Part 8

1.8K 81 3
                                    

"Aurel ...." panggil Aldrick setelah membeku sekian detik. "Se—jak kapan kamu disini?" tanya Aldrick.

Rifan menatap Aldrick seakan mengatakan 'gue udah cegah dia masuk tapi, dia kekeuh temuin lo' Aldrick menghembuskan nafasnya kasar lalu berjalan ke arah Aurel.

"Sayang, ini ga seperti yang kamu bayangkan, ini ...." Aldrick tak sanggup melanjutkan perkataannya karena Aurel terlebih dahulu memeluk tubuhnya.

Terkisap! Aldrick kaget dengan tindakan Aurel, begitu juga dengan Rifan, sedangkan Camelia hanya membeku, sakit rasanya mendengar suaminya sendiri menyebut wanita lain 'sayang'. Eh? Bukan 'kah dia yang wanita lain? Tidak! Tidak ada wanita lain! Dia adalah istri sah Aldrick, sedangkan Aurel adalah iparnya, saudari Aldrick.

"Au, kamu ...."

"Syut! Maaf 'kan aku, aku tidak datang ke pemakaman mommy, maaf seharusnya aku ada disamping kamu, maaf aku baru kesini," ucap Aurel membuat Aldrick sedikit tenang, ia langsung membalas pelukan Aldrick.

"Kau tidak bersalah, sayang. Aku minta maaf karena—"

"Kau tidak bersalah," ucap Aurel melepaskan pelukannya, lalu berjalan ke arah Camelia.

Aldrick, Rifan, maupun Camelia langsung menegang, mereka takut Aurel melakukan sesuatu yang menyakiti Camelia.

Namun ....

"Terima kasih! Terima kasih, karena mendukung Aldrick disaat dia terpuruk," ucap Aurel memeluk erat Camelia.

"Au, kamu? Kamu terima soal ini? Kamu ga marah?" tanya Aldrick.

Aurel melepaskan pelukannya lalu menatap kedua kakak-beradik itu.

"Ga buat apa, Au marah? Au, bahkan harus memberikan Camelia hadiah karena bisa buat kecebong aku ga nangis. Oke aku sedikit marah sebenarnya karena kalian pelukan, tapi aku ngerti ko Camelia mau tenangin kamu," ucap Aurel cemberut kemudian tersenyum tulus, membuat ketiga orang itu menghembuskan nafas lega.

Aurel ternyata tidak tahu!

"Ya udah, gue kebawah dulu ya," ucap Rifan.

Aurel sedikit melirik ke arah Camelia, Camelia yang menyadari itu langsung meminta Rifan menunggunya.

"Abang, tunggu! Lia ikut," teriak Camelia seraya berlari ke luar kamar Aldrick.

"Ayo!" teriak Rifan yang sudah sedikit jauh.

Aurel menatap Aldrick dengan tatapan sendu, ia kemudian menyuruh Aldrick untuk duduk.

"Kamu marah sama aku? Maaf, tadi tuh aku pelukan—"

"Syut!" Aurel meletakan jari telunjuknya di bibir Aldrick kemudian berkata, "kamu ga salah. Au, yang salah coba aja kalau, Au kesini lebih awal pasti kamu ga bakal dihibur atau dipeluk sama wanita lain," ucap Aurel membuat Aldrick tersenyum. Sungguh kekasihnya ini sangat polos, juga baik hati.

Aldrick tersenyum lalu berkata, "Walaupun orang lain peluk aku tapi, sayang aku cuma buat kamu."

Aurel langsung mencubit keras perut Aldrick kemudian berkata, "Gombal kamu! Udah kita harus kebawah, jangan ngerem diri terus, kek apaan aja kamu tuh! Ikhlaskan mommy, biar dia senang disana."

"Siap kapten. Aku akan usahakan meskipun mengikhlaskan kepergian mommy itu sangat sulit tapi, karena kamu ada di dekat aku pasti aku bisa," ucap Aldrick tersenyum seraya mengacak ngacak rambut Aurel.

"Aldrick!" ucap Aurel cemberut. "Rusak rambut aku!" ketus Aurel.

Aldrick langsung terkekeh kecil, namun bisa membuat Aurel tersenyum senang.

POSSESSIVE ALDRICK ( OPEN PRE ORDER )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang