[tiga]

9.7K 1.2K 84
                                    




Sorry for typo(s)



Ada beberapa hal yang dibenci Jaehyun dalam kehidupan, salah satunya adalah orang-orang toxic. Mereka seperti sebuah petir yang menghiasi langit indah. Sialnya, orang tersebut justru berasal dari keluarganya sendiri. Lelaki Choi tersebut tidak paham dengan orang lain, mengapa mereka masih menghormati sosok tersebut? Hanya karena memiliki darah yang sama?



Bullshit, jika kau bertanya pada Jaehyun. Siapapun mereka yang memiliki sifat negatif, dia tidak akan memihak meskipun dari keluarganya sendiri.



Dengan kedua matanya sendiri, si sulung Choi melihat  bagaimana ibunya tertunduk tidak berdaya saat suara-suara kebencian menghina dirinya. Kedua tangan Jaehyun mengepal, sorot mata kebencian tersirat di sana.




"Nenek!"


Wanita tua yang hampir mengangkat tangannya tersebut terhenti dan menolehkan kepalanya. Tatapannya begitu tajam, ia menghela napas seraya melirik ke arah sang menantu. Berbeda dari Jisung, sang Nenek lebih menaruh perhatian pada Jaehyun karena akan menjadi penerus dari anaknya.



"Jauh-jauh dari Ibuku!" sentaknya seraya memasuki rumah, Jisung segera menghampiri sang ibu sembari menatap sengit ke arah wanita tua dengan rambut pendeknya itu.


Kening sang nenek berkerut, wajahnya menampilkan ketenangan, "Jaga nada bicaramu pada Nenek, Jaehyunie."


Bola matanya berotasi malas, membantu adiknya untuk menuntun sang ibu. Masih menatap ibu dari Ayahnya tersebut, Jaehyun berkata, "Orang yang paling kuhormati di dunia ini adalah Ibuku," ucapnya ketus.



"Jaehyun!" sang Ibu menengahi, ia menatap mertuanya dengan senyum terukir, "Ma-maaf, Ibu. Mungkin Jaehyun sedang —




— iya, didikanmu memang tidak becus dari dulu. Heran, mengapa Siwon bisa mengambilmu dari desa itu untuk dinikahi! Cucuku menjadi tidak sopan semua!"



"Nenek saja yang gila hormat!" kali ini Jisung tidak ingin berdiam, menatap nyalang ke arah wanita tua itu.



Pemandangan tersebut sudah disaksikannya selama bertahun-tahun, mungkin Jisung masih berusia enambelas tahun tetapi ia tahu bahwa sang Ibu tidak pantas diperlakukan demikian oleh siapapun.



Manik wanita itu membulat mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan Jisung, "Keterlaluan!" sembari mengangkat tangan tetapi segera ditahan oleh Yoona, ibu dari kedua saudara Choi tersebut.



Hal yang tak terpikirkan bagi si bungsu kala sang ibu justru bersujud di hadapan beliau, "Maaf, Ibu. Ja-jangan, kumohon. Akan kudidik mereka menjadi lebih baik lagi," sorot mata ketulusan terpancar di sana, membela kedua putranya di hadapan sang mertua.




Dengan tatapan angkuh, wanita itu melipat kedua tangannya di dada. Sudut bibirnya terangkat kecil serta salah satu alisnya, menampilkan bahwa dirinya telah menang.



"Bagus."



Langkahnya semakin menjauh, tetapi Jisung serta Jaehyun menatapnya penuh dengan kebencian. Kedua tangan itu ditarik paksa oleh Yoona kemudian dan membawa mereka ke kamarnya dengan suami.




Wajah Jaehyun serta Jisung masih terlihat kesal, duduk di atas ranjang mengabaikan pandangan sang ibu.


"Ibu tidak pernah mengajarkan kalian bersikap seperti itu terhadap orang lain apalagi pada Nenek."


Only The Brave✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang