"Cieee...Regan ke sekolah gak mandi" Reina keluar dari mobil Regan dengan tawa sumringah. Dia niat sekali menggoda cowok itu. Walaupun Regan tidak mandi, wajah bersih dan tubuh wangi Regan seakan mengelabuhi setiap orang yang berdekatan dengannya.Regan ini tipe orang yamg kelihatan rapi dan bersih.Jadi wajar sih kalau banyak orang nyaman didekat nya.
"Lo jalan duluan aja"
"Kenapa?"
"Gue malu, jalan sama adek kelas"
Reina tersenyum hambar dan menuruti kemauan Regan, meskipun ada rasa sedikit tak enak.
Regan berjalan beberapa meter di belakang Reina. Dia masih memperhatikan punggung mungil itu terus menjauhinya. Regan menghela nafas singkat,sambil berjalan menjauhi area parkiran yang terkesan ramai. Maklum, beberapa menit lagi jam pelajaran pertama akan dimulai.
Reina menghentikan langkah sejenak kemudian berbalik menatap Regan "Kamu belum sarapan "
" Gue gak laper "
Reina mengganguk paham. Mengetukkan jari telunjuknya ke dagu lalu mengerjap. Iris coklatnya bertubrukan dengan iris kelam Regan "Regan, kamu --"
"Reina" Suara bariton menghentikan ucapan Reina untuk beberapa saat. Cowok berbadan atletis dengan baju putih khas anak paskib itu berjalan mendekati mereka berdua. Dia Altar Pamungkas, salah satu anak paskib yang juga menyandang sebagai pacar Reina Malvisa sejak satu tahun lalu
"Reina kamu baru berangkat ? "
Reina tersenyum kaku saat tangan kekar Altar mengusap puncak rambutnya
"Iya, kamu juga baru berangkat?"
Altar tersenyum singkat "Iya tadi ban motor aku bocor di jalan" Altar melirik Regan sekilas dengan tatapan datar, dia tidak suka saat Reina dekat dengan cowok lain, apalagi yang ia tahu Regan adalah anak dari kelas sebelah
"Ke kelas ?"
Reina mengganguk "Regan,makasih buat tumpangan nya"
Altar tersenyum singkat pada Regan kemudian merangkul Reina erat. Ada perasaan gondok pada diri Altar. Bagaimana pun juga....desas-desus kedekatan Regan dan Reina sudah terdengar jelas sampai ke telinga nya.
Regan mengedikkan bahu acuh. Bukan urusannya. Ia tidak peduli dengan Reina yang sudah memiliki pacar ataupun tidak. Selagi cewek itu bermanfaat untuknya, Regan tidak akan menghalangi siapapun mendekati cewek itu. Termasuk Altar cowok paling ramah di sekolah ini.
Regan memasuki kelasnya dengan senyum mengembang, bahkan rentetan gigi putihnya terlihat begitu jelas. Beberapa orang menyapanya girang. Sesekali Regan juga menangapi dengan bualan tidak berfaedah.
Itu lah Regan Maherza Putra. Semua orang mengenalnya sebagai sosok cowok yang humoris dan ceria, dia jarang sekali memperlihatkan rasa sedihnya kepada orang lain. Tapi hati orang yang sebenarnya siapa yang tau kan ?
"Muka Lo.....menjijikkan" Darren sang ketua paskib sekaligus sahabat Regan sejak SMP itu sok mencibir. Padahal dari sekian sahabat yang ia punya, Regan lah yang paling bermanfaat untuknya.
"Lo ngatain orang seganteng gue ? Tega emang" Regan duduk di sebelah Darren sambil mencolek dagu cowok itu. Darren mendengus kesal, meskipun dia cowok, ia juga mengakui kalo Regan itu memang ganteng pake banget.
Mungkin kalau Darren cewek, sudah taken tuh Regan. Darren menggeleng kepala cepat. Pikiran macam apa ini.
"Tangan Lo kenapa Nyet ?" Darren menelisik tangan sahabatnya dengan dahi mengernyit.
Ini bukan pertama kalinya dia melihat tangan Regan diperban. Sudah tidak terhitung berapa banyak kejanggalan yang Regan perlihatkan di depan Darren. Darren tidak sebodoh itu untuk mengetahui jika Regan yang humoris, ceria dan penuh dengan tawa itu sebenarnya golongan manusia yang paling mudah untuk dihancurkan.
"Biasa...kucing gue nakal" Regan terbahak. Sudah berapa banyak pertanyaan itu keluar dari mulut Darren?
"Ogeb" Darren menopang dagu sambil mengunyah pipi dalam nya
"Sumpah ! hari ini lomba PBB terahir gue di SMA""Apa urusannya sama gue ?" Jawab Regan tak berminat
Darren berdiri dan menendang bangku asal
"LO TAU ? PAS GUE MINTA UANG SAKU TAMBAHAN SAMA BUNDA, DIA BILANG KALO GUE ITU CUMA BISA NGELUH"Regan hanya menguap bosan mendengar curhatan Darren, memang itu kenyataannya kan ? Darren ini memang suka sekali mengeluh.
Regan heran, dibanding dengan kehidupannya, Darren itu sangat beruntung. Dia terlahir dari keluarga yang harmonis, sederhana dan bahagia. Ayahnya merupakan TNI AD sedangkan ibunya adalah Dosen biologi yang ramah dan cantik, ditambah ia memiliki seorang adik perempuan yang kini satu tingkat dibawah mereka.
Sedangkan Regan? Ayahnya saja meninggal karena Regan dilahirkan ke dunia ini, dan mamanya ? Ia bahkan jijik untuk mengganggap nya sebagai ibu.
Regan menatap ke arah pintu kelas, saat melihat cewek berambut panjang berwarna hitam legam mengintip di balik pintu kelasnya. Dia Demora, adik kandung Darren "Dobe, adek lo clingak - clinguk kaya orang ilang"
Darren menatap ke ambang pintu kemudian mengayunkan tangan menyuruh adiknya masuk ke kelas "Gak ada yang gigit Lo"
Demora masuk diikuti Reina.Dunia memang sesempit itu, ternyata cewek yang menyelamatkan Regan dari kecelakaan adalah NPC yang sering berseliweran dan berteman baik dengan adik sahabat nya.
"Bunda ngasih ini ke lo "Demora menyerahkan tiga lembar uang seratus ribu ke arah Darren.
Darren langsung mengambilnya tanpa sepatah kata apapun. Bundanya itu memang sok cuek tapi hatinya baik sekali "Makasih"
Reina menjalin kedua tangannya sambil terus memperhatikan Regan. Sebenarnya ia sangat khawatir dengan keadaan Regan, tapi ia tidak mungkin menanyakan kondisi cowok itu saat suasana kelas masih sangat ramai
"Regan"
Regan mendongkak. Dia masih duduk di bangkunya dan Reina kini berdiri di sampingnya
"Apa"
"Gapapa, besok aku boleh main ke rumah kamu ?"
"Kapan pun yang lo pengen"
"Makasih Regan"
"Hmm"
Masih sepuluh menit sebelum bel pelajaran pertama berbunyi, Demora tidak menyia- nyiakan kesempatan itu. Dia langsung berlari menemui cowok bertubuh jangkung yang juga memakai seragam serba putih seperti kakaknya. Dia Geraldin, sahabat Darren sejak kecil "Kakak"
Geraldin tersenyum singkat kemudian mengelus pipi Mora lembut "Tadi Kakak liat pak Rahman masuk ke kelas kamu"
Mora langsung terbelalak dan menarik Reina untuk keluar dari kelas 12. Gawat. Gawat. Mora belum mengerjakan PR Matematika
"Lo ngapain deket banget sama Pacarnya Altar"
Regan menoleh ke arah Darren malas "Emang Altar pacar Reina?"
Eh! Regan ini sok bego banget.Dia tau kok kalau Reina berpacaran dengan Altar. So what?Regan tegaskan sekali lagi, selama cewek itu bermanfaat untuk Regan, dia tidak akan mempermasalahkan hal remeh soal status pacaran.
"Apa istimewanya pacaran, sialan"
Geraldine meletakkan tas ke meja lalu duduk di depan Regan "Kadang.....orang berhubungan sex tanpa status"
Regan terbahak sambil mengibaskan tangan ke angin "I like this statement"
"Minimal lo sadar diri lah"Darren tampak serius
"Lo berharap apa sama gue?"Regan menepuk bahu Darren singkat "Lo terlalu serius sama omongan orang yang gak ngasih lo uang"
Regan terdiam. Pacar? hahaha apa istimewanya itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER
Teen FictionRegan, laki - laki yang mudah depresi dan menganggap hidupnya sebagai sesuatu yang menjijikkan. Rasa sakit. Kebencian. Kekecewaan. Dia terlahir dari tiga kata itu. Menyayatkan benda tajam ke area tubuhnya adalah hal yang wajib ia lakukan untuk mere...