Seokjin kini sedang melangkah dengan hati-hati Dan penuh dengan ke gusaran. Setiap langkahnya ia merasa tak nyaman kala dirinya dan taehyung sudah memasuki kompleks appartement kumuh. Walaupun dirinya terlihat gusar, namun tetap saja, langkah nya masih setia mengikuti taehyung yang berada di hadapannya.
"Apa masih jauh?" Tanya seokjin terdengar kesal dan gusar, sambil menatap aneh sekitar nya.
"Di depan." Jawab taehyung itu sambil mulai menepi ke sisi jalan untuk memasuki satu bangunan yang lebih terlihat seperti rumah susun di bandingkan appartement. Seokjin pun yang melihat itu hanya menolongo saja, tanpa berkata apa-apa dan terus mengikuti langkah taehyung.
"Lantai berapa?" Tanya seokjin pada taehyung sambil menaiki tangga itu.
"Paling atas. Hanya 5 lantai lagi." Jawab taehyung santai semakin membuat seokjin melongo. Langkah nya terhenti sesaat sambil menatap punggung taehyung yang terlihat lebih kecil dari nya itu.
"Kau tidak bercanda? Apa disini tidak ada lift?" Tanya seokjin bernada tinggi membuat taehyung ikut menghentikan langkah nya dan menoleh dingin pada seokjin.
"Sunbaenim, saat ini kau akan menumpang di rumah ku. Bisa, tidak banyak omong?" Ujar taehyung dingin dan datar itu membuat seokjin terdiam sesaat. Ucapan taehyung ada benarnya, dirinya terlalu banyak omong untuk urusan sepele ini. Sebenarnya dirinya hanya tak biasa dengan situasi yang menyulitkan ini.
"Baiklah, baiklah. Aku diam" ujar seokjin pada akhirnya sambil kembali melangkah menyusul taehyung yang kini juga sudah kembali melangkah menaiki anak tangga.
Beberapa saat berlalu, 5 lantai gedung itu sudah di lewati oleh seokjin. Dirinya lalu langsung mendapatkan pemandangan teras appartement taehyung yang berantakan, di selingi oleh pemandangan malam kota Seoul dari atas sana. Dan itu Benar-benar kumuh menurut seokjin.
"Astaga ini rumah atau gudang? Baru sampai teras nya saja sudah seberantakan ini. Ibu mu memangnya betah apa melihat tempat seberantakan ini?" Tanya seokjin sambil dengan inisiatif nya merapihkan beberapa benda yang berada disana. Seperti menyusun ban bekas, beberapa tumpukan drum, dan beberapa cup bekas ramyeon. Dia bahkan mengabaikan taehyung yang tak menjawab pertanyaan nya dan sibuk membuka kunci pintu rumah nya itu.
"Jorok sekali." Gumam seokjin sambil menatap sedikit jijik ke arah cup ramyeon yang terlihat sudah lama tak di bersihkan itu. Dirinya sangat tidak betah jika melihat suatu hal yang berantakan seperti ini, walaupun dia jijik, tapi setidak nya setelah di bersihkan rasa jijik itu juga akan hilang.
Setelah akhirnya dia selesai merapihkan beberapa tumpukan drum dan menumpuk cup ramyeon itu. Seokjin kini baru menyadari bahwa taehyung masih belum menjawab pertanyaannya. Membuat nya langsung memutar badannya untuk mencari keberadaan taehyung.
Setelah memutar badannya. Seokjin kini bisa mendapatkan sosok taehyung yang kini bersandar di daun pintu sambil menatap nya datar. Membuat seokjin berdecak sebal melihat nya. sampai saat ini sepertinya seokjin masih tidak menyukai cara taehyung menatap nya.
"Dimana orang tua mu? Aku ingin menyapa mereka dulu." Ucap seokjin sedikit malas kepada taehyung yang masih diam menatap nya.
"Tidak ada. Masuk saja." Jawab taehyung dingin itu sambil berjalan masuk kedalam rumah nya.
Lagi-lagi seokjin berdecak. Sungguh kalau situasi nya tidak seperti ini, seokjin mungkin sudah menonjok muka sombong si taehyung itu. Tapi masalah nya dirinya saat ini akan di berikan tumpangan untuk tinggal di rumahnya, di tambah taehyung akan membantu nya menyabut tuntutan kekerasan seokjin terhadap taehyung di sekolah. Maka mau tak mau, untuk kedua kali nya seokjin memilih untuk mengalah. Kepada orang yang sebenarnya juga membuat seokjin penasaran terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE OTHER SIDE | inspired By Army_bangtanbighit
Fanfictionbagi Kim seokjin Hidup nya sudah sangat berantakan, orang tua nya tak pernah peduli padanya hanya sibuk bekerja dan mengurus segala pemberontakannya dengan uang. Seokjin benci itu, karena hasil didikan orang tua nya tersebut, akhirnya seokjin bisa m...