Part9. Please Papa

1.1K 50 0
                                    

Aca membaca buku bahasa indonesia miliknya. Ia memakai kaca mata miliknya. Ia sedang duduk di atas ranjang tidur miliknya.

Aca kemudian merasa haus, ia segera beranjak turun ke bawah untuk mengambil segelas air putih. Saat ia menuruni tangga, ia bisa melihat Papa nya sedang duduk di ruang Tamu, sembari menerima tamu.

Papa sangat ramah pada setiap tamu, akan tetapi bagi Aca itu tidak berlaku pada dirinya. Aca turun tak menghiraukan nya.

Papa menoleh ke arah dirinya. Aca yang hendak kembali ke kamar dengan membawa air minum itu segera menoleh, saat Papa memanggilnya.

"Aca! Ke sini dulu, sayang,"

Tamu itu adalah seorang wanita yang berumur 30 tahun dengan kedua anak perempuan seumuran dengan Aca. Aca melangkahkan kaki ke sana, ia hanya memakai piyama tidurnya berwarna biru serta sandal bulu dengan karakter Kory.

Aca kemudian duduk di sofa itu. Wanita itu tersenyum pada Aca.

"Aca," panggil papa, Aca kemudian mendongak ke arahnya "ini tante Laura, dia adalah calon istri baru, papa"

Bagai di sambar petir, Aca langsung terdiam. Ia sangat terkejut, akan tetapi bingung mengekspresikannya. Ia merasa air matanya keluar, matanya berkaca kaca.

Ia mengambil gelas berisi air putih miliknya, dan membantingnya di lantai. Semua orang di ruang Tamu itu berdiri melihat tingkah Aca.

"Aca? Kamu ini punya sopan santun atau tidak?!" Bentak Papa.

"Kalau nggak kenapa?!" Tantang Aca, Papa terkejut.

"Jaga sikap kamu! Minta maaf sama calon mama kamu!" Papa menunjuk wanita itu. Dia sudah menatap Aca tak suka. Aca tak mau, ia kemudian beranjak pergi.

"Aca! Berhenti, Aca!" Aca tak berhenti. Ia terus saja melangkah hingga saat di depan tangga.

"Nurut, Aca!" Aca kemudian terhenti, akan tetapi ia tak melihat ke arah Papanya. Ia merasa air matanya sudah siap menetes.

"Papa cuma ingin kamu bisa punya Mama lagi, Aca. Semenjak Mama kamu ninggalin kita ka-" ucapan Papa terpotong oleh Aca. Aca langsung menoleh.

"Mama nggak ninggalin kita Pa!" Potongnya cepat, "Papa pikir Aca nggak tau?! Aca tau Pa! Papa masukin Mama ke Rumah sakit jiwa, kan?" Ucapan Aca sukses membuat Papa nya kaget setengah mati. Bagaimana dia bisa tau.

"Papa jangan lupa, Aca punya kepintaran di atas rata-rata! Aca nggak sebodoh yang Papa kira, sehingga Papa bisa bohongin Aca!"

"Apa yang kamu tahu, hah?" Tanya Papa menentang.

"Mama itu gak ninggalin kita, Saat itu Aca liat saat Mama di bawa sama perawat untuk ke rumah sakit jiwa!"

"Mama kamu itu tidak waras!"

"Iya! Aca tau, kok! Tapi, penyebab mama stres itu, gak lain dan gak bukan karena meninggalnya Kak Farel dan kaburnya Kak shena dari rumah! Dan itu terjadi, karena Papa!" Emosi Aca meledak, "papa selalu minta anak anak Papa untuk bisa cerdas, supaya bisa Papa bangga-banggain di depan semua client Papa! Papa ngelarang ini, ngelarang itu, Papa cuma mau kata kata papa itu di turutin, Papa nggak tau apa yang anak anak Papa mau! Sekarang, Papa cuma punya Aca, kan? Aca bilang yah, Pa. Jangan sampai Aca juga pergi dari kehidupan, Papa! Please, Pa!" Aca kemudian beranjak pergi dari situ, Papa sudah terdiam. Ia merenungi setiap kata kata yang Aca keluarkan pada dirinya. Ia terduduk di soffa.

Flashback

Aca baru saja pulang dari SMP, ia tak segera masuk ke rumah. Ia melihat beberapa perawat rumah sakit jiwa, tengah membawa mamanya yang memberontak.

"Mas?! Jangan suruh mereka bawa aku, mas?! Siapa yang mau masak buat Farel, Shena sama Aca mas?!"

"Kamu sudah tidak waras! Farel itu sudah meninggal! Shena juga sudah pergi dari rumah ini, dia udah kabur! Sadar, kamu!" Teriak Papa.

"Nggak, nggak!! Kamu yang bunuh Farel, mas! Kamu!!!" Mama semakin memberontak, Aca yang melihatnya hanya menangis. Ia bingung harus apa.

"Dasar tidak waras! Bawa saja, dia Pak" Suruh papa. Mama akhirnya di bawa oleh mereka. Aca masih menangis. Tiba saat makan malam.

"Mama dimana, Pa?" Tanya Aca. Papa menggeleng.

"Mama kamu sudah pergi. Dia ternyata punya selingkuhan, mulai sekarang kamu jangan bahas soal Mama kamu lagi, Papa muak dengerin soal dia!" Papa kemudian langsung pergi dari meja makan. Aca sendirian.

"Papa bohong..." lirih nya.

Soal Farel meninggal, itu karena bunuh diri. Farel sangat tertekan dengan sikap dari Papanya, Dia selalu memaksa Farel untuk terjun ke dunia bisnis, padahal Farel minat di bidang fotografi, Papa menolak dengan tegas keinginannya itu.

"Kalau kamu masih mau ikut fotografi itu, pergi kamu dari sini, jangan anggap ini keluarga kamu!" Farel tak tau harus apa. Ia kebingungan, di samping itu ia juga sedang banyak masalah, akan tetapi Papa selalu saja menekannya, hingga akhirnya Farel memilih mengkonsumsi racun yang membuatnya meninggal.

Soal Shena, dia kakak kedua Aca. Shena pergi dari rumah, karena tak tahan juga dengan sikap Papanya. Ia selalu saja menangis setiap harinya, menghadapi kelakuan Papa yang selalu saja menekan dirinya.

Papa juga memaksa shena untuk di jodohkan dengan pria pilihan Papa, yang jelas jelas tak di cintai oleh Shena. Papa memaksanya, sehingga Shena tak tahan.

Shena pergi dari rumah, ia pergi bersama pacarnya. Tinggalah Aca, Mama dan Papa. Mama pun menjadi stress, akhirnya mama mengalami gangguan jiwa, dan Papa memasukkan dirinya ke rumah sakit jiwa.

Tinggalah Aca dan Papa. Aca selalu saja sabar, ia diam menanggapi Papanya. Ia selalu rindu pada keluarga lamanya, yang selalu menghiburnya hanyalah Naya.

Flashback off

"Aca kangen Kak Farel, Aca kangen Kak Shena, Aca kangen sama Mama." Aca memeluk erat foto keluarganya. Dulu ayahnya tidak seperti ini, akan tetapi semenjak bisnis yang ia jalankan mulai berhasil, Ayah semakin berubah.

Bagi ayah, reputasi dan kedudukan itu penting. Ayah tidak mau malu di depan ppublik ayah selalu ingin agar anak-anak nya bisa membanggakan dirinya di depan media massa, akan tetapi caranya terlalu keras. Sehingga membuat orang lain menderita.

####

HALLO KASIH VOTE AND KOMENTAR GITU, BIAR AUTHOR RAJIN POSTING GITU.

Please Papa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang