Part7. Maaf Sahabat

587 40 0
                                    

"Gue minta maaf, Ca" Naya sudah duduk di depan Aca, ia sudah menjelaskan kembali alasannya untuk pindah ke singapura. Aca mengerti sebenarnya, tapi bagaimana lagi, tentu Aca akan sangat merasa kehilangan.

"Gue cuma punya satu sahabat, dan itu lo, Nay" lirih Aca. Aca menyendu.

"Maaf, Ca. Gue juga gak mau ninggalin lo, tapi gue harus pergi, Ca" Naya juga menunduk sedih. Ia kemudian memeluk Aca sahabatnya.

Sejak kecil Aca dan Naya memang sudah berteman dekat. Naya satu satunya teman dan sahabat Aca. Naya tau segala tentang Aca.

Bagi Naya, Aca tidak seperti apa yang ada di pikiran orang lain. Aca cuek, sombong, bisu, bagi Naya itu tidak benar, karena memang dia akrab dengan Aca.

"Janji yah sama gue, Lo bakalan nyari teman selain gue?" Naya menautkan jari kelingkingnya dengan kelingking Aca.

"Gue gak tau, Nay"

"Ca? Lo harus berubah Ca!" Ucap Naya mempertegas.

"Gue gak yakin apakah ada yang mau temenan sama gue"

"Ada, Ca! Ada! Semua orang mau berteman sama lo, cuma mereka takut lo gak bakalan mau temenan sama mereka. Itu yang mereka pikir!"

"Gue gak tau, Nay"

"Lo harus berusaha, seenggaknya lo janji sama gue. Biar gue bisa tenang ninggalin lo di sini" Aca hanya mengangguk lemah.

"Besok hari terakhir lo, kan?" Tanya Aca. Naya kemudian mengangguk.

"Iya"

"Gue mau jalan jalan bareng, Lo!" Pinta Aca. Naya mengangguk.

"Besok kita jalan bareng, yah! Gue juga bakalan ngajak Aryan sama teman temannya" Aca kemudian mengangguk. Ia dan Naya kembali berpelukan.

***

Aca sudah bersiap siap. Hari ini, ia memakai dress berwarna navy, kemudian ia memakai blazer berwarna putih. Is memakai sepatu berwarna putih, serta rambutnya yang ia kucir.

Ia segera turun menuruni tangga rumahnya.

"Mau kemana, Aca?" Suara datar itu menghentikan dirinya. Ia menoleh ke arah suara. Itu Papanya.

"Mau keluar, Pa" jawabnya. Papanya yang sedang membaca berkas itupun menatapnya sekilas.

"Balik kamar kamu, belajar sana" suruh Papa. Aca sedikit kaget.

"Pa! Tapi Aca ma-"

"Nurut, Aca!" Aca terdiam.

"Pa? Naya bakal pindah, Ja-" ucapan Aca terpotong kembali.

"Nurut, Aca!"

"Pa, Aca mohon"

"Nurut, Aca!!" Teriak Papa kali ini. Aca terdiam. Ia kaget. Tanpa ia sadari Aca sudah meneteskan air mata.

"Pa, Aca mo-"

"Nuru-" kali ini ucapan papa di potong oleh Aca.

"Jangan potong Aca bicara sekali aja, Pa!" Papa kemudian terdiam. Dia menatap Aca datar. Aca yang merasa boleh bicara segera membuka suara.

"Aca mau keluar, Pa. Naya bakalan pindah, Aca cuma mau keluar sama Naya, sebelum Naya pindah" jelas Aca. Papa kemudian masih tetap datar.

Please Papa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang