[duapuluh empat]

5.9K 1K 114
                                    



Sorry for typo(s)



Jemari lentik itu dengan lembut memilah baju-baju bayi di sana, menjadi dua tumpukan yang dibedakan menurut ukurannya. Ranum merah mudanya menyunggingkan senyum kecil sembari membelai kain halus tersebut, mengangkat salah satu baju berwarna biru muda dan sebuah memori masa lalu terlintas di sana.




"Ibu! Ini baju untuk adik, ya? Jaehyunie pilihkan tadi!" diikuti dengan kekehan menggemaskan.




Rasa bahagia dan antusias saat berbelanja untuk keperluan putra keduanya masih sangat diingat oleh Yoona. Namun, si kecil sama sekali tidak pernah memiliki kesempatan untuk menggunakannya.




Dipeluknya baju mungil itu ke dalam dada, maniknya menerawang ke luar jendela. Keinginan Yoona untuk bertemu dengan Jaemin beberapa hari ini selalu ditolak halus oleh suaminya. Padahal tanpa dirinya, ia bisa menemui sang putra. Namun, perkataan Siwon merupakan sebuah kewajiban yang harus dituruti olehnya sebagai seorang istri.




Sebuah ketukan pada pintu membuyarkan lamunannya, ia menoleh dan menemukan si sulung telah membuka pintu. Bibir wanita itu mengukir senyum kecil, "Masuk, Nak."



Kembali melipat beberapa baju di sana, bisa didengar olehnya derap langkah sang putra mulai mendekat. Jaehyun bergabung untuk duduk di ranjang.



"Ingin disumbangkan, Bu?"



Sudut bibir Yoona terangkat sembari menganggukkan kepala, "Makanya Ibu merawat baju- baju ini. Walaupun tertinggal zaman, tapi mereka masih layak untuk digunakan," ujarnya kemudian mendongak untuk menatap putranya.




Keningnya berkerut melihat penampilan Jaehyun, sebuah ransel tersampir di bahu. Ditambah pula raut wajah yang gugup tergambar di sana.



"Kau ingin ke mana, Sayang?" tanya beliau lembut.



Kedua pasang mata itu saling memandang, Jaehyun menggigit pipi bagian dalamnya sembari menghela napas panjang. Tangannya terulur menggenggam jemari sang ibu.



"Aku ingin meminta restu dari Ibu."



"Kau akan menikah?"



Pertanyaan tersebut berhasil membuat Jaehyun menampilkan lesung pipi, manik teduhnya menatap sang ibu, "Aku belum menemukan yang sempurna seperti Ibu dan mungkin tidak akan pernah," ujarnya menggoda.



Tautan tangan mereka di sana semakin erat karena Yoona tersanjung atas apa yang diucapkan oleh putra sulungnya.



"Ibu..." suara Jaehyun terdengar lebih serius, posisi duduknya semakin dekat pada ibunya, "Aku ingin membawa Jaemin pulang."



Tatapan Yoona termangu setelah mendengarnya, manik indah itu mengerjap beberapa kali kemudian sebuah senyuman terukir di sana, "Sayang, kan Ayah sudah mengatakannya juga. Kita —




— Jaemin sudah diadopsi oleh keluarga lain."



Setelah kalimat tersebut terlontar, Jaehyun bisa melihat bagaimana sorot mata ibunya yang tiba-tiba berubah. Wanita itu tidak sedang menatapnya, seperti sebuah pukulan mengenai dada Yoona. Tidak ada sahutan sampai si sulung melihat bulir air mata yang berada di ujung pelupuk mata beliau.



Jaehyun maju untuk memberikan pelukan di sana dan tepat setelah itu, ia mendengar sebuah isakan. Tangannya mengusap lembut punggung sang ibu di sana, semakin mengeratkan pelukannya.



Only The Brave✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang