[dua]

10.4K 1.3K 76
                                    




Sorry for typo(s)




Tepat pukul dua siang, Jaemin berhasil sampai di rumah. Berbekal ingatan tentang apa yang dipesan oleh Mark, pemuda manis itu bisa pulang sendiri. Sering kali ia tersesat karena bingung arah jalan, tetapi tepat bel pulang sekolah sosok yang sudah dianggap kakaknya tersebut menghubunginya dan menuntun dari balik panggilan.



Melepas sepatu sekolahnya, Jaemin memasuki rumah sederhana tersebut. Bibirnya mengulas senyum kala tak menemukan sepatu sang Ayah, ia berjalan menuju ke dapur dan menemukan sosok wanita tengah sibuk memasak.




Berjalan mendekat, anak itu memeluk tubuh sang Ibu dari belakang yang mana membuat beliau memekik kaget. Tubuhnya berbalik sembari terkekeh, wajah manis Jaemin ditangkup dan memberikan kecupan pada kening sang anak.




"Anak Ibu sudah pulang," jemarinya mengusap keringat yang masih tersisa di kening sang putra, "Ayo, ganti baju lalu makan ya."




"Oke!"





Berlari menuju ke kamar minimalisnya, Jaemin melepas seragam sekolahnya dan memasukkannya ke dalam ranjang kotor. Berganti pakaian kasualnya, bibirnya bergumam karena suasana hatinya yang bagus. Sebelum Mark, Ibu adalah sosok yang pertama disayangi oleh pemuda bersurai cokelat itu.




Selesai dengan pakaiannya, ia kembali ke luar dan melihat sang ibu sudah duduk di kursinya dan hidangan makan siang telah siap. Wanita itu dengan lembut menyiapkan piring putranya.




"Ayo dimakan, Sayang."




Tidak banyak lauk yang tersaji di sana, mungkin hanya cukup untuk disajikan dua piring saja. Kegiatan mengunyah Jaemin berhenti kala melihat sang ibu yang tidak ikut makan, justru memandanginya dengan senyuman.


"Ibu, makan."


Bibir wanita itu mengulas senyum kecil seraya menggelengkan kepala, "Nana yang makan saja. Ibu tadi sudah," tetapi sang putra tetaplah yang lebih tahu.



Dibaginya porsi nasi miliknya kemudian Jaemin mengambil sendok dan memberikannya pada sang ibu, "Makan! Bersama Nana," keduanya saling menatap.



Hati Ibu mana yang tidak menghangat kala diperlakukan seperti itu oleh putranya. Dengan keadaan ekonomi yang bisa dibilang begitu rendah, Jaemin lebih membutuhkan untuk perkembangannya. Namun, mengesampingkan otak pintar, sang putra memiliki hati yang tulus dengan etika yang mengagumkan.



"Pesawatnya masuk!" seru anak itu berniat ingin menyuapi sang ibu.



Wanita itu tertawa kecil, berusaha menyembunyikan panasnya di daerah mata. Mulutnya terbuka menerima suapan tersebut membuat Jaemin juga tertawa.



"Permisi, Sunyoung-ah!"


Wanita itu berdiri dari posisinya seraya berjalan keluar dan menemukan sang majikan, "Ah, Eonni!" memberikan sapaan hangat lalu mempersilakan masuk. Kedekatan mereka tak membuat status sosial itu menjadi penghalang.



"Ini, tadi aku membuat kue macaron. Untuk Jaemin ya," ucapnya seraya memberikan satu bungkusan rapi.



Seulas senyum terukir di bibir Sunyoung melihat bahwa kue tersebut adalah kesukaan Jaemin.


"Terima kasih, Tiffany Eonni."



Wanita blasteran itu tertawa kecil seraya melambaikan tangan bahwa itu bukan sesuatu yang besar, "Oh ya, seminggu besok aku ada acara ke luar kota. Jaemin suruh menginap saja menemani Mark, ya," pintanya.



Only The Brave✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang