendak mengeluarkan dompet dari tasnya, namun kesialan menimpanya. Tasnya tertinggal di tempatnya makan tadi.
Sarada berseru setengah malu, "Mbak, bisa masukan tagihannya ke Uchiha Sasuke atau Uchiha Sakura?"
"Maaf, tapi kami tidak bisa asal menaruh tagihan, biasanya terjadi penipuan seperti ini,"
"Ini bukan penipuan, saya anak mereka dan em… tas saya tertinggal,"
"Maaf, lebih baik anda pulang dulu lalu kesini lagi. Lihatlah antrean di belakang anda!"
Sarada tak bisa menyanggah, dia menerima kesialannya dan akan meninggalkan toko tersebut sebelum, "Ah, baik-" suara lain memotong kalimatnya.
"Saya yang akan membayarnya mbak," Sarada terbelagak. Di sisinya sudah berdiri orang yang membuatnya sempat frustasi, Boruto.
Setelah melakukan transaksi yang merepotkan itu, keduanya berjalan beriringan. Saling mencuri pandang dalam keheningan. Sesekali mencoba membuka topik, namun diurungkan mengingat kecanggungan yang menyebar di jiwa mereka.
Sarada merogoh tasnya yang baru saja dibawakan Boruto, "Terima kasih buat yang tadi," sambungnya menyodorkan sejumlah uang.
"Gak perlu," Boruto mendorong tangan Sarada menjauh darinya, "Anggap aja sebagai permintaan maaf. Tadi lo marah, kan?"
"Gak juga. Nih, buruan ambil!" pungkasnya menyodorkan uangnya lagi ke Boruto.
"Gak usah, Sarada," Boruto menolak dengan cemberut.
Sarada tak melanjutkan kata-katanya. Dia berdiam diri cukup lama setakat keluar dari mall. "Gue pulang dulu ya, Boruto!"
"Ah, tunggu… Mau pulang bareng?"
"Ayo," jawab Sarada memoles senyum. Pada akhirnya, dia diberi kesempatan bersama Boruto. Inilah kesempatannya.
Sepanjang jalan yang mereka lalui, Boruto dan Sarada dilanda keheningan. Dengan rasa bersalah yang masih menggerogoti, mereka memilih tidak bersuara atau akan menimbulkan rasa kikuk lebih dalam. Tapi, Boruto yang membenci suasana tidak nyaman tersebut pun dengan segera mengatakan hal yang tiba-tiba terlintas di hatinya.
"Lo itu konstan," ujar Boruto tak berpandang pada Sarada, masih menatap lurus ke depannya.
Sarada berhasil menutupi kagetnya dengan menyerukan, "Ha?"
"Lo itu konstan. Sisi irasional yang bersemayam di naluri gue. Lo paham maksudnya?"
Rona merah menyala menutupi kulit putih Sarada. Dia tak habis pikir sesuatu layaknya itu akan terlontar dari mulut Boruto.
"Gue gak tau kenapa, tapi gue ngerasain kayak gitu. Lo ngerti gue kenapa?" lanjut Boruto memperbanyak rona di pipi Sarada.
"G-gak, gue gak paham," Sarada berupaya menutupi wajahnya. Sedikit gelagapan dan rasa ingin bersembunyi menyebabkannya salah tingkah.
Argh, Boruto sialan!
_____________________________________
Vote dan komen ya minna
Arigato
Kisha sayang kalian💓💓💓💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Paradox [BoruSara] ✔
Fanfiction[[Cerita Lengkap]] Jangan plagiat. Terimakasih. Pairing : BoruSara Character : Milik Masashi Kishimoto dan Mikio Ikemoto Created : ku_mi_ko_rin_7 Genre : Romance Comedy Ini memang lucu, tapi kenyataannya memang begini. Seorang Uchiha Sarada yang not...