14

10.6K 763 10
                                    

"Regan, Lo sekaya apa emang ? Sampe semua suporter SMA kita, Lo traktir"
Darren berkedip heran

"Makasih" Geraldin mengulas senyum

"Gue cuma lagi kelebihan uang" Jawab Regan sambil cengengesan "Gausah makasih makasihan, lo udah gue anggep sebagai sodara sendiri"

Regan,Geraldin, Alfan, dan Darren sedang duduk melingkar di meja restoran langganan mereka. Hari ini begitu membahagiakan untuk  mereka, terutama Alfan, karena tim Volly  yang ia pimpin selama dua tahun terakhir ini berhasil keluar sebagai juara satu tingkat nasional.

Alfan tau jika dia tidak sesempurna Geraldin, tapi mendapat prestasi semacam ini saja sudah membuatnya sangat bersyukur.

"GEMBEL....Lo kalo makan jangan kaya gembel dong" Darren berdecak melihat Alfan makan dengan begitu lahapnya, bahkan dua piring rendang sudah ia habiskan dan kini ia sibuk memakan sub jamur.

"Brisik ngana, asal ngana tau aja ya, mamah kalo masak gak pernah enak dan dia selalu ngelarang anaknya buat makan di luar"

Geraldin tersenyum, itu memang benar.

"Makan aja sepuas lo, lagian gak ada yang ngelarang" Regan berkomentar. Asal Alfan senang, ia tidak keberatan jika harus mengeluarkan uang lebih.

"Andai aja sodara kembar gue itu elo"

Geraldin mengusap rambut Alfan singkat "Gue marah, dan nanti malam gak usah peluk - peluk gue kalo mau tidur"

"Lazy gue" Alfan menjilat ibu jarinya kemudian menempelkan ke pipi Geraldin " Makan tuh"

Regan terbahak, satu -satunya hal yang ia syukuri dari kehidupannya adalah memiliki teman sebaik mereka. Dan juga......Reina.

Regan mengedarkan pandangan ke sekeliling, restoran ini penuh dengan suporter SMA RAJAWALI. Tatapannya terhenti pada meja paling ujung, dimana di sana hanya ada Reina dan Altar. Mereka duduk berhadapan dengan kedua tangan saling bertaut.

Sesaat manik mata Regan bertubrukan dengan Manik redup milik Reina. Regan melempar senyum kearah cewek itu tapi Reina hanya membuang muka seolah Regan itu orang asing.

Regan juga ingat, hanya Reina dan Altar saja yang menolak untuk ia traktir.

"Regan lo liatin apa ?" Darren kepo

"Liatin dada Tante - tente itu" Regan menunjuk seorang wanita yang sering ia lihat di night club . Tapi sayangnya, Regan tidak tertarik meskipun akhir - akhir ini wanita itu gencar sekali untuk mendekatinya. Hanya dengan membayangkan wajah Reina, Regan mampu membuang semua sisi bejadnya.

"Bangsat lo"

Alfan buru - buru menoleh "Dada Segede itu enak kalo diremes"

Regan terkekeh "Gila aja..... Verry small"

Alfan melongo tidak percaya "Lo pernah pegang yang Segede apa?"

"Kepo"Regan tertawa begitu lepas melihat raut wajah Alfan merah padam karena menahan marah.

Geraldin menepuk bahu kembarannya lembut "Sabar"

"Bacot lo"

"Gue pernah denger" Regan mulai bercerita "Twins itu selalu diperlakuin beda sama orang tuanya. Kaya salah satu jadi anak kesayangan.
Tapi gue rasa double G gak"

Darren mencomot kentang goreng milik Geraldin "Asal lo tau aja. Keluarga Prawira Negara itu unik. Ayah mereka keras, dan... orangnya gimana ya jelasinya. Lo tau kan? Om Selatan itu tentara, jadi gue tau banget tabiat orang kaya dia itu kalo pulang tugas langsung ....eummmm..... Lo tau sendiri jawabannya"

Regan menggangguk. Kebutuhan seorang pria "Apa hubungannya sama cerita gue tadi?!"

"Gak ada bangsat!" Gaje sekali Darren
"Yang gue liat, Alfan itu produk gagal, jadi orang tua mereka jauh lebih perhatian sama dia"

" Sok tau cepet mati " Alfan tidak terima.

Geraldin hanya berdehem, dia tidak merasa diintimidasi dalam keluarganya.

"Lo liat aja penampilan Alfan. Bad Boy nya sekolah, sekaligus anak paling suka buat onar. Lo tau? Karena sikap sama kelakuan Alfan yang gak bener itu, dia sering dikasih perhatian lebih sama orang tuanya. Dan mereka itu sebenernya gak pernah beda - bedain antara Geral sama Alfan, cuma yaaaaa Geral itu orangnya mandiri dan agak risih kalo dia masih diperlakuin manja sama orang tuanya."

"Kalo Alfan lagi ada masalah, dia sering banget minta tidur sama mamanya. Childish bajingan kaya Alfan gak pantes hidup"

Alfan melotot" Brisik lo. Ngaca dong! lo sendiri sering banget tidur dipangkuan bunda lo"

" Masalah buat lo? Dan satu lagi, Geraldin itu gak peduli sama kehidupannya sendiri, dia lebih teropsesi sama kehidupan Mora. " Darren nyinyir.

Geraldin memangku wajahnya sambil memperhatikan Mora yang asik bergurau dengan Bayu dan Riza. Apa yang diucapkan Darren memang benar, tapi dia juga tidak menyangkal jika saat didekat Melodi, Geraldin merasa tenang.

Geraldin rasa, dia jauh lebih mementingkan Mora daripada siapapun.

Percakapan mereka berempat berlangsung selama satu jam lebih, dengan topik saling membuka aib antara Darren dan Alfan.

Sebenarnya mereka berdua jarang sekali bertengkar, tapi sekalinya bertengkar, membuat telinga siapa pun enek.

" Hati - hati di jalan" Seru Darren dari atas motornya. Mereka memutuskan pulang setelah jam menunjukan pukul 7 malam.

Regan menggangguk, dia berjalan menuju tempat parkir sambil sesekali bersenandung kecil.

"Aku tidak berharap sejauh itu"

Regan menghentikan langkahnya saat mendengar suara wanita yang sangat ia kenal. Regan mengedarkan pandangan ke sekeliling tempat parkiran, sepuluh meter dari arah pandangnya, Lavisysa dengan seorang Pria berjas hitam tengah melakukan perbincangan.

Tungu.....pria itu mengendong anak laki - laki berusia lima tahun. Regan tersenyum kecut, mereka bertiga tanpak seperti keluarga kecil yang harmonis

"Kau lucu sekali" Lavisya tersenyum manis. Bahkan Regan tidak pernah mendapat senyum itu dari Lavisya, tapi sekarang apa? dia begitu bahagia mengoda anak kecil itu. Regan iri.

Pria itu merangkul bahu Lavisya mengunakan tangan kanannya sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk mengendong anak berambut ikal itu.

Lavisya merangul pinggang pria itu dan sesekali mendusel ketiaknya.

"Hentikan Lavisya, itu mengelikan"

"Kau lucu Bren" Lavisya tertawa begitu nyaring, seolah tidak pernah ada beban dalam hidupnya.

"Kau manis Lavisya" Brendan mengecup singkat kepala Lavisya.

"Re- re gan kau di sini?" Lavisya melihat anaknya yang kini tengah menatapnya tajam dan datar. Baru pertama kali dia melihat Regan memakai seragam anggota tim Volly yang selalu dibanga - bangakan Neyla.

"Bangsat" Regan membanting pintu mobilnya dan berlalu pergi

ANOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang