Part4. Tertawa.

879 59 0
                                    

Reyhan pergi menemui Afif dan Afifah di kelas mereka. Mereka sekelas dengan Aca. Sebenarnya Reyhan ingin modus saja, biar bisa ketemu dengan Aca.

Di kelas, Reyhan tak menemukan keberadaan Aca. Ia sekarang sedang duduk di bangku Afifah, sambil menikmati sandwich yang mami nya siapkan tadi.

Hari ini juga, ketiga sahabatnya tidak masuk sekolah. Entahlah apa yang terjadi, Reyhan juga bingung.

"Aca kemana?" Tanya Reyhan. Reyhan menikmati sandwichnya. Afif mendongak.

"Rey? Ke sini cuma mau liat Aca kan?"

Reyhan nyengir. Afif sudah mendengus sebal.

"Fif, katanya lo sahabatnya Aca. Ja-" ucapan Reyhan terhenti.

"Kok Pakek 'Lo' sih?" Potong Afif gak terima dengan gaya bicara Reyhan. Biasanya mereka selalu berbicara dengan bahasa sopan yakni saling memanggil nama.

"Kalau di sekolah, Pakek Lo gue aja. Okeh?" Jelas Reyhan. Afif hanya pasrah mengiyakan.

"Tapi Fifah gak mau yah. Fifah tetap pakai bahasa biasa, kalau Kak Reyhan ama kak Afif mau Pakek lo gue, ya terserah" afif dan Reyhan tertawa. Keduanya kemudian mencubit pipi Afifah.

"Iya, Fifah!" Gemes keduanya.

"Sakit, tau! Ini pipi Fifah, lama lama jadi bakpao!" Ringis Afifah. Ia memegangi dan mengelus kedua Pipinya.

"Fif? Lo kan sahabatnya Aca, kan?" Ulang Reyhan. Afif mendesis.

"Siapa bilang?" Tanya Afif.

"Kan lo sendiri yang bilang!" Gemes Reyhan.

"Oooh itu, gak ah. Afif eh, maksudnya gue bercanda, hehe" Reyhan naik pitam.

"Lah? Gimana sih? Si Afifah juga bilang gitu. Lo berdua ngeprank gue yah?" Kesal Reyhan. Afifah nyengir sendiri, menatap Reyhan.

"Iya, maaf. Gue cuma pernah akrab aja sama dia." Ucap Afif diiringi tawa kecil.

"Lah? Akrab kek mana tuh?" Tanya Reyhan penasaran.

Afif kemudian mendesis.

"Kepooo. Gue bilangin mami, lo!" Ancam Afif. Reyhan kemudian memukul kepala Afif dengan buku paket kimia. Afif pun hanya tertawa.

"Gue akrab sama dia itu pas seleksi olimpiade sains. Gue kan mendaftar juga. Aca itu se-Tim sama gue. Kita selama sebulan itu belajar bareng pokoknya akrab deh, dan Akhirnya yang lolos di Tim kita itu cuma Aca. Emang tuh anak pintarnya kelewatan" kagum Afif. Reyhan semakin tertarik.

"Lo pernah liat dia ketawa nggak?"

"Fifah males dengerin kalian ngomong. Fifah mau ke kantin, yah!" Pamit Fifah.

"Hati hati Fah, di depan kelas gue ada si Al!" Ledek Reyhan. Afifah menatapnya horor sambil menunjukan kepalan tangannya.

"Ampun bos, bercanda, si Al gak ada kok" Reyhan menyatukan tangannya seraya memohon ampun pada Afifah.

Afif kemudian hanya tertawa.

"Selama sebulan kita akrab, gue belum pernah liat dia ketawa. Seakan akan yang kita lakukan itu di mata dia garing semua. Dia senyum aja jarang. Tapi pas belajar bareng gue, dia pernah senyum kok" jawab Afif. Reyhan menganggukkan kepala nya.

Please Papa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang