Chapter 17: Bahagia itu sederhana

7 0 0
                                    

Grace saat ini sudah bersiap siap akan pergi.Padahal ini baru saja jam 07.00 pagi.Bahkan sudah dari kemarin malam merencanakan ini semua.
Pasalnya hari minggu ini tidak ada yang bisa ia kerjakan dirumah,dan sahabatnya sudah ada agenda masing masing.

 Jadi daripada nganggur ia berencana untuk kerumah mikle.Setidaknya ia ingin mengenal keluarga itu dulu.Dan ia sengaja tidak mengabari mikle terlebih dulu.Tujuannya datang adalah minta maaf atas kejadian kemarin.Setelah turun dari kamarnya,ia menjumpai bi ijah sedang membereskan dapurnya.

"Bi ijah grace keluar dulu ya"

Bi ijah menghentikan tangannya dan menatap grace.Sudah lama grace tak berpergian seperti ini.

"Mau kemana non?"

"Mau cari papa baru",ucap grace disertai kekehannya.Bi ijah mengerutkan keningnya.

"Emang ada yang jual non?" Tanya mang ujang yang ternyata ada disitu juga.Dia menangapi lelucon grace.Tawa grace semakin lebar.

"Hahahahaha,mang ujang lucu deh"

"Ah, non grace bisa aja,mang ujang kan jadi terhura",ucap mang ujang dengan ekspresi malu malu.

"Terharu mang bukan terhura",ucap grace sambil tak henti tertawa.

"Eh kapan gantinya non?", ucap mang ujang lagi.Dan dia juga menampilkan ekspresi terkejut seolah baru tahu.

"Hahaha,udah dari dulu mang". Jawab grace sambil mengusap air matanya yang menetes sambil menghentikan tawanya.

"Ok,berhenti mang,grace udah nggak kuat ketawa mulu",ucap grace yang perutnya sudah sakit.Mang ujang dan bi ijah hanya terkekeh melihat grace puas tertawa.

"Yaudah mang,anterin grace ya"
,ucap grace sambil memberitahukan alamat yang ia tuju.

"Mang ujang mah siap 24 jam".ucap mang ujang sambil hormat.Grace hanya terkekeh kecil melihat sikap mang ujang.Akhirnya grace kembali berpamitan dan keluar menuju mobilnya.

Grace,semoga kamu bisa terus tertawa seperti tadi

*

Mobil gracepun meninggalkan pekarangan rumahnya.Dan didalam mobil grace menatap keluar jendela,
melihat pemandangan jalanan yang ramai.Mang ujang melirik grace dari kaca tengah mobil.

Non grace,mang ujang akan terus berusaha buat non grace tertawa, karena hanya itu yang mang ujang bisa lakuin

"Mang ujang,apa mang ujang gak pernah sedih atau kecewa?", tanya grace tiba tiba.Karena setahu grace mang ujang orangnya periang.Dia selalu menebarkan kebahagiaan dimanapun dan dengan siapapun.
Mang ujang malah terkekeh mendengar hal itu.

"Kesedihan,kekecewaan,penyesalan,
itu cuma nama lain ujian non",ucapnya dengan nada yang serius

"ujian ya.Kalo ujian,kira-kira ada nggak ya orang yang gagal",tanya grace lagi.

"Entahlah non, soalnya mang ujang sd aja nggak lulus,jadinya ya nggak tahu",ucap mang ujang disertai kekehannya.Kali ini grace menatapnya dan memukul kursinya oelan.

"Ihhh,mang ujang jan becanda, ini serius",dengus grace kesal.

"Enggak ah non,entar kalo diseriusin malah ninggalin lagi", ucap mang ujang ala ala abg labil.Grace mengerucutkan bibirnya.

"Tauk ah,grace sebel sama mang ujang",ucap grace ala ala anak kecil.

"Eh eh jan marah atuh,nanti mang ujang beliin permen", bujuk mang ujang.Kemudian keduanya malah tertawa terbahak bahak.Dan grace,
melupakan pertanyaannya tadi.

Tak lama mobil itu sampai didepan sebuah rumah mewah.Jangan bertanya dari mana grace tahu alamatnya.Apa kalian lupa ayah mickle adalah pemilik sekolah Smabinsa,jadi siapasih yang tak kenal keluarga ini.

Like a Bird in a CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang