Part29. Keluarga

779 36 3
                                    

Aca terdiam. Ternyata Umi Zahra adalah Shena Dyah Wulandari Aryasa, alias Kakaknya sendiri. Aca mulai menangis. Shena sudah melepas pelukan nya pada Zahra, kemudian Menatap Aca kaget.

Ia kaget sekaligus ingin menangis melihat Aca. Ia takut, Aca akan marah saat ini. Ternyata Shena harus menghadapi Shena hari ini.

Aca berjalan mendekati Shena dengan Zahra di sampingnya. Zahra kemudian pergi ke arah Safira yang tak lain adalah nenek nya. Safira tak melihat kedatangan Aca, karena ia berada di taman sedangkan Aca dan Shena di koridor.

"A-Aca?" Gugup Shena.

"Aca, Kakak minta maaf...."

"Kakak nggak ngasih tau kamu kalau Kakk jenguk Mama,"

"Kakak nggak tau kalau Mama sakit, Ca"

"Kakak minta maaf, Ca"

"Kakak egois udah tinggalin Kamu dan Mama"

"Kakak egois, Ca"

Shena menunduk dan menangis. Ia merutuki dirinya sendiri. Aca semakin mendekati Shena, Shena menebak kalau Aca akan menampar atau tidak menghinanya habis-habisan.

Akan tetapi, Ia malah merasakan seseorang memeluknya erat. Isakan tangis sudah terdengar. Itu adalah Aca. Aca tak melakukan apa yang Shena pikirkan tadi, justru Aca memeluk Shena.

Shena sudah menangis. Aca semakin mengeratkan pelukan nya. Shena juga memeluk Aca, Ia sangat rindu pada adiknya ini.

"Aca kangen sama Kakak,"

"Aca sendirian, Kak"

"Maaf in, Kakak dek"

"Kakak gak akan tinggal in kamu lagi,"

Shena dan Aca terus berpelukan melepas rindu mereka. Aca dan Shena bahkan sudah terduduk di lantai, di sela itu, sebuah tangan membelai kepala Aca lembut. Aca langsung berhenti menangis.

Ia menjauh dari Shena dan ingin melihat orang yang telah membelai rambutnya. Aca kemudian mendongak dan melihat sosok wanita yang telah melahirkan dirinya kini sedang tersenyum haru padanya.

Iya, itu Safira Mamanya. Ia sedang tersenyum ke arah Aca. Aca tak percaya, Ia amat senang karena setelah penantian lama akhirnya mama bisa tersenyum lagi padanya.

"Ma?" Panggil Aca.

"Ma ini Aca, Ma?" Sengit Aca.

"Mama ingat, Kan?"

Safira hanya mengangguk, kemudian merentangkan tangannya. Aca langsung berhamburan memeluk mamanya itu. Aca sangat senang, Mamanya bisa kembali seperti semula.

"Aca kangen, Ma"

"Mama juga"

Aca melepas pelukan nya, kemudian segera mencium telapak tangan Safira. Safira mengecup dahi putri bungsunya itu.

Dari kejauhan, Aca melihat kedatangan dua orang laki-laki yang amat Aca kenal. Mereka menghampiri mereka.

Aca melirik ke arah mereka semua. Aca menghela nafasnya.

"Jelasin semuanya!"

Mereka semua mengerti. Reyhan dan Fadnan sudah saling menatap. Mereka tak ada yang mau menjelaskan, Reyhan juga sudah takut melihat sorot mata Aca. Sedangkan Fadnan, bukannya tidak mau, akan tetapi Fadnan sedang sariawan jadi tak mau banyak bicara.

Shena kemudian mengambil alih, dia menceritakan semuanya. Dari awal bertemu Reyhan dan sampai sekarang ini.

Aca mendengarnya dengan seksama. Akhirnya Ia mengerti.

Please Papa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang