9

13K 922 20
                                    

Hai:)

Lavisya, kamu ada jadwal bertemu dengan klien hari ini " Wanita berbaju merah yang merupakan sekertaris pribadi Lavisya itu masuk ke ruangan pimpinannya sambil membawa beberapa berkas.

" Batalkan " Lavisya berkata dingin. Dia masih terpaku dengan layar laptopnya.

" Ada masalah lagi dengan anak mu ? " Nayla membereskan kertas yang berserakan di meja Lavisya. Ia tahu jika sahabat sekaligus mantan adik kelasnya itu memiliki hubungan yang kurang baik dengan anak kandungnya.

Lavisya menghela nafas berat. Dia tidak tau lagi harus melakukan apa? Sejak Regan masih kecil, ia tidak pernah memberinya kasih sayang layaknya seorang ibu pada anaknya. Dia tau ini salah, tapi melihat wajah anak itu selalu saja membuat hati Lavisya berdenyut sakit.

Karena Regan, Lavisya harus menerima cacian dari kelurganya.

Karena Regan, dia kehilangan suaminya.

Karena Regan, ia kehilangan mimpi terbesarnya.

" Entah lah Ney...aku tidak bisa berdamai dengan perasaan ku sendiri " Lavisya menangkup wjahnya mengunakan kedua tangan. Dia memang membenci Regan, tapi hati dan pikirannya selalu saja terbayang anak itu.

" Ya, ini sangat berat untuk mu " Neyla menghempaskan tubuhnya ke sofa kemudian memakan snack yang tersedia tanpa rasa sungkan. Dia memang terbiasa seperti ini. Lagipula Neyla itu diangkat sebagai sekertaris pribadi Lavisya hanya karena wanita itu memiliki penguasaan berbahasa Inggris yang bagus. Selebihnya, dia sangat kacau.

" Kadang aku iri dengan kehidupan mu " Lavisya terang - terangan mengatakannya.

Neyla terbahak mendengar pengakuan Lavisya " Geraldin dan Geralfan memang sangat mengemaskan tapi aku rasa Regan itu jauh lebih baik "

" Hmmmm....mungkin "

                           🥀

" Ren..cepet dong kalo jalan " Mora menarik tangan Reina tidak sabaran. Bel istirahat baru berbunyi satu menit yang lalu tapi Mora sudah uring - uringan menuju kantin.

" Iya Mora "

" Bang Dendi.......Mi ayam buat Mora kaya biasa " Mora memesan makanan kesukaannya kemudian duduk di bangku paling pojok.

" Siap neng "

" Lo gak pesen makanan ? " Tanya Mora penasaran saat teman sebangkunya itu hanya duduk manis sambil memainkan ponselnya.

" Aku nunggu Altar "

"Oh " Balas Mora singkat kemudian menerima Mi ayam yang diberikan Bang Dendi " Makasih "

" No problem "

Reina tersentak saat merasakan pipi kanannya mendapat cubitan dari seseorang.

" Altar kamu ngagetin "

Altar tersenyum manis lalu duduk di samping pacarnya " Belom pesen makanan ? "

" Tadi aku nunggu kamu "

" Gue cabut " Mora beranjak dari duduknya sambil mencibir. Dia sangat muak melihat wajah Altar.

Reina menarik tangan Mora sambil menatap gadis itu memelas " Mora kamu kenapa ? Tadi di kelas katanya laper tapi Mi ayam kamu masih utuh "

Dua orang cowok sahabat Altar datang dan duduk memperhatikan adegan live streaming antara Mora dan Reina. Mereka lebih dari tau jika gadis itu sangat membenci Altar. Dan sial nya dendam itu sudah mengakar sejak satu tahun lalu.

" Gue pengen nonton kucing naena " Jawab Mora asal.

" Duduk dulu " Reina menarik tangan sahabatnya pelan membuat Mora semakin jenuh.

ANOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang