Sorry for typo(s)
Ada beberapa sosok yang penting dalam hidup seorang anak selain orang tua yaitu seorang saudara. Saudara bagi Mark tak harus memiliki golongan darah maupun lahir pada rahim yang sama. Perannya dalam hidup Jaemin mungkin hanya sebagian kecil saja, dia hanya selalu ada untuk pemuda Na tersebut.
Namun, perpisahan membuat mereka sedikit menjauh. Tak ada sapaan pagi hari yang didapat seperti biasa, senyuman manis dan kata-kata penyemangat dari Jaemin. Kebiasaan perlahan harus berubah.
Yang terakhir diinginkan Mark terjadi adalah Jaemin bertemu dengan keluargnya. Setelah rahasia anak itu yang dibongkar oleh ibunya sendiri, pemuda Lee sudah berjanji akan menjaga adiknya tersebut.
Akan tetapi, rahasia lain kini justru terkuak. Mark tidak menyangka sosok yang dibencinya justru berada di depan mata.
"Hanya mendengar ceritamu saja, aku sudah membenci Nenekmu, Hyung."
Jaehyun yang duduk di depannya hanya tersenyum kecil, ia menganggukkan kepala karena memahaminya.
Keduanya sedang berada di kantin kampus, hasil tes DNA Jaemin masih dipegang oleh Mark. Positif bahwa pemuda Na tersebut memang adik kandung dari Choi Jaehyun.
Pemuda Lee itu meminta untuk diceritakan semuanya, dari awal Jaemin dibuang sampai sekarang ini. Bahkan sampai tahap sang Ayah yang menyamar menjadi Paman Baik untuk mendekati putranya sendiri.
"Jaemin juga bercerita bahwa Paman Baik — kedua bahu Mark terangkat dengan pasrahnya — dia begitu baik, selalu menemani saat aku tidak ada. Bertemu secara diam-diam," sambung pemuda Lee tersebut.
Tubuh Mark sedikit condong ke depan, menatap seniornya dengan lekat, "Lalu bagaimana kalian akan membawanya pulang? Maksudku, wanita tua itu masih ada, kan? Jika sampai sekarang tidak mengakui Jaemin, bagaimana bisa kalian bisa berkumpul kembali?"
Pertanyaan tersebut membuat Jaehyun menghela napas panjang, mengusap wajahnya dengan kasar karena setelah pertemuannya beberapa hari yang lalu bersama dua adik serta Ayahnya tidak ada pembahasan kembali. Mereka terjebak dalam keinginan Jaemin sendiri mengenai Jeno.
"Jaemin tidak mau pergi jika Jeno tidak ikut dengannya."
Kedua alis camar itu terangkat karena terkejut, maniknya mengerjap beberapa kali. Tidak menyangka bahwa kedekatan Jaemin serta Jeno jauh lebih cepat dari perkiraannya, tetapi mengingat mereka juga memiliki sejarah yang sama, mungkin itulah faktornya.
"Kalau sudah mengatakan seperti itu, Jaemin sulit untuk diyakinkan kembali," sahut Mark kemudian menghela napas panjang, "Pada intinya, dia tidak ingin menyakiti orang lain."
Jaehyun mengerang pelan, merasa frustasi atas masalah baru ini.
"Selamat pagi lelaki-lelaki tampan, ditambah denganku jadi tampan-tampan!" seru seseorang yang baru saja muncul.
Sosok yang lebih muda itu menebarkan senyumannya dan tanpa meminta izin untuk duduk pada bangku di dekat pemuda Lee. Kedua alisnya terangkat dengan kedipan mata. Mark memutar bola matanya karena kehadiran anak tersebut.
"Halo, Haechan," sapa Jaehyun hangat.
"Memang ya, yang terbaik itu hanya Jaehyun Hyung!" sindirnya seraya melirik ke arah pemuda Lee di sana, "Lihat nanti kalau aku sudah debut! Bertemu denganku akan sulit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Only The Brave✓
FanfictionSeberapa keras kau berusaha, kehidupan akan selalu tidak adil bagi sebagian orang. °° Hidup itu bukan berat, ketika kau memiliki kekuatan dan keberanian untuk menjalaninya.