Sorry for typo(s)
Udara pagi hari menjadi salah satu hal favorit bagi sebagian orang, masih belum ada beberapa orang yang akan mencemarinya dengan polusi mobil ataupun motor. Kakinya bergerak mengikuti irama musik yang berasal dari airpodsnya, bibirnya mengulas senyum dengan kedua tangan yang terentang.
Terlalu menikmati musik yang melantun itu sampai ia tidak mendengar langkah kaki dari belakang. Diam-diam, sosok itu mendekat dengan kedua tangan yang terangkat.
Sesuai perkiraannya, sosok tersebut berhasil menutup kedua mata itu. Tawa kecil terdengar sembari meraba tangan itu, "Mark Hyung!" tubuhnya berbalik dan saat berhasil menyingkirkan tangan itu, ia terkekeh.
"Nana tidak asik, ah!"
Pemuda dengan senyum yang lebar tertawa, lengannya menggelayut sosok yang lebih tua. Pukul enam pagi, mereka akan selalu bertemu di taman perumahan.
"Bagaimana? Lebih nyaman menggunakan itu, kan? Tidak ada kabelnya."
"Huum! Enak!" jawaban tersebut membuat pemuda dengan surai hitam itu tertawa.
Salah satu tangannya meraih jemari yang lebih tua kemudian menautkannya, "Jalan-jalan dulu, lalu nanti Hyung antar ke sekolah, oke?"
"Oke!"
Tautan tangan mereka terayun, sesekali pemuda manis itu bergumam kecil sedangkan Mark menyapa beberapa orang yang melewati mereka. Tidak ada pandangan aneh, tidak ada bisikan karena mereka tahu, siapa Mark untuknya begitu pula sebaliknya. Bukan darah yang menghubungkan kedua anak itu, melainkan rasa peduli dan kasih sayang.
Sama menjadi anak tunggal di keluarga membuat keduanya saling berbagi, Mark sudah seperti seorang kakak baginya sedangkan pemuda dengan senyum manis itu membutuhkan sosok yang lebih tua untuk menuntunnya di dunia luar ini.
"Kemarin, apa yang Nana pelajari di sekolah?"
Senyumnya mengembang, mengingat bagaimana serunya kegiatan di sekolah kemarin, "Lampion! Nana buat, bagus!"
Menunggu sejenak di halte bus, pemuda manis itu masih menggenggam tangan Mark. Kepalanya tertunduk karena beberapa orang mulai ikut menunggu di sana, tubuhnya semakin menempel pada pemuda bermarga Lee tersebut. Bus yang ditunggu akhirnya datang, keduanya masuk dan memilih kursi paling belakang. Yang lebih muda berada di dekat jendela kemudian membukanya.
Angin berhembus menampar lembut wajah serta membuat surainya sedikit berantakan. Di sampingnya, Mark hanya menyunggingkan senyum kecil. Tangan mereka masih bertaut sembari mengusap punggung tangan itu. Sebuah kebiasaan dari pertama mereka memasuki jenjang pendidikan.
"Hyung?"
"Ya, Na?"
"Nuuh," ucapnya sambil terkekeh.
Tangan satunya menyentuh sebuah bet nama yang terjahit rapi di dada kirinya, ia menunduk dan membaca, Na Jaemin. Maniknya menoleh ke arah Mark tanpa memakai seragam yang sama dengan dirinya.
"Ada apa, Na?" tanya Mark karena melihat reaksi pemuda yang sudah dianggap adiknya tersebut.
"Nana pakai seragam. Hyung tidak."
Seulas senyum terukir di bibir pemuda Lee, jemarinya mengusak surai cokelat tersebut lalu berkata, "Nanti kalau sudah lulus, Nana sudah tidak pakai seragam lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Only The Brave✓
FanfictionSeberapa keras kau berusaha, kehidupan akan selalu tidak adil bagi sebagian orang. °° Hidup itu bukan berat, ketika kau memiliki kekuatan dan keberanian untuk menjalaninya.