Haii 😊Reina mematung tepat di depan gerbang rumah Regan. Ia mencengkram kuat ujung roknya sambil menghirup udara dalam.
Dia sedang menetralkan degup jantungnya yang kian menggila, dia sendiri juga tidak tau kenapa perasaannya bisa segugup ini.~Ah~ Reina rasa ini bukanlah perasaan gugup, tapi lebih tepatnya dia sedang khawatir. Bagaimana ia tidak khawatir jika hari ini saja Regan tidak masuk sekolah tanpa surat keterangan.
Awas saja jika ia bertemu Regan nanti.
Setelah meminta izin pada satpam yang berjaga, Reina langsung melangkahkan kakinya menuju ke kediaman Maherza Putra yang terlihat begitu megah dan asri. Di sekeliling rumah itu terdapat beberapa tanaman yang tumbuh rimbun hingga menjulang tinggi. Reina suka nuansa ini. Sangat menyejukkan.
Beberapa pekerja mulai menyapa ramah gadis itu lalu mempersilakannya masuk. Reina mempercepat langkahnya menuju kamar Regan hingga ia tidak sadar jika Lavisya masih duduk santai di ruang tamu. Sesaat wanita itu menatap Reina kemudian mengedikkan bahu acuh.
Sesampainya di depan kamar Regan, Reina mulai mengetuk pintu perlahan. Tapi tidak ada jawaban.
Dia kembali mengetuk pintu.
Masih belum ada jawaban.
Kini Reina mengetuk pintu lebih keras. Tapi lagi - lagi tidak ada jawan. Kesal. Akhirnya Reina nyelonong masuk tanpa memedulikan reaksi cowok itu akan seperti apa nantinya.
Pengap. Gelap. Bau alkohol.
Itulah pemandangan pertama yang ia dapati saat membuka pintu kamar Regan. Tempat ini terlihat sangat gelap dan mengerikan. Reina membuka gorden jendela agar bias matahari sore mulai memasuki ruangan ini.
"REGAN" Reina menjerit histeris saat mendapati tubuh cowok itu dalam keadaan tengkurap dengan darah membanjiri telapak tangannya. Reina mencoba mendudukkan Regan dengan kedua tangan mungilnya. Tapi perjuangan itu sia - sia karena cowok itu terus saja meronta sambil meracau tidak jelas.
Sebenarnya Regan sadar, tapi ia terlalu malas untuk meladeni Reina yang sok peduli padanya.
Regan rasa, cewek itu tidak mempunyai urat malu. Buktinya saja Reina tidak mempermasalahkan saat mendapati tubuh Regan yang hanya menggunakan boxer berwarna hitam.
"Mending Lo pergi" Regan berkata sinis tanpa mengalihkan posisi tidurnya. Kesempatan itu justru Reina gunakan untuk menarik tubuh Regan hingga duduk.
Regan marah. Dia langsung mendorong tubuh Reina sampai terpental dua meter dari arah pandangannya. Regan mengacak rambutnya frustasi. Bagaikan air yang sedang mendidih, Regan mulai mengumpati Reina mengunakan kata - kata kasar. Sebenarnya Regan tidak marah pada Reina hanya saja ia butuh pelampiasan untuk menyalurkan emosinya.
" Jalang ! "
" Mending Lo cabut "
Jantung Regan bergemuruh hebat. Nafasnya sudah satu dua. Seluruh tubuhnya banjir dengan keringat. Dia tidak bisa lagi menahan amarah yang bergejolak di hati kecilnya. Apalagi saat Regan mengingat pertemuan dengan keluarga besar almarhum ayahnya tadi malam.
Sial.
Kata - kata menjijikkan yang keluar dari mulut kakeknya seolah berputar kembali dalam otaknya. Regan kian menggila hingga dia menggambil cuter dan menyayatkan benda tajam itu ke telapak tangannya.
Reina merasakan punggungnya mengalami memar akibat dorongan yang Regan berikan. Tapi dia langsung mengacuhkan kan rasa sakit itu ketika melihat Regan kembali melakukan tindakan bodoh. Reina berlari mendekati Regan dan mengambil alih benda tajam itu kasar.
" REGAN " Tanpa sadar, Reina terisak hingga kedua kakinya tidak lagi menopang beban tubuhnya. Dia gagal melindungi Regan.
Payah.
Bodoh.
Regan menatap kedua telapak tangannya yang penuh dengan darah. Sejak dia masuk SMP, ia sudah terbiasa melakukan hal bodoh seperti ini. Memang awalnya sangat menyenangkan dan begitu lega tapi saat Regan sadar, ia akan merasakan area tubuhnya perih Karena sayatan yang ia buat.
Regan akui jika dirinya memang bodoh. Tapi dia tidak peduli, mau dia mati ataupun menghilang dari dunia ini sekalipun , Regan yakin sekali ibunya tidak akan merasa kehilangan ataupun sedih. Jika orang yang ia sayang saja tidak pernah melirik nya, lalu untuk apa Regan mengasihi dirinya sendiri ?
" Lo mendingan pergi sebelum gue ngelakuin hal - hal yang bisa nyakitin Lo ! " Regan menunjuk pintu kamarnya dengan tatapan nyalang. Dia tidak butuh siapapun untuk mengasihinya.
Reina beringsut " Kalo dengan nyakitin aku bisa buat kamu lebih baik......aku mau "
" Lo gak usah sok Bego "
" Iya aku bego, tapi tolong jangan lukain diri kamu lagi " Reina berjalan mendekati Regan. Kini dia berdiri di samping ranjang cowok itu. Dia mengusap rambut Regan perlahan.
"ARGHHHHHH " Regan menyingkirkan tangan mungil itu kasar lalu menjambaki rambutnya sendiri. Dia tidak tahan lagi dengan kehidupannya yang hanya dipenuhi dengan rasa sakit dan keputusasaan.
" Kamu bisa tumpahin semua masalah kamu ke aku "
" Lo gak usah sok peduli sama gue "
" Tapi sayangnya aku peduli sama kamu " Reina berdiri mengunakan ke dua lutut nya tepat di depan Regan. Ia menarik kepala cowok itu untuk didekap. Tidak ada penolakan meskipun Regan juga tidak membalas pelukan itu.
Anak semata wayang Maherza Putra itu menghirup udara dalam. Aroma Lavender yang diberikan Reina membuatnya sangat tenang. Tanpa sadar, Regan mulai menikmati elusan halus di kepalanya. Ini beribu kali lebih menenangkan daripada satu sayatan yang ia buat demi mengalihkan rasa sakitnya.
" Lebih tenang ? " Reina bertanya sambil menyisir rambut Regan. Hanya anggukan kecil yang ia dapat. Tapi itu lebih dari cukup untuk mengetahui jika Regan sudah kembali seperti semula.
Reina sadar, tindakannya ini keterlaluan.
Tidak seharusnya dia memeluk laki - laki lain di saat Altar masih menjadi kekasihnya. Tapi Reina tidak mempunyai pilihan lain. Terlebih.....ini pertama kalinya dia memeluk laki - laki selain ayahnya.
"Semalem gue dateng ke acara keluarga almarhum ayah gue" Regan mulai bercerita sedangkan tangan mungil Reina tetap memberi elusan di kelapa cowok itu " Di depan keluarga gue sendiri, kakek ngatain gue anak haram dan pembawa sial "
" Kakek kamu ngaco " Reina menyergah tidak terima.
Regan tersenyum kecut dan melanjutkan "Tapi itu kenyataanya, mama gue hamil diluar nikah, dan waktu ayah gue mau nyusul ke rumah sakit buat liat kelahiran gue, dia justru kecelakaan"
"Itu gak ada hubungannya sama kamu" Reina menghirup udara perlahan. Serusak itukah Regan selama ini ?

KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER
Novela JuvenilRegan, laki - laki yang mudah depresi dan menganggap hidupnya sebagai sesuatu yang menjijikkan. Rasa sakit. Kebencian. Kekecewaan. Dia terlahir dari tiga kata itu. Menyayatkan benda tajam ke area tubuhnya adalah hal yang wajib ia lakukan untuk mere...