Holla:)Dulu, Regan itu anak baik. Dia selalu menjadi kebanggaan guru dan juga temannya. Dia ramah dan mudah tersenyum. Setidaknya Regan melakukan sandiwara yang sangat ia benci itu hingga akhir bangku sekolah dasar. Dia melakukan itu semua hanya untuk menarik perhatian Lavisya, tapi sayangnya wanita itu lebih mengganggap Regan sebagai kucing piharaan yang terlantar daripada seorang anak manusia.
Menyedihkan.
Meskipun begitu Regan hanya ingin melihat wanita yang telah melahirkannya itu tersenyum manis dan memeluk layaknya seorang ibu pada anaknya. Bukannya mendapatkan perkataan dan perilaku kasar. Regan tahu jika semua itu tidak akan pernah ia dapatkan.
Lelah terus membohongi dirinya, Regan kecil yang manis dan baik kini berubah menjadi laki - laki brengsek dan licik. Dia membenci kehidupannya, tidak ada yang istimewa darinya. Semua yang ia lakukan hanya kebohongan.
Gelap.
Sunyi.
Hanya dua kata itu yang membelenggu hati kecilnya. Regan bukanlah laki - laki kuat yang mampu menerima setiap takdir Tuhan yang telah digariskan untuknya. Dia hanya seorang remaja lemah dengan segala perangai bodohnya.
Lihatlah dia sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, tapi Regan masih betah duduk di club' malam sambil menikmati bir yang ia pesan.
Tidak cukup buruk.
Setidaknya di tempat ini dia bisa melupakan beban hidupnya sejenak.
" Regan " Suara wanita berumur dua puluh lima tahun mulai terdengar nyaring di telinga sang pemilik nama.
Regan mendongkak, melihat Mawar hanya mengunakan celana hot pants dan baju yang mengekspos bagian dadanya " Hmm "
Tangan mawar mulai bergelayut manja di lengan kekar Regan " Mau main ? "
Regan terkekeh. Harus ia akui jika dirinya memang brengsek. Tapi siapa yang peduli? Bukankah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya ?
Maka dengan seringai tajam, Regan berjalan menuju kamar yang memang ia pesan khusus untuk dirinya dan juga....Mawar.
🥀
Regan menopang dagu sambil memperhatikan Reina yang duduk di depannya. Mereka sedang berada di perpustakaan sekolah. Sebenarnya Regan paling malas dengan tempat semacam ini, tapi apa mau dikata. Paksaan Reina berhasil membawanya ke sini. Menyebalkan.
" Kenapa ? " Merasa terus diperhatikan, Reina menghentikan kegiatan membacanya, kemudian menatap Regan datar.
" Ck ! Ngapain Lo maksa gue ke sini ? "
" Gak tau "
" Kenapa gak tau " Regan menaikkan satu alisnya.
" ya kenapa kamu tanya ? "
" Karena gue pengen tau "
" Tapi aku gak tau " Sunguh jawaban Reina ini membuat Regan tensi saja.
Reina berjalan menuju rak buku yang menjulang tinggi di depannya. Dia melihat satu buku tentang fenomena alam yang membuatnya tertarik. Untunglah buku itu terletak tidak terlalu tinggi, jadi ia tidak perlu meminta bantuan Regan untuk mengambilnya.
Reina mulai membaca dengan posisi berdiri. Dia terlalu sibuk sampai tidak menyadari jika Regan sudah menyembulkan kepalanya dari balik ceruk leher Reina.
" Baca apa ? " Regan berbisik tepat di telinga Reina. Gadis itu sedikit meremang karena posisi mereka terlalu dekat. Untunglah perpustakaan di sekolah mereka selalu sepi.
" Buku "
" Iya Maksut gue itu baca apa ? "
" Tulisan "
Regan tidak beranjak dari posisinya. Dia meghirup nafas dalam. Aroma Lavender gadis ini selalu saja membuat Regan tenang.
Entah sadar atau tidak, selama dua bulan terakhir, Regan sangat menyukai apapun yang berhubungan dengan Reina.
" Reina Lo wangi " Regan semakin dalam menghirup nafasnya. Ini benar - benar membuatnya tenang.
Reina tidak nyaman dengan posisi seperti ini, ia mendorong tubuh cowok itu menjauh hingga iris mereka saling beradu. Bukannya Reina mau berfikiran negatif dengan Regan, tapi otaknya sudah memikirkan hal yang tidak - tidak. Terlebih cowok seperti Regan bisa saja melakukan hal mesum di area perpustakaan.
" Re- re gan " Panggil Reina dengan nada gelagapan.
" Hmm "
" Jangan ngelakuin yang kaya tadi "
" Kaya apa ? "
" Ya itu intinya "
Regan membungkukkan badannya agar sejajar dengan Reina. Wajah mereka sangat dekat sampai Reina bisa merasakan deru nafas cowok itu. Iris coklat Reina bisa menangkap tatapan dingin dan juga kekecewaan dalam diri Regan.
Reina sadar akan kesalahannya. Dia tidak seharusnya sedekat ini dengan cowok lain di saat ia masih memiliki Altar sebagai kekasihnya. Tapi ia juga tidak bisa meningalkan laki - laki serapuh Regan.
" Re - re- gan Aku rasa posisi kita gak enak kalo diliat " Reina meremas rok almamaternya kencang.
Regan justru mendekatkan wajahnya lebih dekat dengan Reina " Emang kenapa ? "
" Gapapa " Reina mendorong dada bidang Regan menjauh.
Regan mendekat kemudian mengunci tubuh Reina ke tembok dengan satu tangannya. Dia menelisik lebih dalam mata coklat Reina. Tatapan sayu itu selalu saja membuat Regan terpana. Wajah Reina memang tidak terlalu cantik tapi entah kenapa dia begitu menarik untuk dilihat.
" Gue tanya kenapa lo begitu peduli sama gue " Regan kembali mendekatkan wajahnya.
" Karena aku pengen kamu bahagia "
Regan tersenyum kecut. Persetan dengan kebahagiaan. Dia saja tidak pernah tau apa definisi bahagia yang sebenarnya. Tapi gadis ini dengan mudahnya mengatakan ingin Regan bahagia? Apa dia pikir bahagia semudah itu ?
Semua orang menganggap Regan itu cowok kuat, hanya karena dia selalu terlihat bahagia dan mudah tertawa. Regan jarang menunjukkan kesedihannya pada orang lain bahkan Geraldin dan Darren yang menyandang sebagai sahabatnya saja tidak pernah melihat Regan sedih.
Tapi siapa sangka orang se humoris Regan merupakan golongan manusia yang mudah sekali hancur?
Regan itu rapuh
Lemah
Mudah Depresi
Dia tau dia lemah, maka dari itu Regan tidak ingin dibelas kasihani oleh orang lain, jadi sandiwara yang ia lakukan selama ini hanya demi harga dirinya. Tidak lebih.
Tapi
Regan lelah dengan semuanya.
Reina mengengam kedua tangan cowok di depannya erat seolah memberi kekuatan agar Regan terus bertahan.
" Regan... aku bakal bantu kamu keluar dari masa - masa sulit ini "
" Terserah Lo "
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER
Novela JuvenilRegan, laki - laki yang mudah depresi dan menganggap hidupnya sebagai sesuatu yang menjijikkan. Rasa sakit. Kebencian. Kekecewaan. Dia terlahir dari tiga kata itu. Menyayatkan benda tajam ke area tubuhnya adalah hal yang wajib ia lakukan untuk mere...