16

11.1K 1K 6
                                    

Haii😊
Cuma mau bilang.....satu vote kalian bisa membuat manusia biasa ini bahagia

Regan menempelkan pipinya ke meja perpustakaan. Di didepannya tampak Reina masih sibuk dengan novel yang ia baca, cewek itu bersikap seolah di sini hanya ada dirinya.

Suasana masih sangat sepi, Regan niat sekali berangkat pagi untuk melihat wajah Reina. Jika bukan sepagi ini, dia tidak bisa mendekati Reina~ Altar akan selalu menempel padanya. Bukannya Regan pengecut untuk mendekati Reina secara terang - terangan hanya saja dia menghargai Darren dan Geraldin yang merupakan teman Altar. Mengingat, dulu Darren adalah ketua Paskib dan Geraldin, Altar merupakan anak buahnya.

Masa bodo dengan pendapat orang yang mengatakan Regan itu perusak hubungan orang.

Siapa suruh, dulu Altar menelantarkan Reina.

"Rein" Panggil Regan masih dengan posisi menempelkan pipinya ke meja
"Gue belom makan"

Tidak ada jawaban.

"Lo tau?" Tanya Regan pelan "Beberapa hari terakhir, Lavisya baik banget sama gue. Gue pikir dia udah tobat eehhh tadi malem gue liat dia sama om- om, dan punya anak lagi. Sumpah anaknya jelek"

Reina tidak menanggapi.

"Gue kaya orang bego, apa lo udah gak peduli lagi sama gue?"

Regan terkekeh, dia tampak seperti orang yang sedang mengemis perhatian. Tapi itu memang benar.

Mengenaskan.

" Gue itu kenapa ya? Kalo dideket lo, jantung gue gak karuan, aneh sumpah. Tiap malem, gue pengen cepet-cepet pagi soalnya bisa liat lo. Kalo jauh sama Lo itu rasanya gak tenang, pengen banget ketemu. Terus kalo liat lo sama Avatar,  bawaannya pengen mutilasi si Avatar" Cerocos Regan kaya emak - emak rumpi.

Lagi - lagi Reina diam.

Regan beringsut duduk "Tadi malam gue mimpi basah........sama lo"

Reina menutup wajahnya mengunakan buku. Yang benar saja, kenapa Regan jadi segila ini?

"Manis" Regan memangku wajahnya mengunakan tangan kiri, tapi sayangnya dia langsung meringis kesakitan akibat sayatan yang ia buat tadi malam"Sshhhh"

Reina membanting novel yang ia baca ke meja. Kedua matanya memerah seakan dia sedang menahan amarah yang sudah mencapai ubun - ubun.

Regan tersenyum. Sepertinya Reina merasa jijik dengan kehadiran cowok itu. Dia tidak pernah melihat Reina semarah ini.

"Sory" Hanya itu yang bisa Regan ucapkan. Jadi dia sudah tidak mempunyai kesempatan ya? Tidak ada lagi yang peduli padanya.

Reina mendekat, menarik lengan kekar Regan dengan kedua tangannya untuk keluar dari perpustakaan. Regan mengerjap bingung.

Reina membawa Regan ke UKS dan mulai mengobati luka itu perlahan. Tidak ada satu katapun yang ia ucapkan.

Regan menelisik gurat wajah cewek di depannya seksama. Selalu membuat tenang. Regan menangkup salah satu pipi Reina mengunakan tangan kanannya. Apa Reina masih peduli?

"Rein?"

Tidak ada jawaban, Reina hanya fokus pada luka Regan. Sebenarnya dia ingin sekali menangis, tapi sebisa mungkin ia tahan.

"Gue itu menjijikkan ya? Sampai Lavisya aja gak mau peduli sama gue dan lo ngejauh"

Reina selesai memperban Regan kemudian beranjak pergi.

Regan terbahak.

Jadi ini nasibnya ya?

Lavisya akan segera membangun keluarga baru. Dan Reina tidak peduli lagi dengannya.

Anak semata wayang Maherza Putra itu menghela nafas panjang lalu melangkahkan kakinya menunju kelas. Sepi. Seperti hatinya.

Regan mengerjap bingung. Di mejanya sudah ada dua bungkus roti dan satu kotak susu. Ia masih berfikir, siapa orang yang mengirimkan makanan sepagi ini? Pastinya bukan Reina, Karen cewek itu tau sekali jika Regan itu alergi pada susu.

Bodoamat lah, tidak penting siapa yang membawa makanan ini. Regan lapar. Dia memakan dua bungkus roti di depannya dengan hikmat dan memasukkan kotak susu itu ke dalam laci Darren. Regan memang duduk sebangku dengan Darren, sedangkan Geraldin duduk di belakang mereka bersama Melodi.

"REGAN" Seorang cewek berambut hitam legam berteriak histeris dari ambang pintu. Yang Regan tau, cewek itu bernama Sekar~ anak dari kelas sebelah.

"Regan gue mau ngomong sama Lo" Sekar mengebrak meja di depan Regan sambil memajukan wajahnya
"Gue suka sama lo, REGAN MAHERZA PUTRA. Mau gak jadi pacar gue"

Songong. Regan tidak suka dengan cewek bar- bar seperti ini. Jangankan kenal, bicara saja mereka tidak pernah, dan sekarang dia meminta Regan untuk menjadi pacarnya.

"Lo --"Mulut Regan langsung di bungkam mengunakan tangan Sekar

"Gak dijawab sekarang juga gak papa, intinya gue jatuh cinta sama Lo"

Regan menepis tangan Sekar dari mulutnya kemudian memajukan wajah agar lebih dekat dengan cewek itu "Lo belom tau seberapa brengsek gue"

Sekar mendadak merinding karena nada bicara Regan terdengar sangat mengerikan. Tidak. Hampir seperti orang mengancam.

"Gue gak peduli, gue suka sama lo"

Regan terkekeh"Lo emang cantik. Tapi sayangnya gue gak tertarik"

"Gue bakal buat lo jatuh cinta sama gue"

Regan menaikan alisnya sambil menyilangkan tanggan. Tangguh juga cewek ini. Regan suka tekad gadis yang pantang menyerah "Oh.... ya?"

"Iya gue serius"

Regan mendekat, membisikkan sesuatu di telinga Sekar "Tunjukin ke gue kalo omongan lo itu bukan bulshit"

Sekar meremang saat Regan meniup telinganya. Dia menatap lekat manik kelam itu "Boleh minta nomer hape lo?"

"Kenapa engak?" Regan menyerahkan benda pipih berwarna biru itu ke arah Sekar.

"Makasih" Sekar berdiri "Apa gue cantik?"

Regan mengangguk.

"Lebih cantik gue apa Reina?"

"Lavisya paling cantik di mata gue" jawab Regan humor. Dia senang sekali bercanda.

ANOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang