{22} Epilog

1.6K 155 20
                                    

{Cinderella Paradox}

Bagian 22 : Epilog

.

.

.

Cerita ini hanyalah fiksi, tidak bermaksud menyinggung pihak manapun. Happy reading and enjoy!

Sarada POV

Nama gue Uchiha Sarada.

Untuk yang lain-lain, kalian pasti udah tau, ya. Gue anaknya siapa, cucunya siapa, siapanya siapa, padahal bukan siapa-siapa Boruto.

Eh?

Kisah cinta gue itu rumit. Habis diselingkuhi Mitsuki, diphp-in Boruto, mana dideketin mantan kakak kelas gue di SMA Suna lagi.

Oh, iya, gue lupa cerita!

Sewaktu pindah di Suna, ada kakak kelas berandal yang hobi bolos. Gue gak pernah terlibat dan gak mau terlibat sama dia. Aslinya sih begitu, tapi pernah sekali geng-nya ngumpetin seragam olahraga semua murid di kelas gue. Gak ada yang berani ngadu ke guru, alhasil yang kena hukuman gue dan temen-temen dengan kedok "lalai membawa seragam".

Besoknya, pas dia dan satu geng-nya lagi nongkrong, gue sekaligus temen-temen dorong motornya sampe ke gudang sekolah. Biarin aja, biar mampus. Mamam noh.

Dia marah-marah, langsung nemuin gue di kelas. Narik kerah gue sambil emosi. Gue ladenin tuh, kita main basket. Btw gue minjem celana bekas alumni di UKS. Gak mungkin kan gue tanding basket pake rok, malu nanti.

Syaratnya cuma satu, harus masukin bolanya ke ring tiga kali. Yang udah tiga kali, menang. Nah, kebetulan gue yang menang, walau kudu jegal kaki kakak kelas gue sih. Toh, gak ada peraturan gak boleh curang, kan?

Kalau kalian pikir gara-gara itu dia suka sama gue, kalian salah! Salah besar! Dia malah lebih menjadi-jadi. Semua bentuk keisengan diarahin ke gue. Dipalak lah, dicoret mejanya lah, disandung lah, pokoknya ada aja idenya. Gue gak mau kalah, dong! Gue bales kempesin ban motornya, ngejual helm-nya, sampe pernah gue jitak dia. Terus begitu dan akhirnya gue terbebas dari neraka, dia lulus.

Disusul gue lulus, gue gak tau kita bakalan satu kampus lagi. Sayangnya, dia lebih berandal. Dulu cuma bolos, sekarang justru ngerokok. Dulu cuma jahil, sekarang pake kekerasan. Intinya, dia semakin liar.

Sampai pada suatu momen gue tau dia yang sebenernya. Dia punya tekanan di mana dia merasa jadi beban keluarga. Dia milih tinggal sendiri di Suna karena takut ngerepotin.

Gue ceramahin tuh sekaligus ruqyah. Biar dia sadar orang tuanya gak merasa sedih punya anak kayak dia, mereka malah seneng anaknya bahagia. Dia bukan beban, orang tuanya yang ngegedhein dia sampe sebesar ini gak bakal mikir begitu.

Dari situlah gue bantu dia berubah. Gue ajarin dia berhenti ngerokok, berhenti bolos, fokus sekolah, dan lain-lain. Pokoknya gue bagaikan emak keduanya.

Yang disalah-artikan dia jadi bentuk kasih sayang secara romantis. Dia berakhir ngejar-ngejar gue terus, sial kan guenya? Emang iya.

Karena itu, gue memutuskan balik ke Konoha, jauh-jauh dari dia.

"Sar, lo ngapain sih bengong?"

Yang barusan ngomong itu namanya Uzumaki Boruto. Awalnya gue gak ada rasa sama dia, lama-lama jadi cinta. Meski dianya cinta ke gue 50% doang. Sedih, tapi gue belum menyerah.

Sekarang kita suka bareng-bareng, gak lupa ada Shikadai, Inojin, Chocho, Himawari, dan Sumire. Gue bilang ke tim sekutu tentang jawaban Boruto pas di atap. Mereka tercengang, langsung marahin Boruto satu-satu sampe Boruto duduk kesemutan.

Untuk Sumire, gak tau kenapa dia jadi sering ngikut nongkrong di kantin. Pertamanya susah sih buat temen-temen nerima dia, terus ada Boruto yang mencairkan suasana. Jadi Sumire dapat diterima dengan baik disini. Gue sih gak masalah ya dia gabung, asalkan Boruto gak kebaperan dia lagi.

"Gue habis mikir telur duluan apa ayam," jawab gue, ngasal.

"Yeu, perkutut noh duluan," seloroh Inojin, yang pasti berkutat pada game.

"Eh, eh, tau gak, Hima seneng banget! Nii-chan Hima mau pulang ke rumah," cerita Himawari sumringah.

Shikadai menengok ke Boruto, "Lah dia siapa? Kagebunshin-nya?"

"Bukan, nii-chan Hima itu ada dua," sanggah Himawari masih sempat-sempatnya tersenyum seneng. Gue pikir punya kakak itu gak enak.

"Lah, beneran? Buset, baru tempe gue," Chocho tersentak, mengibas-ibaskan tangannya akibat udara panas.

"Siapa namanya, Bor?" Sumire angkat bicara saking penasarannya.

Gue mah diem aja, gak penting juga buat gue. Yang penting itu deketin Boruto dulu, baru keluarganya. Hahaha…

Boruto setengah males nanggapin, "Uzumaki…"

Gue gak peduli obrolan mereka, asal neguk es teh manis traktiran Himawari karena kakaknya balik ke Konoha.

"…Kawaki."

"Huek… huek… keselek woi, keselek." Gue lari menuju tempat sampah terdekat, membuang es teh yang ada di mulut gue sia-sia. Aslinya sayang banget, but nyangkut di leher, guys.

Dan, apa barusan? Uzumaki Kawaki?

Sumpah, baru aja diomongin. Gue tau dunia itu sempit, tapi kenapa harus mantan kakak kelas gue yang jadi kakak doi gue?

GILA, PERSETAN SAMA AUTHOR!

Tamat

_____________________________________

Akhirnya Cinderella Paradox tamat, sekarang mari kita menuju sequelnya yang berjudul "Peterpan Syndrome [BoruSara]"

Peterpan Syndrome ini bukan dengan makna yang sebenernya, ya. Cuma kiasan hehe.

Selengkapnya, jangan lupa baca pengumuman berikut ini teman-teman.

Sebelum itu, vote dan komen dahulu
Sankyuuuu
Kisha sayang kalian

💓💓💓💓

Cinderella Paradox [BoruSara] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang