Part 21 -cemburu-

2K 116 9
                                    

Sinar matahari masuk melalu celah gorden rumah sakit, di sana dua insan sedang tertidur pulas. Yang satu di atas kasur dan satunya duduk dengan kepala di sandarkan ke pinggir ranjang, namun sangat sulit, tubuhnya terlalu lemas. Camelia menggeliat, ia merejapkan matanya memandang sekeliling. Kamar yang asing dengan cat putih dominan, tangan kirinya terasa kebas, ia memandang ke arah sampingnya, wajah tampan suaminya yang tertidur pulas dengan tangan kirinya di pegang erat oleh Aldrick. Camelia tersenyum melihat wajah tampan Aldrick, lalu hendak mengusap kepala suaminya, namun ia teringat kejadian beberapa hari lalu. Tangannya kembali pada tempat semula lalu tangan kirinya ia lepaskan dari genggaman Aldrick, namun sangat sulit. Aldrick terlalu kuat menggenggam tangannya.

Merasakan pergerakan di tangannya Aldrick membuka matanya lalu menatap tangan Camelia yang berusaha lepas dari genggamannya. Lelaki itu langsung mendongkak, menatap wajah Camelia yang sudah sadar.

"Kau sudah siuman?" tanya Aldrick namun tak ada balasan dari Camelia. "Apa ada yang sakit? Ap—"

"Lepas," ucap Camelia dingin seraya mencoba melepaskan tangannya.

Aldrick menurut lalu melepaskan tangannya, ia memencet tombol dekat ranjang Camelia, untuk memanggil dokter.

"Kau mau minum?" tanya Aldrick saat melihat Camelia hendak meraih gelas di sampingnya. Lagi lagi gadis itu hanya diam, Aldrick heran, namun ia hanya menghembuskan nafas pelan lalu meraih gelas dinakas, ia membantu Camelia duduk bersandar pada ranjang lalu membantu istrinya itu untuk minum.

Tok, tok, tok ....

"Boleh saya masuk?" tanya Ridwan tersenyum.

"Boleh, dok," ucap Aldrick. Lelaki itu langsung menjauh dari Camelia dan menyimpan gelas ke nakas dan pergi dari ruangan Camelia.

"Bagaimana perasaan Nyonya muda?" tanya Ridwan pada Camelia.

Gadis itu menatap Ridwan dengan senyuman lemah. "Ini di mana, dok?" tanya Camelia.

"Ini rumah sakit, tepatnya rumah sakit milik tuan Hermantyo, Nyonya kemarin pingsan dan di bawa ke sini oleh Tuan muda. Dia sangat khawatir pada Nyonya, bahkan dia tidak mau pergi dari sini untuk sekedar makan, dia tetap berada di sini untuk menjadi yang pertama melihat anda siuman, dia sangat panik seperti anda koma saja," ucap Ridwan terkekeh pelan mengingat kejadian kemarin, Aldrick tak mau pergi dari sini bahkan untuk sekedar ganti baju atau makan.

"Apa dia sudah makan?" tanya Camelia penasaran, melihat keadaan Aldrick yang kacau seperti itu dia yakin lelaki itu belum makan.

"Belum, dia tidak mau makan sebelum Nyonya bangun," jawab Ridwan tersenyum.

"Oh," ucap Camelia.

"Ya, jadi bagaimana perasaan anda?" tanya Ridwan.

"Baik, dok. Hanya sedikit pusing," ucap Camelia.

"Hanya itu?" tanya Ridwan.

Camelia menangguk, dokter itu langsung memeriksa denyut nadi Camelia dan memeriksa tekanan darah gadis itu.

"Baiklah saya permisi dulu, jangan lupa makan makanannya, juga obatnya," ucap Ridwan tersenyum lalu keluar dari ruangan.

Tak lama setelah kepergian Ridwan, Aldrick masuk dengan dua orang suster yang membawakan obat, makanan juga baskom berisi air hangat.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Aldrick dibalas anggukan singkat oleh Camelia. "Suster akan menggantikan bajumu sebentar, aku menunggu di luar," ucap Aldrick.

"Loh, kenapa ga Tuan muda aja yang mandiin Nyonya?" tanya salah satu suster membuat Camelia gugup.

"Kalian saja, saya ada urusan sebentar di luar," ucap Aldrick berbohong. Kedua suster itu mengangguk, Aldrick lalu keluar tak lupa ciuman singkat di kening Camelia sebelum ia pergi, membuat pipi gadis itu panas karenanya.

POSSESSIVE ALDRICK ( OPEN PRE ORDER )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang