Sinar matahari sudah sangat terik, namun Camelia masih meringkuk di selimut miliknya, gadis itu masih tertidur setelah hampir dua malam menangis. Matanya membengkak, lingkaran hitam sangat terlihat diwajah cantiknya. Suara dering telepon terus menerus mengusik tidur gadis itu, namun Camelia tak kunjung bangun. Badannya menggigil, suaranya lemas, tubuhnya pucat. Dengan tangan yang lemas, Camelia mengangkat telepon dari Aldrick.
"Hallo, Camelia kau di mana? Kau bilang dua hari akan pulang, kenapa sampai saat ini belum pulang? Kau di mana? Dan kenapa baru mengangkat teleponku sekarang?" tanya Aldrick khawatir bercampur marah.
"Aku baik-baik saja," ucap Camelia singkat dengan suara sangat lemas.
"Kau kenapa, Li? Kenapa suaramu begitu lemas? Kau di mana? Cepat katakan padaku!" ucap Aldrick panik.
"Aku baik-baik saja, Ald kau tidak perlu khawatir," ucap Camelia lemas.
"Katakan kau di mana Camelia!" ucap Aldrick dengan nada naik satu oktaf.
Camelia sudah sangat lemas, sudah beberapa hari ini ia hanya minum air putih dan beberapa cemilan pengganjal perut saja. Nafas gadis itu mulai tidak beraturan membuat Aldrick bertambah panik.
"Hallo, Li kau kenapa? Cepat katakan kau di mana, sayang?" ucap Aldrick lembut penuh khawatir.
"Apartemen," ucap Camelia sebelum benar-benar menutup matanya.
***
Aldrick berjalan mondar mandir di ruangan Camelia, gadis itu belum juga kembali. Aldrick mencoba menelepon gadis itu, namun tak kunjung di angkat hingga entah sudah panggilan ke berapa gadis itu mengangkat teleponnya."Hallo, Camelia kau di mana? Kau bilang dua hari akan pulang, kenapa sampai saat ini belum pulang? Kau di mana? Dan kenapa baru mengangkat teleponku sekarang?" tanya Aldrick khawatir bercampur marah. Bagaimana tidak sudah empat hari Camelia pergi dan tak kunjung kembali.
"Aku baik-baik saja," ucap Camelia suaranya begitu lemas membuat Aldrick khawatir.
"Kau kenapa, Li? Kenapa suaramu begitu lemas? Kau di mana? Cepat katakan padaku!" ucap Aldrick panik. Lelaki itu sudah berhenti dari mondar mandir tak jelasnya.
"Aku baik-baik saja, Ald kau tidak perlu khawatir," ucap Camelia lemas.
"Katakan kau di mana Camelia!" ucap Aldrick dengan nada naik satu oktaf.
Tak ada jawaban dari sebrang sana, yang terdengar hanya suara nafas yang tidak beraturan membuat Aldrick panik.
"Hallo, Li kau kenapa? Cepat katakan kau di mana, sayang?" ucap Aldrick lembut penuh khawatir.
"Apartemen," ucap Camelia.
Setelah itu tak ada jawaban lagi dari Camelia, membuat Aldrick panik bukan main. Lelaki itu segera menutup teleponnya dan berlari menuju lobby kantor, melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Yang ia pikirkan hanya Camelia, ya gadis itu.
Setelah sampai di lobby apartemen Aldrick segera turun dari mobilnya dan berlari dengan tergesa-gesa menuju lift, saat sampai di lantai apartemen Camelia, Aldrick segera mengetuk pintu apartemen, namun tak ada jawaban dari gadis itu. Aldrick langsung memencet tombol password apartemen Camelia dengan acak, lelaki itu tidak tahu password-nya.
Ia mencoba dengan tanggal lahir ralat tanggal di mana Camelia ditemukan beberapa tahun lalu, namun gagal. Tanggal pernikahan mereka juga gagal, lalu mencoba tanggal lahir dirinya sendiri, lagi lagi gagal.
Aldrick frustasi dibuatnya, lalu tanpa sengaja lelaki itu memencet nomer 182996 dan terbuka. Aneh, itu tanggal favoritnya, dan terbuka? Tapi Aldrick tak memikirkannya. Lelaki itu langsung masuk dan menuju kamar Camelia.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE ALDRICK ( OPEN PRE ORDER )
General FictionTerima kasih sudah mampir, semoga suka ceritanya ❤️