[sebelas]

5.9K 1.1K 208
                                    



Sorry for typo(s)




Untuk kesekian kalinya, Jaehyun harus dikecewakan oleh kenyataan. Semua usaha memang tidak selalu berhasil sesuai apa yang diharapkan, dibalik itu ia harus memiliki kesabaran yang diuji. Pada siapa si sulung Choi itu akan menyalahkan?



Nenek, Ayah dan Ibu atau mungkin dirinya sendiri.



Semua yang diharapkan beberapa hari lalu sudah runtuh bersama dengan rasa putus asanya. Hal tersebut membuat kesehatan tubuhnya juga menurun, mimpi-mimpi yang membuatnya harus terjaga semalaman dan berakhir menangis.



Pukul dua pagi, tubuhnya meringkuk di balutan selimut. Air mata terus mengalir di sana sampai tubuhnya bergetar, mungkin volumenya terlalu keras sampai sang Ibu membuka kamarnya untuk mengecek.



"Jaehyun?"



Tidak ada jawaban, Yoona merasakan cemas dalam hatinya sampai ia menyalakan lampu dan menemukan putra sulungnya sedang menangis. Segera wanita itu berlari, kedua tangannya menangkup wajah Jaehyun.



"Hei, ada apa, Sayang? Kau mimpi buruk?"



Jemari Jaehyun mencengkeram tangan sang ibu, ia terisak dengan seluruh wajahnya yang sudah dipenuhi oleh peluh keringat juga, "Adikku, I-ibu."




Tubuh Yoona terpaku sejenak, menatap sang putra dengan mata yang bergetar. Topik ini sudah dikubur dalam, ia dan suaminya tidak pernah membahas di depan anak-anak. Namun, wanita itu melupakan bahwa Jaehyun pernah mengalami depresi tentang rasa bersalah pada adiknya.



"I-ibu ti-tidak i-ingin di-dia kem-kembali?"



Setetes air mata turun begitu saja pada pipi Yoona, pertanyaan tersebut membuatnya semakin buruk selama menjadi seorang Ibu. Kepalanya menggeleng seraya mengusap wajah Jaehyun. Bibirnya tak sanggup membalas, ia berusaha untuk tidak menangis.



Namun, perlahan Jaehyun melepaskan pegangan tangan tersebut. Posisinya yang tidur tadi kini berubah menjadi duduk, tatapannya begitu tajam pada sang ibu. Tangisannya berhenti tiba-tiba yang mana membuat Yoona cemas kalau putranya salah mengartikan.



"Itu mengapa Ayah dan Ibu tidak pernah membahas? Jisung bahkan sama sekali tidak tahu! Kalian benar-benar melupakannya?!" suara Jaehyun meninggi dengan rahangnya mengeras.



Kedua tangan Yoona terulur, menyentuh bahu putra sulungnya seraya menggelengkan kepala, "Tidak, Jaehyun. Tidak," wanita itu berkata dengan tangisnya yang tertahan.



Putranya tidak perlu tahu, bahwa Yoona juga hidup dalam rasa bersalah bahkan rasanya ingin mengakhiri semuanya karena sejak awal kemunculannya di kehidupan Siwon adalah pemicu yang terjadi sekarang ini.




"Aku akan membawanya pulang. Aku sudah tidak peduli terhadap Nenek. Adikku harus pulang!"



"Adik?"



Keduanya tersentak kemudian menoleh dan mendapati Jisung dengan piyama tidurnya berdiri di ambang pintu. Yoona berdiri menatap si bungsu dengan cemas, "Ji-Jisung, ke-kenapa kau belum tidur?"



Pemuda berusia enambelas tahun itu berjalan mendekat, manik sipitnya seakan menuntut untuk meminta sebuah penjelasan. Sudah dari awal percakapan ia berdiri di sana dan mendengarkan.



"Aku mendengar Jaehyun Hyung menangis lalu melihat Ibu masuk. Aku mendengar semuanya," ia menatap Ibu dan kakaknya secara bergantian, "Adik siapa yang kalian maksud?"



Only The Brave✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang