Chapter 15:Keputusanku

7 1 0
                                    

Hari ini adalah hari sabtu,hari libur bagi sekolah yang menganut sistem fullday school.Seperti hari-hari libur biasanya,semua orang memiliki agenda masing-masing.Seperti halnya grace, ia pasti memiliki agenda unik. Kebiasaan yang sudah menjadi hobbynya yaitu menatap keluar jendela sambik melamun.Unik bukan?.

Apa,apa yang harus kulakukan sekarang?

Apakah keputusanku dengan menerimanya itu benar?

Apakah dia mau berubah?

Tapi setelah kejadian kemarin...

gumamannya sengaja ia gantungkan karena mengingat kejadian kemarin.Pikirannya seperti benang kusut.

Flashback on

Akhirnya grace memutuskan untuk pulang bersama mikle dan memberitahumu sahabatnya bahwa mikle adalah calon tunangannya. Saat ini grace berjalan dibelakang mikle.Mikle berhenti disalah satu motor sport dan menaikinya.Dia juga sudah memakai helm.Satu uluran helm terarah pada grace.

"Nih,pakek!"

Grace mengerutkan keningnya sebentar dan langsung mengambil dan memakai helm yang diberikan mikle.Dia tidak ingin mempertanyakan apapun lagi.

"Ayo naik!",ajak mikle.Grace mengerutkan keningnya lagi sambil menatap motor mickle.Dia tengah bingung mencari cara agar bisa naik ke motor sport yang tinggi itu.

Gimana gue naiknya

Mikle bisa membaca raut kebingungan grace.Pada akhirnya dia memberikan arahan.Satu tangannya menepuk bahunya sendiri.

"Pegangan disini"

Grace mengerti,dia langsung memegang bahu mikle dengan ragu. Dengan susah payah akhirnya ia bisa naik juga.Namun setelah dia berhasil,mikle malah berulah.

"Turun!"

"Hah?"

Itu reaksi spontan grace.Memangnya siapa yang tidak bingung jika menghadapinya.Grace sampai berpikir mikle sedang mempermainkannya.Biasanya dia akan marah marah juga mengeluarkan kosakata kebun binatangnya,tapi dia bukan tipe orang yang melanggar janjinya.Mikle merespon reaksi kaget grace.

"Iya turun,apa mau gue turunin? ", ucapnya.Seketika grace langsung turun dari motor itu dalam detik itu juga.

"Lepas!",ucap mikle lagi.Grace benar-benar dikerjai.

"L-lepass apanya?",tanya grace ragu,saat ini ia tidak bisa memikirkan  apapun.Otaknya membeku.Mikle menghela nafas dan turun dari motornya.Dengan cekatan,dia melepas helm gadis didepannya itu.

"Ya helmnyalah,kamu pikir apaan?",ucap mickle melepaskan helm yang melekat dikepala grace sambil disertai senyuman hangat.

Grace terdiam tanpa kata-kata,ia tak pernah melihat senyum mikle yang ini.Tapi seperti orang yang baru sadar,tiba-tiba mickle merubah ekspresinya,ia seperti tidak ingin ada yang melihat senyumnya itu.

"Ehem",dehem sam yang ternyata masih ada disitu.Lamunan grace seketika langsung buyar.

"Mickle, grace, gue pulang dulu ya", pamitnya sambil menahan senyum.Dia sudah mau tertawa tapi tetap dia tahan.Tapi sialnya mikle malah menghentikannya.

"Sam! "

Sam yang tadinya mau masuk ke mobilnya,membalikan badan dan mengangkat alisnya.

"Lo bawa motor gue,biar gue yang bawa mobil lo",ucap mickle begitu saja.Sam berpikir sebentar,kemudian dia mengerti.Dia memberikan kuncinya dengan sukarela.Grace saat ini benar benar sedang blank.Ia tak mengerti apapun dan hanya mengikuti tarikan tangan mikle yang menuju mobil sam.

Mickle membukakan pintu disebelah pengemudi dan grace langsung masuk.Grace duduk dan masih mencoba memahami ini semua.Mikle langsung duduk di kursi pengemudi dan memasang set belt.Tapi kemudian matanya terhenti disatu titik.

"Set beltnya belum kepasang"

Mikle mengingatkan grace .Grace terkejut dan langsung melirik set beltnya.Ternyata benar,ia langsung memasangnya.

"Makasih", ucap grace lirih

Mickle tak menjawab dan langsung menjalankan mobilnya.Ada kemungkinan dia tak mendengarnya.
Hening, tak ada yang memulai pembicaraan.Grace sendiri masih memiliki pertanyaan didalam hatinya.Ia ingin bertanya tapi ia merasa takut.Jadi dia hanya terus menebak-nebak.Lagi-lagi mikle bertingkah seakan tahu apa yang dipikiran grace.

"Aku gak mau kamu sakit"

Grace membelalakan matanya,ia sangat terkejut juga sangat bingung.Itu terlalu tiba-tiba.

Apakah ini benar perhatian atau hanya formalitas?

Apakah mikle benar-benar bisa berubah, seperti yang dikatakan papanya

"Maaf buat segala yang gue perbuat,gue tahu gue salah.Lo mau maafin gue kan?",ucap mickle yang kini menatap grace.Perasaan grace campur aduk,antara marah, senang, sedih, terkejut, bingung, dan masih banyak lagi.Ia masih diam,jujur saja dia tidak menyangka seorang mikle akan mengatakan itu semua.

Tapi kemudia grace tersenyum tipis kearah mikle.

"Gak papa kok"

Entahlah,hanya itu kata yang terpikir oleh grace.Tapi yang pasti ia benar benar sudah memaafkan mikle.
Mikle hanya tersenyum sekilas dan kembali fokus ke jalanan.Sedangkan grace kembali bergelut dengan pemikirannya.

Flashback off

"kurasa nggak ada salahnya mencoba menerimanya"

"Aku akan mengikuti keputusan ayah,lagi"

"Mungkin dengan keputusan ini,semua orang akan bahagia",

Grace terus bergumam pada dirinya sendiri.Dia mencoba meyakinkan dirinya.Tapi ditengah lamunannya,ponselnya bergetar.
Grace mengecek ponselnya ternyata ada pesan masuk.

From :+62856*******6

30 menit lagi aku jemput.

To:+62856*******6

Iya,aku siap siap dulu.

Siapa lagi yang menggunakan aku-kamu selain mikle.Dia tidak bisa menolaknya.Jadi sekarang grace bergegas bersiap siap,karena ia tak mau membuat mickle marah, karena dia terlambat.

...........................................................

Hayo mereka mau kemana?

Kalau mau tau tunggu chap selanjutnya ya.

Like a Bird in a CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang