Part16. Dendam

658 33 0
                                    

Hari in hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang. Hari ini penerimaan Buku Laporan Pendidikan, Aca menyuruh Papanya untuk datang, tapi Papanya sedang sibuk di kantor sehingga tak bisa datang.

Sudah ada Naomi dan Shiren yang telah memegang BLP mereka dengan Laura yang telah mengambilnya. Aca di umumkan mendapat juara 1 umum lagi. Aca tentu senang, Afifah sudah berada di sampingnya, untuk di traktir makan.

Reyhan kemudian menghampiri mereka dengan Caca yang sudah di gandeng oleh nya. Afifah dan Aca mendongak.

"Mami udah datang? Ayah kemana?" Tanya Afifah semangat.

"Ayah di sini," sahut Fadnan. Aca kemudian menghampiri Fadnan sembari memeluk nya setelah sebelumnya memeluk Caca.

"Om nggak apa-apa, Kan?" Tanya Aca. Memang, Fadnan terlihat baik-baik saja sekarang. Tapi Aca tidak tenang jika tak bertanya langsung pada Fadnan, walaupun baku hantam itu sudah 2 minggu yang lalu, tetap saja Aca khawatir.

"Nggak, Asya baik, Kan?" Tanya Fadnan khawatir. Aca mengangguk.

"Papa kamu datang?" Reyhan bertanya kali ini pada Aca. Aca mendongak dan menggeleng.

"Cuma ada Mama tiri, tapi Aku nggak mau, Dia yang ngambil," sedih Aca. Ja terlihat menunduk. Caca tidak tega melihat Aca sedih, Ia menangkup wajah Aca.

"Mami yang jadi wali buat ambil rapot kamu, Yah" wajah Aca langsung ceria. Ia memeluk Caca sekali lagi, terlihat jelas raut bahagia pada Aca.

"Makasih, Mi!"

"Sama-sama,"

"Reyhan jadi pingin di peluk," manja Reyhan, Afifah kemudian memeluk Reyhan dari samping dengan kerasnya hingga Reyhan susah bernafas.

"Fah! Lo mau gue mati?" Kesal Reyhan kembali mengatur nafasnya. Afifah menyentil bibir Reyhan membuat nya meringis lagi.

"Bahasanya di bagusin, Kak!" Reyhan pun hanya nyengir, kemudian mereka segera berjalan ke arah dewan guru untuk mengambil BLP anak-anak.

Dari jarak jauh, Laura menatap para manusia itu tak suka. Di sampingnya ada Shiren dan Naomi.

"Siapa Dia?" Tanya Laura pada putrinya. Naomi melihat ke arah yang Laura maksud.

"Oh, itu?! Itu pacar Naomi, Ma! Ganteng, Kan?" Laura seketika berdecih. Ia tak suka dengan respon anak sulungnya itu.

"Apaan sih, Mi!" Shiren juga ikut kesal. Ia kemudian mendorong tubuh Naomi ke samping, sehingga Shiren yang sudah berada di samping Laura.

"Cowok itu namanya Reyhan," jawab Shiren. Laura mengangguk paham. Ia kemudian tersenyum jahat.

"Mama punya tugas untuk kalian berdua," Naomi dan Shiren kemudian mendekat ke arah mama mereka yang sedang membisikkan sesuatu itu.

"Kok gitu, Ma? Reyhan kenapa jadi kena imbas juga?" Kesal Naomi, terlihat bahwa Laura mempunyai sebuah rencana yang melibatkan Reyhan.

"Dengar yah, Naomi! Kamu mendingan cari yang lain selain Reyhan! Kamu bisa Mama kenalin sama anak teman Papa tiri kalian itu, yang pasti lebih kaya dan mapan dari Reyhan! Kalian jangan lupa, gara-gara Mama bentar lagi kalian akan mendapat mobil baru!" Naomi terlihat sedikit gembira. Walaupun sebenarnya ia tidak terlalu suka dengan ide Mamanya itu.

"Lagian kenapa Mama mau ngelakuinnya ke Reyhan?" Tanya Naomi penasaran. Shiren juga mengangguk meminta penjelasan.

"Mama punya dendam terhadap keluarga Sudibjo, apalagi pada orang tua anak laki-laki itu," jawab Laura. Shiren mengernyit bingung.

"Tante Caca?"

"Tidak! Bukan pada nya, akan tetapi pada kembarannya. Mama punya dendam pada kembarannya yang bernama Sasa itu! Tapi, sayangnya dia sudah meninggal, maka saudaranya yang harus mendapat balasannya,"

"Kalau gitu kenapa gak Afif sama Afifah aja? Kan mereka anaknya," Laura semakin di buat kesal saja. Kedua anaknya ini sudah pernah ia ceritakan soal masa lalunya dengan Sasa, akan tetapi kenapa masih saja banyak bertanya.

"Kamu ini banyak nanya! Lakuin aja yang Mama minta! Udah, Mama mau shopping dulu!" Laura langsung meninggalkan kedua putrinya itu. Naomi dan Shiren saling menatap satu sama lain, ada-ada saja Mamanya itu.

"Dulu kamu selalu bikin Aku kesal Sasa, sekarang saudara kamu yang akan kena imbas," batin Laura, sembari memperlihatkan Smirk jahatnya.

***

Usai mengambil BLP anak-anak, Fadnan dan Caca segera pergi ke parkiran untuk segera menuju ke perusahaan mereka masing-masing.

Saat hendak masuk mobil, mereka terhenti.

"Hai, Sasa!" Fadnan dan Caca menoleh. Laura sudah tersenyum sinis pada keduanya. Laura menatap Caca dan di balas dengan tatapan bingung darinya.

"Maaf, nama saya Caca bukan Sasa," ucap Caca hendak memperbaiki ucapan Laura. Fadnan berjalan ke samping Caca. Fadnan kenal Laura. Dulu, Sasa selalu menceritakan tentang kelakuan wanita ini, Fadnan tau dia wanita yang tidak baik.

"Oh, berarti kamu istri kedua Fadnan, Yah?" Laura seperti mengejek, Ia melirik Fadnan sekilas. Fadnan sedari tadi sudah menebak sesuatu di sini.

"Ha?! Astaga, tidak! Aku dan Fadnan kami bukan suami istri, Aku ha-" ucapan Caca di potong Laura.

"Owhh Aku lupa! Kau kan tidak mempunyai suami. Iya, Kan?" Caca mulai tak suka dengan perkataan Laura ini. Siapa Laura? Tiba-tiba mendatanginya dan malah menyayat hatinya lagi.

Fadnan juga mulai kesal. Jika saja Sasa ada di sini, pasti saat ini Laura sudah terpental jauh karena ulahnya. Caca memilih tak menjawab, ia beranjak membuka pintu mobilnya.

"Lantas bagaimana bisa Kau mempunyai seorang anak? Apakah dia itu..." Laura menggantung ucapannya. Caca tak jadi masuk ke dalam mobilnya, ia kemudian mendengus sebal. Ia juga sedih.

"Anda ini siapa? Saya tidak kenal dengan anda! Kenapa anda malah mengatakan sesuatu yang menghina saya!" Kesal Caca.

"Laura! Laura Syarla. Saya dendam pada kembaran anda, tapi sayangnya dia sudah mati, maka saya harap kamu tidak keberatan jika saya membalasnya padamu," Fadnan naik darah di situ, ingin sekali Ia menampar Laura.

"Maksud kamu apa, Laura?! Caca tidak punya masalah dengan Kamu! Dasar tukang gosip, entah dari mana Kau mendapat hal-hal aneh itu!" Laura tersenyum sinis.

"Tentu saja bisa! Seseorang memberitahukan padaku, kasihan sekali yah, wanita berpendidikan sepertimu ternyata tak lebih dari seorang wanita ja**ng!" Umpat Laura. Caca sudah menangis, Ia tak tau melawan Laura. Dia bukan Sasa yang bisa melawan dengan pukulan, Fadnan juga laki-laki, dia tidak mungkin memukul Laura.

"Kamu yang Ja**ng!!" Pekikan itu bukan berasal dari Fadnan ataupun Caca. Laura mendongak kebelakang begitu juga dengan Caca dan Fadnan. Di sana ada Aca yang membawa sebuah ponsel, Caca melihat baik-baik, ternyata itu ponselnya.

Aca berniat mengembalikan ponselnya, dan menemukan Mama tirinya itu berkata yang tidak-tidak pada Caca.

"Dasar, Kamu! Anak durhaka!"

"Emang nya Aca anak kamu? Gak sudi!" Bantah Aca yang sudah berada di sini Fadnan dan Caca.

"Aku laporin Papa ka-" ucapan Laura di potong.

"Lapor aja! Dasar matre! Tukang ngadu! Menjijikan!" Umpatan kasar itu keluar dari dalam mulut Aca. Ucapan sekasar ini belum pernah Aca keluarkan, akan tetapi entah kenapa Aca tak terima jika Laura mengatakan hal yang tidak benar terhadap Caca. Laura merasa kesal ingin menampar anak tirinya itu, Ia memilih pergi saja dengan kekesalan yang membludak itu.

______________

Vote dan Komennntarrrrrr nyaaaaaaaaaa:))))))

Ajak yang lain buat baca yahhhhhh

Please Papa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang