{17} Dua Musuh Sekaligus

1.2K 190 60
                                    

{Cinderella Paradox}

Bagian 17 : Dua Musuh Sekaligus

.

.

.

Cerita ini hanyalah fiksi, tidak bermaksud menyinggung pihak manapun. Happy reading and enjoy!

Author POV

Tanpa pikir panjang, tim sekutu lekas mencari aksesoris dan beberapa kali mengganti pakaian yang cocok dikenakan Sarada. Tentu saja tujuan itu untuk meruntuhkan Kiri, si sahabat Boruto. Walaupun pada akhirnya, Sarada memilih overall jeans putih dibalik kaos hitamnya. Toh, memang dari awal dia sudah cantik apa adanya.

Kegiatan hari ini, seperti yang direncanakan, Sarada akan jalan-jalan dengan Boruto dan Kiri. Tentu Sarada sudah menyiapkan kejutan untuk Kiri, bukan? Seperti yang gadis itu lakukan pada Sumire. Tangan-tanganya mengepal, menapakkan kaki sepuluh langkah mendekat ke Boruto yang telah menunggunya di tempat mereka janjikan. Tapi…

"Kok ada Kakei, sih?" pekiknya menggertakkan gigi. Spontan Sumire menyeringai, memberikan ejekan pada mantan sahabatnya yang tengah emosi tersebut.

"Begini Sarada-san, saya dengar Sumire-san dan Boruto sedang ada masalah. Jadi saya berupaya membuat mereka baikan. Ada yang salah?" jawab Kiri memoles senyum.

Sarada berdecak kesal. Buru-buru ia merogoh kantong, mencari kontak Boruto. Dengan amarah yang akan meledak, Sarada menelepon pemuda Uzumaki itu. Sialnya, tak ada jawaban darinya. Kini Sarada harus terpaksa duduk di antara dua musuhnya sembari menunggu Boruto datang.

"Boruto mau membangun harem apa gimana, sih? Sialan!" umpat Sarada. Terlalu sebal sampai-sampai suaranya melengking membuat muka Sumire berkedut, jengkel. Sementara Kiri hanya tertawa renyah menanggapi Sarada.

"Hosh… hosh… Sorry telat,"

Akhirnya keluarlah orang yang akan menamatkan rute ini, yang lain dan tak lain adalah Boruto. Wajah lelahnya dengan banyak keringat bercucuran malah menjadikan Sumire, Kiri, apalagi Sarada merona hebat. Sungguh pria yang berdosa.

Boruto terkejut mengetahui kekasihnya ada disana, "Sumire?Kamu kok bisa ada disini?"

"Kamu mau jalan sama temen sekelas dan temen masa kecilmu. Terus aku yang pacarmu gak boleh ikut?" sahut Sumire.

"Emang gak boleh, haha…" sungut Sarada menyela pembicaraan. Boruto menoleh seraya menggeleng untuk memperingati Sarada. Tidak habis pikir dengan perempuan sebayanya itu, di manapun dan kapanpun selalu menyiapkan tantangan untuk Sumire. Padahal Boruto sendiri juga belum pernah bertemu orang setia yang akan melakukan apapun untuk orang yang dicintainya, termasuk menghancurkan hubungan.

Anehnya, Boruto adalah salah satu dari jutaan laki-laki yang mungkin mudah pindah hati. Buktinya saja dia kini menaruh perhatian lebih pada Sarada. Jika itu bukan bentuk pindah hati, lalu apa arti berpaling yang sebenarnya?

Dan ya, bahkan diperjalanan Boruto sempat-sempatnya mencuri pandang ke arah Sarada yang sangat jelas sedang asyik berbicara dengan Kiri. Boruto rasa hal yang barusan ia lakukan bukanlah ia yang biasanya. Percayalah, si shappire itu hanya mengalihkan kata hati yang mengungkap 'suka' menjadi kata 'setia'. Sejauh apapun kesukaannya pada Sarada, Boruto tak mampu menyangkal bahwa orang yang dirinya seriusi adalah Sumire, bukan yang lain.

Susah sekali menjalin hubungan, sekalipun dengan seseorang yang baik layaknya Boruto. Karena Boruto pun malah terjebak dalam kelabilan.

"Boruto-kun? Kenapa kamu nengok ke belakang terus? Ada yang ketinggalan?" ringis Sumire tau apa yang pacarnya tatap.

"Enggak,"

"Boruto-kun, bisa gak kita baikan? Aku minta maaf buat yang waktu itu. Aku beneran gak ada apa-apa sama Kagura. Aku cintanya cuma sama kamu," pungkas Sumire menaruh harap di kedua iris violet yang bertemu tepat dengan iris shappire Boruto.

Boruto bingung. Ia juga merasa sikapnya kelewatan pada Sumire. Ada hal yang membuatnya memaafkan Sumire, namun ada hal yang membuatnya tak ingin berbaikan dengan Sumire. Sarada yang menguping pembicaraan dua orang di depannya buru-buru menerobos di tengah mereka. Si gadis berkacamata lantas berkacak pinggang sambil memicingkan netranya.

Sarada berseru lantang, "Orang yang jalan sekaligus ngomong bisa jatuh kepleset kulit pisang, loh!"

Hampir saja seruan Sarada dihadiahi bentakan dari Sumire sebelum akhirnya nona Kakei itu menahan diri. Kerutan di dahi Sumire mendatangkan kepuasan batin bagi Sarada. Habisnya, sudah lama sekali Sumire berlagak anggun lalu meluncurkan topeng kebaikan, tanpa sedikitpun yang tau Sumire memainkan perannya.

Percakapan Boruto dan Sumire terganggu hingga mereka berempat tiba di tempat tujuan, bioskop. Kiri mendekati Boruto, "Kalian tunggu disini, ya! Biar saya dan Boruto yang membeli tiket," lalu menyeretnya begitu saja.

Sarada mengernyit, lagi-lagi terpaksa berdiri bersebelahan dengan Sumire. Kadangkali sang putri tunggal Uchiha tersebut menggerutu tidak jelas sembari melipat kedua tangannya. Begitu juga sebaliknya, Sumire masih melontarkan beberapa sumpah serapah di samping Sarada. Seakan mereka berdua lupa bagaimana kompaknya persahabatannya dulu.

"Maaf lama. Saya memesan tiket film horor. Tidak apa, kan?" Kiri menyodorkan tiket, membagikannya satu-satu.

Glek…

Sarada menelan ludahnya. Bukan lantaran ia takut, justru ia sangat berani. Tapi, Sumire lah yang takut menonton film horor. Dan seandainya Sumire berjejer dengan Boruto, maka hancurlah rencananya. Padahal sedari awal tim sekutu membuat rencana tanpa memperhitungkan kehadiran Sumire, jika sudah begini Sarada jadi geram.

"Aku takut hantu. Lebih baik aku ada di dekat Boruto-kun, kan?" sela Sumire memotong ucapan Sarada yang akan ia katakan. Sarada mendecih, mukanya ditekuk sedemikian rupa.

"Baiklah Sumire-san. Aku minta maaf malah memilih film horor," ujar Kiri.

_____________________________________

Vote dan komen ya minna
Arigato
Kisha sayang kalian

💓💓💓💓

Cinderella Paradox [BoruSara] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang