[duapuluh tujuh]

6.9K 1K 183
                                    

Sorry for typo(s)






Satu hari telah berlalu, Jaemin tinggal bersama keluarga kandungnya. Rasanya begitu asing, tetapi rasa nyaman itu telah membuatnya bahagia. Apalagi ketika Siwon menemani anak itu sampai benar-benar pulas tertidur.




Yang membuatnya menyesal adalah Jaemin justru bangun kesiangan pada hari berikutnya. Ketika turun menuju ke dapur, makan pagi sudah berlangsung. Yoona yang pertama kali menyadari kehadiran putra keduanya tersebut.



Bibirnya mengulas senyum kecil berjalan menghampiri Jaemin, jemarinya membenarkan surai yang berantakan tersebut, "Tadi Nana pulas sekali tidur. Ibu tidak tega membangunkan."



"Nana ingin masak," lirihnya sembari menundukkan kepala, "Bersama Ibu."



Jawaban tersebut membuat tiga orang di meja makan menyunggingkan senyum, rajukan Jaemin begitu menggemaskan didengar oleh mereka. Sang ibu berjalan menuntun putranya untuk duduk di samping si sulung Choi.



"Nanti makan malam, kita memasak bersama. Oke?" tawar Jaehyun seraya mengusak surai sang adik.



Dengan malu-malu, Jaemin menganggukkan kepala.



"Jisung bagian menonton saja ya, terima hasil jadi," sahut si bungsu yang mendapat respon tawa dari Jaemin.



Sarapan pagi di keluarga Choi berbeda dari biasanya, apalagi ketika Siwon menarik kursinya untuk dekat kepada Jaemin. Dua orang tersebut saling menyuapi, Yoona tersenyum melihat interaksi suami beserta tiga putra kesayangannya sampai tidak sadar tangan si bungsu berada di pipinya untuk menyingkirkan air mata di sana.



Pandangan Yoona beralih pada Jisung yang menggenggam tangannya. Semua yang terjadi di depannya saat ini menandakan bahwa bukan hanyalah sebuah mimpi. Keluarga kecilnya telah utuh kembali.



"Sayang..."



Maniknya mengerjap kala sang suami memanggilnya, tatapan pria tersebut seakan menegaskan untuk jangan menangis. Namun, Yoona menyunggingkan senyum seraya menggelengkan kepala.



"Ayo, sudah siang. Nanti kalian terlambat," seru wanita tersebut.



Hari ini, Jaehyun ikut bersama sang Ayah untuk ke kantor. Sesuai keinginan, si sulung Choi ingin memulai semuanya dari bawah sebagai karyawan biasa sembari menunggu acara wisuda mendatang.



Setelah menghabiskan sarapan, Jisung berangkat terlebih dahulu. Anak itu masih bersikeras untuk menaiki bus daripada dengan sang kakak dan ayahnya.



"Jisungie, hati-hati!" Jaemin berdiri di depan gerbang sembari melambaikan tangan kepada adiknya.



Kemudian mobil sang Ayah keluar dari garasi, dengan ibu di sampingnya menyertai kepergian mereka sedangkan Jaehyun melambaikan tangan dari dalam mobil dengan memamerkan lesung pipinya.




Jaemin menghela napas panjang ketika tiga laki-laki tadi telah pergi dengan urusannya masing-masing, lengannya dirangkul oleh sang ibu kemudian keduanya memasuki rumah kembali.




Only The Brave✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang