5

17.3K 1K 50
                                    

Haii:)

Regan pikir, jika dirinya tidak belajar, ia akan menjadi laki - laki paling bodoh di sekolahnya. Tapi lagi - lagi dia harus menelan kekecewaan saat melihat papan informasi yang memperlihatkan peringkat paralel di SMA Rajawali. Dia masuk sepuluh besar dengan urutan ke lima.

Bukannya sombong atau apa tapi Regan itu malas saja saat mendapat penghargaan sebagi sepuluh siswa terbaik di SMA . Sekolah Rajawali memang beda dari sekolah lain.
Setiap tiga bulan sekali kepala sekolah akan membuat daftar peringkat yang mencantumkan anak IPA, IPS, Bahasa dan peringkat sepuluh besar akan mendapat penghargaan sebagai siswa terbaik dengan imbalan fotonya akan dipajang di mading sekolah.

Merepotkan.

" Gue satu tingkat lebih tinggi dari Lo " Darren dengan santai nya menyeruput pop ice yang ia beli sambil merangkul bahu Regan.

Sedangkan Geraldin di depannya masih mengamati lembaran kertas yang tertempel di papan kayu itu. Dia sudah menduga jika semseter ini dia kembali mendapat peringkat satu lagi. Sebenarnya dia bingung antara harus  senang atau sedih, pasalnya Geralfan, saudara kembarnya lagi - lagi berada di peringkat sepuluh terakhir.

" Gue berharap nya gak masuk sepuluh besar " Regan merebut pop ice Darren lalu menyeruputnya tanpa rasa berdosa. Regan itu memang tidak pernah belajar, cuma saat pelajaran dia selalu memperhatikan seksama. Mungkin itu alasan kenapa ia selalu masuk sepuluh besar.

" Sombong lo, gue aja mati - Matian biar masuk lima besar " Darren tidak terima. Selama ini dia memang uring - uringan menjadi anak yang rajin demi mendapatkan pujian dari Bundanya. Dan sahabat tidak tau dirinya ini malah mengatakan tidak ingin masuk sepuluh besar. Ingin sekali Darren menyumpal mulut itu dengan sabun colek.

" Lo baru tau kalo gue sombong ? " Regan menendang tulang kering Darren pelan.

" Hah ? " Darren sok bingung gitu

" Gue cium Lo baru tau rasa " Regan menyeringai setan yang justru membuat Darren bergidik ngeri. Candaan Regan terlalu menyeramkan.

Satu ide jail muncul dari otak bejad Regan. Dia berjalan perlahan kearah Geraldin kemudian memeluk cowok itu dari belakang layaknya seorang kekasih. Tidak ada penolakan, Geraldin justru mengucapkan kalimat yang membuat Darren semakin bergidik ngeri.

" Gue gak nolak Lo meluk - meluk gue, bahkan Lo mau ajak gue ke kamar pun ...gue rela "

Regan terbahak mendengar ucapan Geraldin. Dibanding dengan Darren, Regan lebih menyukai sahabatnya yang satu ini. Cowok itu selalu saja terlihat tenang, kalem dan pendiam. Bahkan Regan prihatin kenapa manuisa sebaik Geraldin ditakdirkan hidup untuk mengurusi Darren sahabat masa kecilnya yang suka melakukan hal - hal aneh.

"Gue enek sama Lo berdua" Kini Darren menyandarkan kepalanya ke bahu bidang Geraldin sedangkan Regan masih dalam posisinya.

Mereka bertiga menjadi pusat perhatian .

"Bapak gak nyangka kalo kalian Homo" Seorang guru paruh baya yang lewat mangut - mangut prihatin mihat murid nya sepeerti ini.

"Terima kasih" Jawab Geraldin sopan .

"Bapak juga mau saya peluk ? Gratis kok Pak" Regan menaik turunkan alisnya jahil. Guru paruh baya itu bergidik ngeri kemudian pergi meningalkan mereka bertiga.

"Gue risih" Darren mengeluh tapi dia justru ikut - ikutan memeluk Geraldin dari samping.

"Hangat" Gumam Geraldin dan dianguki Regan.

Mereka masih dalam posisi absurd itu sampai Geralfan Prawira Negara, saudara kembar Geraldin datang dengan Demora. Sebenarnya Geralfan malas untuk melihat daftar paralel peringkat nya, dia sadar diri kok, jika otaknya tidak akan sanggup mencapai sepuluh besar dari beribu murid di SMA Rajawali.

Regan mengernyit, biasanya adik Darren itu bersama Reina, tapi kenapa ia justru bersama Alfan?

Regan menggeleng. Untuk apa ia memikirkan gadis itu. Bukan urusannya.

Demora menutup kedua matanya saat sudah sampai di depan Mading. Dia menggeleng keras. Dia juga tau kalo ia pasti masuk peringkat sepuluh besar terbawah. Tapi kali ini ia akan membuktikan pada Alfan kakak kelas satu jurusannya itu jika dia lebih baik dari dirinya.

"Heh ! Ngana mau nonton peringkat Ngana apa mau tidur!" Alfan langsung saja menyentak pada Mora saat gadis itu belum juga membuka matanya. Jika Geraldin itu selalu bersikap tenang, Alfan justru tipe orang yang tempramen dan mudah sekali memasukkan omongan orang ke dalam hati.

"Bentar gue perlu memantapkan hati" Gadis berumur enam belas tahun itu memainkan kedua tangannya dengan tatapan mengarah ke bawah. Dia tidak siap melihat peringkat nya.

"Ngana sok puitis. Mingir biar gue sendiri yang lihat" Alfan mendorong tubuh ringkih itu hingga jatuh.

Geraldin mengehempaskan kedua manusia yang masih saja memeluknya perlahan. Dia membantu Mora berdiri dan mengelus rambutnya lembut.

Mora sok teraniaya gitu deh "Kakak...kaki Mora sakit gara - gara Alfan"

"Heh ngapain Lo nyalahin gue ?" Alfan mencubit kasar pipi Mora hingga gadis itu menjerit kesakitan. Alfan terbahak. Melihat Mora kesakitan sungguh membuat hatinya tenang. Jahatnya.

Geraldin mengelus rambut saudara kembarnya sayang. Dia membawa wajah Alfan ke dalam keteknya kemudian berucap " Kalo Lo nakal gak bakal gue kasih kecupan sebelum tidur "

"Bacot lo" Alfan mengumpat tapi anehnya dia tidak menolak saat elusaan halus dari Geraldin mengenai rambutnya.

"Alfan Lo masih perjaka kan ?" Pertanyaan Regan seketika membuat Geraldin berwajah datar kemudian berucap "Kalo sampai dia udah gak perjaka sebelum nikah, gue bakal potong burung nya"

Alfan menendang punggung Geraldin pelan " Gue bakal nekat "

"Gue juga bakal nekat" Wajah tenang Geraldin tiba - tiba berubah mengerikan saat ia mengeluarkan gunting dari saku celananya. Sedetik kemudian Alfan sudah lari kocar - kacir di ikuti dengan Geraldin dan Mora.

Darren acuh tak acuh melihat sahabat kembar maupun adiknya begitu akrab. Itu sudah biasa mereka lakukan sejak kecil.

"Kantin, gue laper" Regan merangkul Daren hendak ke kantin. Tapi langkahnya terhenti saat ia berpapasan dengan Reina dan Altar di koridor sekolah.

Reina terlihat sangat bahagia. Regan mengedikan bahu acuh, lagipula mereka memang sepasang kekasih kan ?

Regan tidak akan mempermasalahkan itu selagi Reina bermanfaat untuknya.

Ya...hanya itu.

Tidak lebih.

ANOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang