[sembilan]

6.2K 1K 148
                                    


Sorry for typo(s)



Setiap manusia akan memiliki sebuah penyesalan. Mungkin beberapa dari mereka hanya akan terpuruk, perasaan demikian bagaikan sebuah tanda koma yang melengkapi kalimat demi kalimat. Namun, bukan seperti itu menjalani kehidupan yang sebenarnya.


Choi Siwon telah belajar dari kesalahannya, ia harus kehilangan sosok paling berharga karena tindakannya.


"Ibu, aku mohon jangan lakukan itu."



Jemarinya mencengkeram ponsel yang menempel pada telinga, berdiri di pintu balkon yang tertutup karena derasnya hujan di luar.



"Bukankah Ibu sudah bilang dari awal, jika keputusanmu menikahi wanita desa itu membawa dampak yang buruk pada keluarga, Ibu yang akan bertindak menyelesaikannya."



"Dengan membuang anakku yang baru saja lahir?!" sentaknya seraya mengepalkan tangan.


"Dan cacat," sambung wanita tua itu.



Siwon menghela napas panjang, maniknya terpejam untuk mengatur gemuruh amarah yang ada di hatinya, "Tolong, Ibu. Tolong, jangan. Biarkan aku pulang dulu, aku ingin melihatnya," gumamnya lirih. Tubuhnya merosot ke bawah bersandar pada pintu kaca hotel.



Terdengar suara tawa kecil dari beliau. Sudah seharusnya Siwon tahu bahwa Ibunya adalah orang yang paling egois di dunia ini, jawaban logis apa saja tidak akan diterima oleh Ibunya.



"Ah, mungkin Jaehyun ingin jalan-jalan sebentar dengan adiknya, ya?"


"Ibu?!"



Panggilannya terputus sepihak, Siwon mengerang sembari melempar ponselnya. Setiap peribahasa yang mengajarkannya untuk berbakti kepada orang tua terutama Ibu adalah omong kosong baginya. Lelaki itu ingin pulang, memeluk istrinya dan menyelamatkan kedua putranya dari dunia kejam ini.



"Paman Baik?"



Maniknya mengerjap kala sebuah tangan menyentuh pipinya, senyum Siwon terukir melihat Jaemin yang sudah hampir menghabiskan setengah cup es krim.


Jemari lelaki paruh baya itu terulur untuk membersihkan sisa es krim di bibir Jaemin. Wajah istrinya benar-benar ada di sana.


"Kasihan, uangnya terbuang."



Kalimat tersebut membuat Siwon tertawa kecil, alasan mengapa ia selalu datang dengan keadaan yang sederhana adalah seperti ini. Untuk menyatu dengan sifat pemuda Na dan harus menumbalkan nama Donghae dalam penyamaran ini.



"Maaf, Paman kan sudah berumur. Giginya sakit."


Jawaban tersebut membuat Jaemin tertawa kecil. Keduanya duduk di tepi sungai Han, dengan rerumputan yang masih hijau mereka menikmati semilir angin walaupun terik matahari sudah menyambut. Melihat senyum itu, Siwon merasa bahagia.



Salah satu alisnya terangkat kala Jaemin menyentuh pipi tepat pada lesungnya, "Seperti Jaehyun Hyung."



"Siapa dia? Teman Nana?" tanyanya berpura-pura.



Jaemin menganggukkan kepala dengan senyum manisnya, "Jaehyun Hyung baiiik! Antar Nana dan Mark Hyung selalu," maniknya membulat seraya menatap Siwon, "Jisungie juga lucu!"




Only The Brave✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang